Jumat, 28 Desember 2012

Cerpen-Batok Kelapa



Batok Kelapa

                Rangga, Dicky, dan Ilham dengan kerennya berjalan menuju kantin sekolah, hingga cewek-cewek yang berada di sekeliling mereka terpana. Sesampainya di kantin mereka memesan minuman dan nongkrong di sana.
“Hai, Ngga. Gimana kabar cewek itu?”tanya Ilham.
“Cewek yang mana?”tanya Rangga balik.
“Itu cewek kelas XI IPS B, yang kalau ketemu loe pasti manyun.”ujar Dicky sambil menyeruput minumannya.
“Oh, si Shafa. Emang kenapa sama dia?”
“Eh, cewek itu kalau manggil loe siapa? Gue lupa.”ujar Ilham sambil cengingiran.
“Batok kelapa, ha ha ha…”ujar Dicky sambil tertawa keras.
“Awas loe ketawa lagi, gue jitak loe.”
“He , , he , , sorry mas bro, abis lucu sih.”ujar Dicky.
“Udahlah guys, jangan bahas dia. Nggak penting tauk.” Ucap Rangga.
“Dia itu cewek yang tangguh ya? Dia berani nantangin loe.”ujar Ilham.
“Ok, ok, gue tau dia emank tangguh. Eh, enaknya cewek itu di apain ya, gue kesel banget sama dia.”
“Loe pacarin aja, trus diputusin tanpa belas kasihan, pasti dia sakit hati banget.”usul Dicky.
“Ih, ogah gue. Itu udah taktik kuno guys, yang lain donk.”
“Kerjain aja gimana?”ujar Ilham.
“Loe punya ide?”tanya Rangga.
“Punya donk, sini gue bisikin.”ucap Ilham. Mereka pun mulai berbisik-bisik ria, setelah itu mereka tertawa keras dan segera pergi menuju kelas.

                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa



“Huah,,,,”
                Pelajaran ekonomi amat membosankan bagi Shafa. Sejak pelajaran ekonomi dimulai, Shafa sudah menguap hingga lima kali. Dia mencoba melipat-lipat kertas, menggigit-gigit pensil, dan mengetuk-ngetuk meja bangku. Namun, kebosanannya tidak kunjung hilang pada pelajaran yang satu itu.
                Tet , , , tet , , ,
                Bel berbunyi, anak-anak segera keluar dari kelas. Shafa tersenyum penuh kemenangan. ‘Akhirnya’ batinnya berucap, dan Shafa bergegas menuju kantin.
“Hai,”sapa seseorang dari belakang. Shafa pun menoleh.
“Eh, ternyata loe, batok kelapa. Ada apa?”ucap Shafa. Dicky dan Ilham yang mendengar itu langsung tertawa.
“Woi, diem loe.”bisik Rangga kepada teman-temannya.
“Sorry, Ngga, keceplosan.”ucap Ilham
“Eh, loe tu nggak usah sok ya jadi cewek. Emangnya loe tu siapa.”ujar Rangga sambil menunjuk Shafa. Shafa berlagak berpikir sambil menopang kepalanya dengan tangannya.
“Gue siapa ya . . . . . oh oya, gue ini orang yang menciptakan nama spektakuler buat loe, BATOK KELAPA, ha , , ha , ,” rangga naik darah dan segera mencengkeram tangan kanan Shafa.
“Eh, loe tu . . . . Hah dasar, gue benci banget sama loe.”ujar Rangga sambil melepaskan cengkeramannya pada Shafa.
“Sama, gue juga benci sama loe.”
“Gue nggak suka sama loe.”
“Sama,”
“Loe tuh nyebelin banget ya?”
“Sama.”ucap Shafa sambil memandang wajah Rangga dengan raut muka yang menantang.
“Nggak usah jawab bisa nggak sih.”
“Loe nggak usah cerewet bisa nggak sih.”ucap Shafa
“Dasar loe cewek nggak tau diri.”
“Loe juga, sama. Bye, batok kelapa. Wek , , ,”ujar Shafa sambil berlari menjauhi Rangga dan teman-temannya. Ilham dan Dicky hanya cengingiran melihat kegusaran Rangga pada Shafa.
               
                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Enam bulan silam, di kantin SMA Pertiwi terjadi pertengkaran yang hebat antara Rangga kelas XII IPS C dengan Shafa kelas XI IPS B. sebenarnya masalah yang mereka debatkan adalah masalah sepele, namun, sifat mereka yang sama-sama keras kepala membuat masalah itu menjadi besar. Saat itu Shafa sedang membawa soto dan segelas es jeruk. Saat itu juga Rangga sedang  berjalan dan bersenda gurau dengan Dicky dan Ilham. Tabrakan pun tak terhindarkan, makanan dan minuman Shafa jatuh ke tanah, HP Rangga pun menyusul dan jatuh tepat di genangan es jeruk.
“Eh, loe kalau jalan liat-liat dunk.”ujar Shafa.
“Eh, loe tu yang salah, liat tuh HP gue rusak.”ujar Rangga tak mau kalah.
“Kok gue, kan loe yang jalan nggal liat-liat sekitar.”
“Loe juga, udah tau gue lagi nimbrung sama temen gue masih aja loe lewat. Ganti HP gue sekarang, harganya lima juta tuh.”ucap Rangga sambil menatap Shafa dengan wajah marah.
“What , , , HP jelek gitu aja lima juta. Semua ini terjadi karena kesalahan loe, o’on.”
“Eh, jaga mulut loe. Loe tu tau nggak siapa gue, ha?”
“Alah, loe tu cuma anak dari pemilik sekolah ini, cuma anaknya. Loe juga orang yang model rambutnya aneh, kayak model belahan tempurung kelapa, Batok Kelapa.”
“Woi, ngomong apa loe.”teriak Rangga.
“Dasar,batok kelapa. Model rambut apaan tuh.”ujar Shafa sambil berlalu.
“Eh, mau kemana loe, woi.”
“Diem loe, jangan ngikutin gue.”bentak Shafa sambil mengarahkan telunjuknya di depan wajah Rangga. Rangga seketika terdiam, sedangkan Dicky dan Ilham hanya menatap Shafa yang berjalan menjauhi mereka. Sejak itu Rangga mendapat julukan Batok Kelapa dari Shafa, dan hanya Shafa yang berani terang-terangan memanggil Rangga dengan julukan itu.


                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
“Gimana, Ngga. Udah siap?”
“Siap donk. Ham, ntar gimana rencananya?”
“Gini, nanti loe masuk ke gudang buat masang jebakan untuk Shafa. Tepatnya di  pintu depan gudang bagian dalam loe pasang air, jadi, ketika pintu kita tarik dari luar, airnya bakalan tumpah kena dia. Trus gue sama Dicky akan mengunci Shafa di gudang seharian. Baru besok pagi kita buka gudangnya. Gimana?”
“Jenius loe, ok, gue setuju.”ucap Rangga.
                Sesampainya di gudang Rangga langsung mempersiapkan jebakan untuk Shafa. Sedangkan Ilham dan Dicky menghampiri kelas Shafa untuk memancing Shafa agar menuju gudang.
“Tangganya mana ya? Oh, itu dia.”gumam Rangga sendirian. Ia langsung memasang seember air di atas pintu dengan seutas tali.
“Hufh, udah siap. Tinggal keluar.”ucap Rangga. Rangga segera menelpon Ilham untuk mengatakan bahwa  jebakan yang ia pasang sudah siap.
“Guys, it’s show time.”ucap Rangga sambil tersenyum simpul.

                                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa


Dicky dan Ilham celingak-celinguk di depan kelas Shafa. Sesaat terdapat seorang cewek melintas di depan mereka, dan mereka langsung menghadangnya.
“Eh , , eh , , mau bantu gue nggak?”tanya Dicky.
“Bantu apa?”tanya cewek itu.
“Gini, loe suruh Shafa ke gudang sekarang. Bilangin disuruh ngambil peta dunia yang lama sama peta khusus gunung berapi di Indonesia, di gudang. Mau nggak? Ntar gue kasih imbalan deh.”tawar Ilham.
“Imbalan apa?”
“Mau loe apa?”tanya Dicky.
“Em  , , , , apa ya , , , . Gue mau loe ngasih gue boneka panda yang besar banget, dan Ilham, gue mau loe nge-date sama gue malam ini. Gimana?”
“Standart banget permintaan loe. Ok, kita bakal turutin kemauan loe, setelah loe melaksanakan tugas loe dengan baik.”ujar Ilham.
“Ok,”
                Di dalam kelas cewek itu segera menghampiri Shafa dan berbicara dengannya. Shafa terlihat mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya.
“Eh, ayo kabur, Ham. Shafa lewat tuh.”ucap Dicky. Ilham dan Dicky pun segera pergi dari tempat itu.
                Di tempat lain.
“Aduh, gue lupa. Jaket gue ketinggalan di gudang. Gue ambil dulu deh.”gumam Rangga. Rangga pun bergegas menuju gudang dan mengambil jaketnya.
“Nah, ini dia jaket kesayangan gue.”
                Saat Rangga bergegas untuk keluar gudang, ia mendengar suara teriakan dari gudang bagian depan. Rangga pun segera menuju sumber suara, dan terlihat Shafa basah kuyub dengan ember di kepalanya. Rangga yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak.
“Rangga, ngapain loe di sini?”tanya Shafa. Rangga yang teringat sesuatu pun langsung terhenyak.
‘Gawat,’batin Rangga.
“Minggir-minggir.”ujar Rangga sambil menghampiri pintu gudang, dan benar dugaan Rangga, pintunya terkunci.
“Sial, pintunya terkunci.”
“Apa?”Shafa terkejut. Rangga terdiam, duduk di lantai gudang dan bersandar pada tembok.
“Kok bisa kayak gini sih, siapa yang ngelakuin ini semua. Tolong , ,  tolong , . . “teriak Shafa.
“Percuma, mendingan loe hemat tenanga loe sampai besok pagi. Lagian udah jam satu, nggak mungkin ada orang lewat depan gudang.”
                Shafa terdiam di dekat Rangga, Rangga menutup matanya perlahan.
“Ngapain loe? Mau bertapa?”
“Gue ngantuk.”jawab Rangga.
“Telepon temen loe gih, buat nolongin kita.”
“Baterai HP gue habis, loe aja deh.”
“HP gue mati ke guyur air tadi. Siapa sih yang bikin hal konyol kayak gini, nggak punya perasaan banget.”gerutu Shafa, dan Rangga hanya terdiam di sebelahnya.
                Pukul empat sore. Tetap seperti tadi, Shafa terus berceloteh tidak karuan, sedangkan Rangga terus terdiam dan menunduk.
“Rangga, aku bosen kalau trus diem-dieman kayak gini. Gara-gara terjebak di sini, gue jadi nggak bisa shalat. Hufh , , , ,”
                Rangga terdiam.
“Rangga, , , , denger gue ngomong nggak sih?”
                Rangga tiba-tiba berdiri tanpa memperdulikan Shafa.
“Mau kemana?”tanya Shafa dengan raut wajah sedih.
“Mank kenapa, bukan urusan loe.”
“Maaf, jangan tinggalin gue sendirian ya.”
                Rangga terkejut. Untuk pertama kalinya Rangga melihat Shafa gelisah dan takut. Rangga menggenggam tangan Shafa lembut dan dengan halus melepasnya, Rangga bergegas menuju gudang bagian belakang. Selang beberapa saat Rangga membawa sebuah gitar yang terlihat tua dan kotor.
“Ini apa?”
“Nenek-nenek pikun juga tau kalau ini gitar.”ujar Rangga.
“Maksud aku bukan itu, dasar. Berarti menurutmu, aku ini lebih parah dari nenek-nenek pikun gitu?”gerutu Shafa sambil manyun, dan Rangga tersenyum simpul.
                Rangga kembali duduk di samping Shafa. Rangga mulai menyetel senar gitar, dan perlahan ia memetik gitar tua itu. Meski  terlihat tidak terurus, namun, gitar itu masih mempunyai senar lengkap dan berbunyi dengan baik.
“Aku bingung dengan sekolah ini. Gitar sebagus ini disimpan dalam gudang, padahal gitar ini menurutku masih layak untuk dimainkan.”ucap Rangga sambil terus menatap gitar di pangkuannya.
                Rangga dengan tenang mengalunkan petikan gitar. Sangat merdu, akord demi akord, nada demi nada. Shafa menikmatinya dengan sebuah senyum ‘kagum’.
Your hand fits in mine
Like it’s made just for me
But bear this in mind
It was meant to be
And I’m joining up the dots
With the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me
                Rangga berhenti sejenank sambil menatap langit-langit gudang.
“Itu tadi One Direction ya?”tanya Shafa antusias.
“Bukan, itu tadi gue.”jawab Rangga sambil tersenyum lucu. Shafa yang sebal langsung mencubit pipi Rangga dengan gemas.
“Suara loe jelek.”ledek Shafa.
“Em , , , , gitu ya.”
“Iya,”
“Kalau gitu loe aja yang nyanyi, gue yang main gitar, gimana?”tawar Rangga.
“Ok, siapa takut.”ucap Shafa tersenyum.
“Mau lagu apa?”
“Lagunya Lastchild feat Giselle aja, kamu ikut nyanyi juga.”
“Ok.”
                Alunan gitar mulai terdengar. Mereka bernyanyi dengan penuh penghayatan hingga lagu berakhir. Rangga dan Shafa saling menatap.
“E , ,  em , , ,  Rangga, aku minta maaf ya, aku sudah salah paham sama kamu. Aku kira kamu anak yang sombong dan pamer kekuasaan, tapi setelah aku kenal kamu, ternyata kamu kakak kelas yang baik, hehe.”ucap Shafa sambil menatap Rangga.
“Ehm, jadi aku kamu nih ceritanya, hehehe. Iya, aku juga minta maaf sama kamu. Aku selama ini sudah salah menilai kamu.”ujar Rangga sambil mengulurkan tangan pada Shafa.
“Sama-sama.”ucap Shafa sambil menjabat tangan Rangga.

                                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Pukul tujuh malam, gudang terasa sangat sepi. Lampu gudang terasa sangat redup, karena sudah lama tidak diganti. Rangga terdiam, Shafa pun ikut terdiam (tidak biasanya). Rangga merasa tidak biasa dengan ketenangan yang Shafa buat. Rangga mencoba mendekati Shafa , terlihat Shafa menggigil kedinginan.
“Sha,  kamu kenapa?”tanya Rangga panik.
“Aku nggak apa-apa kok, Ngga.”
“Bohong,”ujar Rangga, ia langsung memeriksa dagu dan leher Shafa, dan seperti yang Rangga kira, Shafa demam tinggi.
“Aduh, aku lupa kalau baju kamu tadi keguyur air, Sha.”ujar Rangga. Rangga mulai berpikir keras, bagaimana cara menolong Shafa. Akhirnya Rangga membuka jaketnya.
“Rangga, kenapa kamu lepas jaket kamu.”
“Aku harus nolong kamu, pakaian kamu masih basah. Aku bawa celana panjang di tas, kamu bisa pakai celana dan jaketku, cepat pakai.”ujar Rangga sambil mengeluarkan celana panjang lepisnya.
Shafa langsung beranjak dari tempat duduknya menuju gudang belakang. Shafa berjalan gontai dan hampir menabrak tembok. Rangga sedikit kuatir pada Shafa, namun, ia tidak mungkin menunggui Shafa yang sedang ganti baju. Setelah Shafa ganti baju, ia langsung menghampiri Rangga. Rangga yang melihat Shafa kesulitan berjalan langsung ia raih dan ia papah.
“Kamu duduk di sini saja, istirahat ya.”ucap Rangga lembut, dan terlihat Shafa menangis.
“Rangga, maafin aku. Aku sudah seenak hati manggil kamu dengan sebutan yang bukan nama kamu, dan sekarang aku juga nyusahin kamu. Aku minta maaf.”ujar Shafa.
                Rangga mengelus rambut Shafa dan menggenggam tangan Shafa lembut. ‘Aku yang salah, Sha. Aku yang sudah menjebakmu di sini. Mungkin jika aku tidak ada di sini bersamamu, aku akan merasa bersalah seumur hidupku.’batin Rangga.
“Kok diem, Ngga.”
“Oh, em, , , ,nggak kok. Iya sama-sama, Sha. Aku seneng bisa bantu kamu. Sekarang kamu istirahat aja, ini ada bantal bekas UKS, masih lumayan bagus kok. Ini juga ada kardus bekar buat tikar. Seenggaknya kamu bisa tidur dengan baik.”
“Kamu sendiri gimana?”
“Aku nggak apa-apa kok, aku tidur pakai kardus saja, aku dah biasa kok kayak gini. Aku kan cowok. Hehehe.”
                Shafa terdiam sejenak.
“Nggak usah kuatir, aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Tenang aja.”
“Janji ya?”ucap Shafa sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
“Iya, aku janji.”balas Rangga sambil mengaitkan kelingking Shafa pada kelingkingnya.
                Pukul Sembilan malam keadaan mulai hening kembali. Rangga masih terjaga, dan ia terus menatap langit-langit gudang. Tiba-tiba Rangga merasakan sakit yang luar biasa, dadanya sesak dan nafasnya terasa sangat berat. Rangga terseok-seok menuju gudang belakang, ia menyusuri tembok demi tembok untuk membantunya sampai di gudang belakang. Ia tidak mau mengganggu tidur Shafa. Rangga mulai batuk-batuk, ia merasa sangat pusing dan lemah. Batuk rangga semakin menjadi.
“Aku lupa tidak membawa obatku, dan hari ini aku tidak meminumnya. Sial, setiap aku batuk darah ini selalu keluar. Hah,,,, Ya Alloh, , , , maafkan aku yang tidak bersyukur ini.”gumam Rangga sambil melihat darah yang berada di tangannya.

                                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa


Pagi menjelang, samar-samar terlihat cahaya dari sela-sela fentilasi udara. Rangga di gudang belakang segera menghampiri Shafa yang berada di gudang depan. Rangga tertawa pelan melihat Shafa yang masih tertidur pulas.
“Sha, bangun. Sebentar lagi gudang akan dibuka.”ujar Rangga.
“Darimana kamu tahu, Ngga?”tanya Shafa sambil mengucek-ucek matanya.
“E , , anu. Biasanya kan gudang dibuka pagi-pagi sekali.”
“Oh, , ,  gitu.”gumam Shafa.
                Krek . . . .
                Terdengar pintu dibuka, Rangga dan Shafa segera keluar dari gudang. Terlihat Dicky dan Ilham di luar pintu, mereka terkejut melihat Shafa bersama dengan Rangga. Dicky dan Ilham memasang raut wajah penuh tanya.
“Loh. Loe kok di sini sih, Ngga?”tanya Ilham.
“Rangga dan  gue kejebak di gudang, Ham. Makasih kalian udah bukain gudang ini.”ujar Shafa.
“Loh, bukannya kita bertiga ngerencanain hal ini buat ngejebak Shafa, kok loe malah ikut kejebak sih, Ngga.”ujar Dicky.
                ‘Goblokkkkkkkkk. . . . ‘batin Rangga.
“Apa maksud loe, Dic. Kalian bertiga ngejebak gue di gudang ini?”tanya Shafa, dan semua terdiam.
“Kalian jahat, gue benci sama kalian semua, terutama loe, Rangga Pras Tama.”ujar Shafa sambil menjauh pergi.
Rangga, Dicky, dan Ilham masih terpaku di depan gudang sekolah. Dicky dan Ilham bingung dengan semua hal yang terjadi.
“Dasar bodoh, begok.”teriak Rangga.
“Loh kenapa loe marah, Ngga? Seharusnya loe kan seneng udah bisa buat Shafa nangis.”ujar Dicky, dan Rangga terdiam.
“Jangan bilang kalau loe jatuh cinta sama Shafa.”selidik Ilham.
“Ayolah, Ngga. Jujur sama kita, kita kan sahabat loe.”tambah Dicky
“Ok, gue ngaku. Gue mulia sayang sama Shafa.
“Mau kita bantu?”tawar Ilham dan Dicky.
“Kalian punya ide?”
“Eh, gue punya. Gimana kalau loe pura-pura sakit aja,Ngga. Kalau Shafa juga sayang sama loe, pasti dia bakalan sedih dan kuatir sama loe.”ujar Ilham. Rangga terlihat berpikir.
“Ok, gue setuju.”ucap Rangga sambil tersenyum.
“Kayaknya jaket dan celana yang dipakai Shafa tadi milik loe deh.”ucap Ilham.
“Emank bener, hehe, dia lupa kali. Tapi nggak apa-apa kok, aku ikhlas kalau dia bawa jaket dan celana favorit gue.”
“Ngga, mendingan loe sekarang pulang deh. Loe kan nggak mandi seharian, haha.”gurau Dicky.
“Ye enak aja. Meskipun aku nggak mandi satu hari, bau gue masih wangi. Ya udah deh, gue cabut dulu ya,bye guys.”
“Bye.”ujar Rangga sambil bergegas menuju tempat parkir.

                                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Pagi itu Shafa terlambat menuju sekolah, ia terburu-buru untuk mempersiapkan buku-bukunya. Terlihat jaket dan celana yang ia pinjam dari Rangga. Saat Shafa  marah pada Rangga, ia lupa kalau baju yang dipakainya adalah milik Rangga, ia merasa malu sekaligus senang. Karena Shafa dapat mengenang Rangga lewat jaket dan celana itu. Shafa segera meraih pakaian itu dan dimasukkanya ke tas.
Bel berbunyi tanda istirahat, Shafa segera menuju kantin. Namun, sebelum ia sampai di kantin Dicky dan Ilham menghadangnya.
“Hai, Shafa.”sapa Ilham dengan raut wajah sedih.
“Hai juga.”jawab Shafa cuek.
“Sha, Rangga sakit, loe mau jenguk dia hari ini bareng kita?”ucap Dicky.
“I don’t care.”
“Loe beneran nggak peduli?”tanya Ilham dengan raut wajah penuh selidik.
“Dia koma, Sha. Rangga sakit parah.”ujar Dicky.
“Kan dia punya banyak cewek, suruh aja mereka buat jenguk.”
“Sha, gue serius.”ucap Ilham.
Shafa terdiam, ia bingung antara percaya dan tidak percaya. Ia tidak mau tertipu dengan kejailan mereka untuk kedua kalinya.
“Loe tega banget sama Rangga, Sha. Gue salah nilai loe. Dic, cabut yuk.”
“Eh , , , em , ,  tunggu. Gue ikut kalian.”

                                                                aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Sepulang sekolah Shafa, Dicky dan Ilham menjenguk Rangga di rumah sakit Kusuma. Sesampainya di rumah sakit Shafa langsung menemui Rangga di ruang ICU lantai empat.
“Sha, samperin Rangga gih.”ujar Ilham.
                Shafa mendekati Rangga yang terbaring lemas di ranjang. Matanya terpejam, infus dan alat-alat rumah sakit menemaninya. Ayah  Rangga hanya dapat terdiam di tempat duduk yang lain.
“Rangga, kenapa kamu bisa kayak gini?”tanya Shafa pada Rangga yang terbaring tanpa suara. Hanya suara alat detak jantung yang terus berbunyi.
“Sha, sebenarnya kami merencanakan sesuatu agar loe dan Rangga bisa baikan lagi. Rangga sangat menyayangi loe. Rangga ingin pura-pura sakit agar loe kuatir padanya. Namun, ternyata Rangga benar-benar sakit. Dia mempunyai penyakit leukemia yang parah, ayahnya menemukan Rangga tergeletak di kamar mandi bersimbah darah di mulut dan tangannya.”ujar Dicky.
                Shafa tersentak. Saat terjebak di gudang dulu, ia menemukan bekas darah di celana dan tangan Rangga . Shafa kira itu hanya bekas warna merah kotor dari lantai dan dinding gudang, dan kini dia tahu, ternyata itu benar-benar darah.
“Rangga, Rangga bangun. Ini aku, Shafa. Aku sudah maafin semua kesalahan kamu, kamu juga minta maaf sama kamu, karena aku telah membohongi perasaanku sendiri. Aku menyanyangimu Rangga,  aku nggak mau kamu kayak gini, ayo bangun. Aku ingin kita bermain gitar lagi, kita bercanda lagi. Rangga, ayo bangun.”ucap Shafa sambil menunduk di sisi Rangga.
Shafa mencoba menggenggam tangan Rangga. Ilham dan Dicky hanya terdiam di samping ayah Rangga. Shafa ingin menangis menatap Rangga yang terbaring lemah dan pucat.
“Rangga, ayo bangun, ayo , , , ,. Kamu bilang kamu menyayangiku. Jangan membuatku menangis seperti ini.”ucap Shafa yang berderai air mata.
                Tit , , tit , ,  ttttiiiiiiiittttttttttttttttttt , , , , , . alat pendeteksi detak jantung berbunyi keras. Ayah Rangga langsung berteriak memanggil dokter dan perawat. Ilham dan Dicky mulai panik dan mendekati Rangga.
“Rangga , , , , , ,  Rangga , , , . jangan membuatku takut, aku mohon buka matamu, Rangga , , , , .”teriak Shafa saat Dicky menarik tangan Shafa untuk keluar ruangan.
                Terlihat dokter dan perawat bekerja keras untuk menyelamatkan Rangga. Namun, dokter dan perawat segera keluar dari kamar Rangga dengan wajah sedih.
“Doni, bagaimana keadaan anakku? Dia baik-baik saja kan?”ujar ayah Rangga sambil menggungcang-guncangkan tubuh dokter Doni, sahabat Ayah Rangga.
“Maaf, Reza. Kami tidak dapat menyelamatkan anakmu. Detak jantungnya tidak ada, sudah kami coba segala cara, namun , jantungnya tidak kunjung berdetak. Tabahkan hatimu, Reza.”ucap dokter Doni sambil menepuk pundak ayah Rangga.
“Tidak , , , .”teriak Shafa sambil menerobos pintu kamar Rangga.
“Rangga, ayo bangun. Ayo , ,, “ucap Shafa.
“Sha, ikhlaskan dia. Rangga pasti sangat senang loe nemenin dia pada saat-saat terakhir. Rangga sangat menyayangimu, bahkan dia merelakan jaket dan celana jeans favoritnya. Aku yang sudah menjadi sahabatnya selama 15 tahun saja tidak diperbolehkan untuk memakainya, apalagi meminjamnya.”ujar Dicky sedih, namun, bibirnya tersenyum mengingat masa lalu.
“Kami sangat sedih, sama sepertimu, Sha. Tapi kita harus merelakan dia, dia tidak akan merasa kesakitan lagi.”ucap Ilham.
 Shafa terdiam. Ia tidak dapat berpikir saat ini. Perasaannya campur aduk, antara rasa sedih, kalut, marah dan kesal. Ia sedih dan kalut karena orang yang ia sayangi meninggalkannya dengan sesuatu yang ia tidak mengerti, ia kesal dan marah karena Rangga meninggalkannya tanpa Rangga tau bahwa ia juga menyanyanginya.
‘Mengapa kamu meninggalkanku sekarang Rangga, di saat aku sudah merasakan perasaan yang dalam padamu. Ya Allah , , ,’

Kau tak sempat tanyakan aku
Cintakah aku padamu
Tiap kali aku bersujud aku berdoa
Suatu saat kau bisa cinta padaku
Tiap kali aku memanggil di dalam
Mana sunny, mana sunnyku,
Tamat

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada salah kata dan apapun yang tidak berkenan pada hati pembaca. Saya minta maaf, Nur asiyah.









One Direction-Bukan Tatapan Terindah



BUKAN TATAPAN TERINDAH
                Senja terlihat indah saat Syifa  duduk di pinggir sungai kecil yang berbatasan langsung dengan area  persawahan dan ladang. Semilir angin mengibas-ibaskan kerudungnya dan memberikan rasa sejuk pada raganya.Burung pipit berterbangan karena orang-orangan sawah yang menakutkan bagi mereka, dan rerumputan bergemerisik saling bergesekan dengan indahnya, itu semua membuat Syifa semakin menghargai maha karya Allah SWT. Terkadang kupu-kupu hinggap di tanaman yang berada ditepi sungai, dan saat Syifa  ingin menyentuhnya, kupu-kupu itu segera terbang berputar-putar dan kembali pada tanaman yang ia hinggapi tadi. Syifa sangat bahagia dapat melihat pesona alam ini, yang menurut sebagian orang adalah hal sepele dan biasa. Namun , bagi dia semua ini memberikan setetes kesegaran pada mata  dan batinnya yang lelah karena terus menerus diterpa tatapan kosong tanpa makna.
Mbak, sudah menjelang maghrib, jangan di situ terus, nanti dimarahi ayah loh.” Terdengar adik Syifa memanggil Syifa untuk segera kembali ke rumah.
“Iya, Dik, mbak segera ke sana.”ucap Syifa  sambil beranjak dari tempat duduknya dan melangkah dengan tenang menuju teras rumah.
Nduk, ayo shalat maghrib berjamaah, mumpung bapak dan ibumu ada di sini.”ajak nenek Syifa, ibu kedua bagi Syifa
“Iya, Mbok,”jawab Syifa sambil tersenyum.
Syifa segera menuju kamar mandi untuk berwudhu. Di ruang tengah terlihat ayah, ibu, adik, dan nenek Syifa  yang sudah menunggu. Mereka segera melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat Islam.Usai shalat berjamaah mereka semua berkumpul di ruang tamu.Ayah, ibu dan nenek terdiam di tempat duduk mereka masing-masing, seperti sedang memikirkan sesuatu, sedangkan Syifa dan adiknyasedang asik membaca novel dan komik.
“Syifa, ayah ingin berbicara dengan kamu.”ucap ayah Syifa membuka pembicaraan.
“Berbicara apa, Yah?”tanya Syifa.
“Besok ayah, ibu, dan adikmu pulang ke Surabaya. Ayah ingin kamu ikut bersama kami tinggal di Surabaya.”ucap ayah Syifa tenang.
“Apa? Itu tidak mungkin ayah, sejak SD aku sudah tinggal di sini, di kota ini bersama Mbok. Aku tidak mau pergi.”ucap Syifa dengan nada sedih.
“Syifa cucuku, kamu jangan seperti itu, kasihan ayah dan ibumu.Kamu harus menuruti permintaan mereka berdua, Nduk.”ucap nenek sambil mendekati Syifa.
“Aku tidak mau.Kenapa  semuanya memaksaku untuk tinggal di Surabaya?Dulu ayah menitipkanku pada Mbok di kota ini, kenapa kalian sekarang memaksaku untuk ikut kalian?”
“Syifa, kamu kan mengerti mengapa kami menitipkanmu pada nenekmu dulu, sekarang ayahmu sudah sukses di Surabaya, sekarang kami ingin kamu ikut bersama kami.”ucap ibu sambil mengelus rambut Syifa.
“Ibu, aku ingin tinggal bersama Mbok, kasihan Mbok tinggal sendirian di sini.Aku sudah cukup senang dengan kunjungan ayah dan ibu sebulan sekali ke sini, aku tidak perlu pindah.”ucap Syifa sambil tersenyum
“Ayah ingin kamu tinggal bersama ayah. Ayah sudah memberi tiga kesempatan kepada kamu kemarin, dan sekarang kamu tidak boleh menolaknya. Kamu harus ikut kami ke Surabaya.”
“Ayah, aku tetap ingin di sini. Ayah tidak mengerti perasaanku, aku ingin bersama Mbok di sini, aku ingin terus memandang matahari terbenam di area persawahan, aku ingin terus berjalan dan merasakan tiupan angin yang menyapu kerudungku di antara daun-daun padi dan jagung yang hijau, aku juga ingin mendengar gemericik air di sungai kecil yang jernih. Aku tidak mau memenuhi kota yang sudah penuh dan sesak, aku tidak mau tinggal di kota yang membuatku tidak dapat melihat matahari terbenam, bulan purnama, dan bintang-bintang,”ucap Syifa sambil menunduk sedih.
“Ayah sudah mengurus surat pindah sekolahmu, jadi besok kamu harus ikut ayah.”
“Sayang, maafkan kami.Tetapi, kami tidak mempunyai pilihan, kamu harus ikut bersama kami.”ucap ibu Syifa lembut sambil mengelus kerudung Syifa.
Mbak Syifa ikut kami saja, di Surabaya kan banyak Mall, banyak sekolah maju, jadi Mbak nggak katrok kayak sekarang.Mbak juga bisa pakek softlens buat mengganti kacamata kakak yang tebal itu.”ujarRully Rasyadillah, adik Syifa yang  berumur empat belas tahun dan duduk di kelas delapan.
“Hush, , ! Rasya nggak boleh bilang seperti itu sama mbakmu.”ujar ibu Syifa marah.
“Aku memang orang kampung, tapi aku nggak kampungan, Dik.Aku pakai kacamata karena aku nggak suka pakai softlens.”ucap Syifa sambil terus menunduk. Tidak ada rasa marah dalam nada bicaranya, ia lebih terkesan hanyut pada sikon yang ada. Tiba-tiba Syifa bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju kamarnya.
Air matanya mengalir, dan Syifa tak mampu menahannya. Syifa segera mengambil kacamata yang melekat pada dirinya agar kacamata itu tidak basah, dan ia mulai melihat bayang-bayang masa lalu. Saat mata Syifa diketahui tidak sehat lagi, nenek Syifa membeli banyak wortel untuk Syifa konsumsi. Namun, baru sekali Syifa mencoba jus wortel ditambah susu, ia malah muntah-muntah. Saat wortel dijadikan sayur oleh sang nenek, Syifa malah membeli kangkung dan tempe untuk ia masak. Akhirnya minus mata Syifa semakin parah dan ia harus memakai kacamata total empat.

Syifa merindukan sebuah keluarga,namun, ia juga tidak ingin neneknya kesepian tanpa dirinya. Ia juga mengerti bagaimana perasaan ayah dan ibunya, dan ia merasa bersalah karena ia telah menolak tawaran mereka sampai tiga kali. Akhirnya Syifa segera menghapus air matanya, mengambil kacamata dan keluar dari kamarnya.
“Ayah,”ucap Syifa sambil menghampiri ayahnya yang duduk di depan TV.
“Ada apa Syifa?”
“Aku akan ikut ayah besok.Tetapi ,Mbok juga harus ikut ke Surabaya.”ucap Syifa sambil menatap neneknya
Nduk,Mbokmu ini sudah tua, nggak pantes tinggal di kota. Mbok sudah sangat senang kamu mau menemani Mbok selama sebelas tahun ini. Mbok tetap di sini saja, kamu saja yang ikut ayahmu. Kalau kamu kangen sama Mbokmu ini, kamu boleh datang ke sini kapan saja kamu mau.”ucap nenek Syifa sambil menatap wajah Syifa. Syifa memeluk neneknya sambil menangis, Syifa tak kuasa melihat mata neneknya yang rapuh dan tangannya yang lemah. Syifa merasa bersalah karena akan meninggalkan neneknya sendirian.
“Besok pagi kita akan berangkat, segera shalat Isya dan beristirahatlah, barang-barangmu sudah dibereskan oleh ibu dan nenekmu.”
“Baik, Yah.”ucap Syifa patuh. Ia segera mengambil wudhu dan shalat Isya. Ia merasakan sedih yang luar biasa, matahari terbenam hari ini adalah hadiah perpisahan sebelum Syifa menginjakkan kaki di kota yang jauh berbeda dari kotanya, Tulungagung.
                                                                                OOOOOOOO


Pagi itu keluarga Syifa sibuk mempersiapkan keberangkatan mereka ke Surabaya.Rully sibuk dengan laptop dan iPadnya, sedangkan Syifa sibuk dengan buku-buku koleksinya. Ayah Syifa telah memanaskan mesin mobilnya, dan ibunya sibuk mengatur barang-barang yang akan mereka bawa ke Surabaya.
Nduk, kamu hati-hati ya di sana, jaga diri baik-baik.”ucap nenek Syifa sambil tersenyum.
“Ya, Mbok. Mbok, maafin Syifa ya. Syifa nggak bisa nemenin Mbok lagi, tetapi, Syifa janji bakalan kesini setiap Syifa ada waktu.”ucap Syifa sambil mencium punggung tangan neneknya, dan neneknya tersenyum sambil mengangguk tanda setuju.
“Ayo kita berangkat sekarang. Rasya, kamu jangan main laptop terus, ayo cepat masuk mobil.”ujar Ayah Syifa sambil menghampiri nenek Syifa untuk berpamitan.
Mobil mulai berjalan keluar dari gerbang rumah nenek Syifa, Syifa melambaikan tangan kepada sang nenek dengen memasang wajah yang sedih.
“Jangan sedih Syifa, kalau kamu mau, minggu depan kamu bisa menghabiskan akhir pekan di sini.”ucap ibu Syifa sambil menatap Syifa.
“Benar, Bu?”tanya Syifa, dan ibunya mengangguk sambil tersenyum.
Perjalanan dari Tulungagung menuju Surabaya memakan waktu empat jam. Dalam waktu empat jam tersebut Syifa menghabiskannya dengan membaca novel dan buku ilmu pengetahuan. Sedangkan Rully menghabiskannya dengan bermain laptop dan membaca komik.Pukul sebelas tepat mereka tiba di rumah mereka. Syifa yang baru pertama kali menginjakkan kaki di rumah itu merasa cukup nyaman dan bahagia, karena rumah itu memiliki pekarangan yang luas dan taman yang indah. Semua terlihat hijau dan tertata, Syifa merasa sedikit terobati dengan adanya taman itu.
“Nah, kamu suka kan dengan rumah kita?”tanya ayah Syifa.
“Iya, Yah. Ini sudah cukup untuk membuatku betah di rumah.”
“Bukan hanya itu, kalau kamu ingin melihat bulan dan bintang, kamu bisa meminjam teleskop milik adikmu.Kamar kamu juga ada di lantai atas, jadi kamu bisa dengan mudah melihat bintang tanpa ada penghalang.”ucap ibu Syifa.
“Terima kasih , Bu. Aku sangat menyukai semua ini. Namun, aku ikut kalian bukan karena semua kemewahan ini, tapi karena aku ingin mempunyai keluarga yang utuh.Ada ayah, ibu, dan adikku yang bandel satu ini.”ucap Syifa sambil mengacak-acak rambut Rully, Rully yang merasa risih memasang wajah cemberut dan tidak suka.
“Baiklah, ayo kita masuk rumah, biar ayah dan Rasya yang mengangkat semua barang kita di bagasi.”ucap ibu.
“Syifa, di rumah ini tidak ada pembantu atau pun sopir, semua kita kerjakan bersama-sama.Ayah juga tidak mengizinkan ibumu bekerja di luar, dan ibu selalu bilang dia merasa kesepian. Semoga dengan adanya kamu di sini, ibumu tidak merasa kesepian lagi, kalian juga bisa menjadi ibu dan anak perawannya  yang beranjak dewasa dengan baik.”celoteh ayah Syifa. Syifa yang mendengar ucapan ayahnya terlihat malu, dan ayahnya pun tertawa melihatnya.
Syifa berharap dia betah tinggal di tempat barunya, dan ia juga tidak sabar untuk melihat sekolah barunya besok. Ayah Syifa mendaftarkan Syifa di sekolah Kusuma Bangsa, dan Syifa duduk di kelas XI IPA. Meski di Surabaya tersedia semua fasilitas dan kenyamanan, Syifa masih memikirkan neneknya yang tinggal sendirian di desa, ia berharap semoga neneknya baik-baik saja.
                                                                               
OOOOOOOO
Mentari menyapa Syifa saat ia membuka mata. Syifa membuka gorden jendelanya, dan sinar mentari langsung masuk ke kamarnya tanpa ada halangan.
“Syifa, setelah shalat subuh kamu tidur lagi ya?”tanya ibu Syifa.
“Hehe, iya, Bu. Tadi Syifa ngantuk banget, jadi tidur lagi.”
“Ya sudah, sekarang kamu cepetan mandi dan siap-siap berangkat sekolah, ibu sudah membuatkan sarapan untuk kamu.”
“Iya, Bu.”
Syifa bergegas menuju kamar mandi. Tiga puluh menit dia bersiap dan ia langsung turun menuju meja makan. Terlihat ayah Syifa dan Rully menikmati sarapan nasi goreng mereka dengan tenang.
“Ayo Syifa cepat sarapan, kita akan segera berangkat.”
“Iya, Ayah.”
Setelah selesai makan, Syifa, Rully, dan Ayah Syifa bergegas untuk berangkat menuju sekolah dan kantor. Rully  bersekolah di SMP Kusuma Bangsa, satu tempat dengan SD dan SMA Kusuma Bangsa.
“Hati-hati di jalan ya, Yah.”ucap Syifa setelah sampai di depan sekolah.
“Iya sayang, kamu harus beradaptasi di sekolah baru ini ya, ayah yakin kamu dapat mengikuti pelajaran dengan baik di sini.”
“Iya, Yah. Aku sama Rully masuk dulu ya, Assalamualaikum.”
“Iya, waalaikumsalam.”
Syifa dan Rully langsung masuk menuju sekolah masing-masing.Syifa ke arah utara, dan Rully ke arah timur. Syifa mulai memasuki gedung sekolah barunya, ia memandang sekeliling dengan rasa antusias. Ia bergegas menuju kantor kepala sekolah yang berada di lantai teratas untuk meminta informasi, sesampainya di kantor kepala sekolah Syifa diserahkan kepada seorang guru untuk diantar menuju kelas XI IPA.
“Selamat pagi anak-anak.”
“Selamat pagi, Bu.”sapa murid-murid serempak.
“Hari ini kita kedatangan murid baru, silakan perkenalkan diri kamu.”ucap bu Ambami sambil menepuk pundak Syifa.
“Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Syifa Nur Amalia, saya pindahan dari kota Tulungagung, saya pindah ke sini karena ikut kedua orang tua saya.”
“Anak-anak, ada yang ingin bertanya?”tanya bu Amba, dan ada tiga orang murid yang mengangkat tangan.
“Iya, silahkan Arya.”
“Cantik-cantik kok bermata empat, Bu. Haha,”
“Iya, Bu, kekurangan wortel kali ya, makanya matanya jadi empat, haha.”
Syifa terdiam, ia tidak mau berkomentar untuk hal-hal yang tidak penting. ‘Lagi-lagi wortel,’ batin Syifa.
“Bu, jarang-jarang ada anak pindahan dimasukkan ke kelas kita, memangnya dia pinter banget ya, Bu?”tanya seorang murid laki-laki.
“Dia adalah murid terpintar di sekolahnya, di sekolahnya dulu dia juga berada di kelas IPA, jadi dia pantas berada di sini. Sudah cukup tanya jawabnya, Syifa silahkan kamu duduk di tempat duduk yang kosong.”
“Baik, Bu. Mohon bantuannya teman-teman semua.”ucap Syifa sambil tersenyum. Ia berjalan menuju  satu-satunya tempat duduk yang kosong di kelas itu.
“Hai, salam kenal, namaku Luluk Shofiatul Aliyah. Sekarang kamu jadi teman sebangkuku, kita akan menjadi sahabat yang baik kan?”ujar seorang murid perempuan yang duduk tepat di samping Syifa.
“Tentu saja, terima kasih.”
Bel tanda pulang berbunyi, kegiatan belajar mengajar langsung berhenti dan ditutup dengan doa.  Anak-anak berhamburan keluar kelas untuk pulang menuju rumah masing-masing ,namun, ada juga anak-anak yang sudah merencanakan sesuatu seusai pulang sekolah, seperti kerja kelompok, ke Mall dan mengikuti ekstrakurikuler di sekolah. Syifa merasa lega dapat melalui hari pertamanya dengan cukup baik, apalagi Shofia dengan senang hati mau membagi buku paketnya untuk Syifa saat di sekolah, karena kebetulan Syifa belum mendapatkan buku paket dari sekolah. Tepat pukul 14.30 Syifa dan Rully dijemput oleh sang ayah, sehingga mereka tidak perlu menunggu lagi di depan sekolah.

                                                                                OOOOOOOO


Terdengar burung berkicau saat Syifa selesai melaksanakan shalat subuh.Ia  merasa segar melihat bunga-bunga mekar, pepohonan yang rindang, burung-burung yang berterbangan, serta tak ketinggalan embun pagi penyejuk hati.
“Aku kira tidak ada embun di kota metropolitan kedua di Indonesia ini.”ujar Syifa sambil tersenyum kepada ibunya.
“Tentu ada sayang, kamu jangan terlalu membenci kota ini seperti kamu membenci wortel.Sebenarnya keduanya sama-sama memiliki sisi baik, namun, mengapa kamu membenci mereka berdua?”
“Sudahlah, Bu. Jangan membahas hal itu.Aku mau mandi dulu, ok.Muach.”ujar Syifa sambil bergegas menuju kamar mandi.Pagi itu Syifa lewati dengan kegiatan yang sama seperti hari kemarin, sarapan lalu berangkat ke sekolah.
“Ayah, pulang sekolah nanti aku ingin pergi ke toko buku, boleh ya?”
“Boleh saja Syifa, tetapi ayah tidak bisa menemanimu, ayah ada meeting nanti siang. Ayah mungkin hanya dapat mengantar kamu, atau kamu ke toko buku dengan Rasya saja?”
“Aku tidak bisa, aku ada acara nanti siang, aku mau ke rumah teman, Yah.”sambar Rully
“Syifa pergi sendiri saja, yah, tidak apa-apa.”
“Ya sudah, nanti ayah antar ke Tunjungan Plaza ya.Pulangnya nanti kamu naik taksi saja.”
“Iya, Yah.”
Syifa dan Rully keluar dari mobil dan langsung menuju sekolah masing-masing.Setibanya di ruang kelas, Syifa melihat murid-murid perempuan gaduh dan berkerumun di tempat duduk Milza.
“Ada apa sih, Shof? Kok teman-teman pada ngerumunin Milza”tanya Syifa kepada Shofia.
“Itu loh, ada berita heboh di twitter, kamu nggak tahu?”
“Nggak, memangnya ada apa?”
“Haduh, adik kamu aja punya iPad dan laptop, masak kamu nggak sempat buka twitter sih. One Direction mau ngadain konser di Jakarta minggu depan, tapi mereka ngadain meet n greet di Surabaya besok malam senin sekalian ngerayain ulang tahunnya Louis, personilnya 1D, hanya orang-orang khusus yang dapat masuk ke situ, kabarnya cuma seratus orang undangannya.”
“Oh,,,”
“Loh, kok cuma oh sih. Kamu nggak ngefan sama One Direction?”
“Aku suka lagunya, aku juga suka orang-orangnya, tapi aku nggak mau ikut-ikutan kayak gitu, buang-buang waktu.”
“Haduh Syifa, kamu manusia macam apa sih, semua cewek di sini tuh suka sama mereka, semuanya berlomba-lomba buat dapetin tiket itu, kamu malah nggak acuh gitu.”
“Bukannya nggak acuh, tapi berusaha mengagumi sewajarnya, kalau berlebihan nanti aku juga yang sakit.Kalau mereka sih nggak ngaruh aku ada atau nggak, toh masih banyak kok yang muja-muja mereka.”
“Ehem, ehem , , kalau One Direction sih emang nggak ngaruh kamu ada atau nggak. Kamu kan cuma cewek bermata empat yang aneh dan kampungan. Twitter saja kamu nggak punya, gimana mau kenal One Direction.”ujar seorang cewek.
“Syifa, kamu jangan berurusan sama dia, dia itu ketua dari Trio penguasa. Namanya Laura Anindia Milza, biasa di panggil princess Milza sama cowok-cowok di sini.”bisik Shofia kepada Syifa.
“Eh cewek bermata empat, kamu nggak usah blagu ya, pakek sok-sok alim, nggak suka One Direction, kamu nggak waras kali.”ucap seorang cewek di sebelah kanan Milza.
“Udahlah nggak usah ngurusin cewek kayak dia, nggak penting. Mendingan kita liat twitter lagi,”ucap cewek di sebelah kiri Milza.
“Yuk.Huh, dasar cewek aneh.”ujar Milza bergegas meninggalkan Syifa dan Shofia.
“Mereka siapa sih Shof, mengapa sikap mereka seperi itu?”tanya Syifa sambil berjalan menghampiri bangkunya.
“Ngomongnya jangan keras-keras, nanti mereka dengar. Mereka itu Trio penguasa, ketuanya adalah Milza tadi, dua orang di sebelahnya itu Fitri Nadiva Anggraini dan  Nisa Amanda  Khusna. Mereka adalah anak konglomerat yang menjadi pemilik sekolah dan donator terbesar sekolah ini. Kamu jangan pernah berurusan sama mereka, bisa-bisa hidup kamu susah di sekolah ini. Kamu sudah membuat mereka marah sama kamu, jangan dekat-dekat dengan mereka, ok.”celoteh Shofia sambil sedikit berbisik.
“Oh ok. Shofia, kamu nanti nemenin aku ke Mall mau nggak? Aku mau beli buku, novel, sama DVDnya One Direction yang terbaru.”
“Maksud kamu Take Me Home?”
“Yupz,”
“Tadi siapa ya yang bilang nggak mau mengagumi terlalu dalam, haha.”
“Aku kan cuma mau dengerin lagu mereka, masak nggak boleh.”
“Boleh kok.Tetapi, aku minta maaf ya Syifa, aku nggak bisa nemenin kamu ke Mall.Aku mau jalan sama pacarku, hehe.”
“Yah, , ,  ya udah nggak apa-apa, aku ke Mall sendiri aja.”ucap Syifa sambil tersenyum.
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak langsung menempati tempat duduk masing-masing. Saat guru memasuki kelas, anak-anak langsung berdoa dan menyapa guru, setelah itu mereka menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan baik dan tertib. Pelajaran demi pelajaran berlalu, tepat pukul  14.30 Syifa keluar dari sekolah, ayahnya pun sudah menunggu di depan sekolah.Ayah Syifa langsung mengantar Syifa ke Tunjungan Plaza untuk membeli kebutuhan yang Syifa perlukan.
“Hati-hati ya sayang, kamu tahu jalan pulang ke rumah kan?”
“Ya tahulah,Yah. Ayah nggak usah kuatir.”
“Jangan lupa shalat ashar ya, ayah pergi dulu, assalamualaikum.”
“Iya, Yah. Waalaikumsalam.”
Syifa mulai memasuki gedung Mall, ia menyusuri sudut demi sudut untuk menemukan barang yang ia cari. Saat Syifa berjalan tenang sambil melihat-lihat suasana mall, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya hingga kacamata Syifa jatuh dan terinjak oleh kerumunan orang yang  terdengar berlarian. Seseorang yang menabraknya langsung menarik tubuh Syifa dan memeluk Syifa.
“Ada apa ini, lepaskan aku.”ucap Syifa ketakutan.
I ask you, I beg you to be silent for a moment. I'm not a bad person, trust me.”
Who are you, you're not the people of Indonesia?
“I am not Indonesian person”ucap laki-laki itu.Sesaat kemudian suasana mulai terdengar biasa.Syifa tidak dapat melihat dengan jelas karena kacamatanya jatuh, dan Syifa mulai meraba-raba lantai untuk mencarinya.
I'm sorry,I've been making your glasses fell and cracked. I'm going tore place it,we will go to the optician now.”ucap laki-laki itu sambil memberikan kacamata Syifa yang retak pada Syifa.
My glasses are broke? Oh God, how could I look around.Why you had to run and hit, as if someone were chasing you.”
Um, yeah,I've been mistaken for a thief, and I was the victim. Now I'll take you to the optician, come on.”ujar laki-laki itu sambil membenahi topinya dan segera memapah Syifa. Sesampainya di toko kacamata laki-laki itu memilihkan kacamata untuk Syifa.
“How minus your eyes?”tanya laki-laki itu.
“A total of four,”ujar Syifa singkat. Penjaga toko langsung memberikan kacamata yang sesuai dengan minus  mata Syifa yang bingkainya sama persis dengan milik Syifa. Sebelum  lelaki itu memasangkan kacamata pada Syifa, ia membuka topi dan memasangkan sebuah topeng spiderman pada wajahnya. Penjaga toko yang melihatnya sesaat ingin berteriak, namun, laki-laki itu memasang jari telunjuk pada bibirnya menandakan untuk diam, dan penjaga toko pun diam sambil tersenyum. Setelah memasang kacamata untuk Syifa, akhirnya Syifa dapat melihat dengan normal.
Looks like you are not wearing a mask before,why do you wearing a mask now?”tanya Syifa.
“Ehm,I'm shy for you,because I'm ugly. “ujar laki-laki misterius, dan penjaga toko yang mendengarnya hanya menahan senyum.
I do not see someone from the physical, let's open your mask.”ucap Syifa.
I do not want, let me like this.
“Well, if you like, whatever. Mbak, kacamata ini harganya berapa ya?”tanya Syifa kepada penjaga toko.
“Harganya 400 ribu.”
“Haduh, kok mahal banget ya mbak, nggak bisa kurang ya?”tawar Syifa.
I'm just paying glasses,how much is it?”tanya laki-laki misterius.
“40 dollar.”ucap penjaga toko, dan laki-laki misterius langsung membuka dompetnya dan mengeluarkan uang untuk membayar kacamata Syifa.
No, I'll be paying these glasses.”ucap Syifa. Namun, penjaga toko lebih memilih uang dari laki-laki misterius. Sesaat Syifa melihat penjaga toko itu memegang tangan laki-laki misterius dengan erat, dan laki-laki misterius itu bertandatangan di sebuah kertas kosong yang langsung disembunyikan oleh penjaga toko.
“Biasa, tanda tangan kuitansi.”ucap  penjaga toko sambil cengingiran.
“Dasar aneh.”gumam Syifa yang langsung bergegas pergi, disusul oleh lak-laki misterius.
Thank you, you've changed my glasses. Now I want to go, bye.”ucap Syifa.
“You’re welcome,wait. Can I join with you,I still want to walk here.”
“Em,,,Okay, but I have to pray Asr first,how?
I'll wait outside the place prayer, ok.”
“Ok,”ujar Syifa.
Mereka pun pergi menuju mushola mall di lantai paling atas.Syifa memasuki mushola, sedangkan laki-laki misterius menunggu di luar mushola. Seusai Syifa sholat ia langsung keluar menemui laki-laki misterius.
Where are we going now?”tanya Syifa. Sejenak terdengar suara perut dari laki-laki misterius, dan Syifa berusaha menahan tawa mendengar suara itu.
“Hehe,why do not we buying some food now.”ucap laki-laki misterius.
“Haha,I know you're hungry. Well, let's buy some food.”ujar Syifa
Mereka segera mencari tempat yang cocok.Syifa menunjuk tempat masakan Indonesia, laki-laki misterius tidak setuju. Laki-laki misterius menunjuk tempat Burger, Syifa tidak setuju. Akhirnya mereka memilih seafood untuk tempat mereka makan. Syifa memesan ikan bakar dan air mineral, dengankan laki-laki misterius memesan ikan goreng dan jus jeruk.
How do you eat? Your mouth closed by a mask.”
It's okay, you eat first, I'll wait.”ucap laki-laki misterius. Setelah Syifa selesai makan dan meneguk air mineralnya, giliran laki-laki misterius yang bersiap untuk makan.
Remove your glasses now,
“What? Why?”
Come on, remove your glasses, so I can eat all of this.”ujar laki-laki misterius. Syifa sedikit ragu untuk melepaskan kacamatanya, dan ia menatap laki-laki misterius dengan penuh tanda tanya.
I will not leave you,believe me.”ucap laki-laki misterius sambil melepaskan kacamata Syifa. Syifa sedikit tidak nyaman, namun laki-laki itu terlihat senang.Laki-laki misterius itu segera mengganti topengnya dengan sebuah topi.Tangan kanan laki-laki itu segera mengambil makanan untuk disuapkan pada mulutnya, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Syifa dengan lembut.
Sorry, what is proper?we hold hands. My English is a bit messy, I hope you understand what I mean.”ujar Syifa.
I hold your hand to prove that I'm not leaving you, and you will believe me.”ucap laki-laki misterius.
“What’s your name?”tanya Syifa.
“My name is ,, em, James,it's my middle name. What is your name?
“My name is Syifa Nur Amalia, my nickname Syifa. Where you from, James?”
“I am from London,”
“England, wow.Why are you in Indonesia
“Em,,I visited my family in Indonesia.Why are you here? Buying something?”
Yes, Iwant to buy books, novels and DVDs One Direction here.”
Do you like One Direction?
I love their songs.You have not finished eating?”tanya Syifa.
“Haha,wait a minute. You know, One Direction are in Indonesia?”
Yes I know, but I'm not happy too, because I will not see them. Anyway, I want to buy the book now.”
“Oh, ok, I know.I'll accompany you.We will meet again here tomorrow, right?”ujar James.
Tomorrow I'm going to my grandmother's house outside of town, sorry.”
When you come back?
Maybe the day after tomorrow, I'm only one day there.
“Can I join?”
What? No,you should not join. We just know,”
I'm not a bad person, I beg you.”ucap James, Syifa terlihat berpikir.
Well, maybe you can join.”
“Ok,Let us find the book for you.”ujar James sambil memasang topengnya, dan memasang kacamata Syifa.
James membayar semua makanan yang dipesan, dan Syifa mulai mengomel karena makanannya juga dibayar oleh James.Syifa dan James pun segera pergi untuk mencari toko buku.
“Eh, ada cewek bermata empat. Hai  girl, kamu ngapain di sini, kamu kenal Mall juga ya, haha.”ucap Milza yang tiba-tiba hadir di depan Syifa dan James. Syifa tertunduk dan berusaha menghindar dari Trio penguasa, namun, Milza menatap Syifa dengan tajam hingga Syifa tidak berkutik.
“Eh lihat deh, dia jalan sama cowoknya tuh, tapi kok pakai topeng spiderman sih, haha.”ledek Nadiva sambil memasang muka menghina.
“Mungkin laki-laki ini malu jalan sama cewek kampungan dan bermata empat kayak Syifa, haha. Princess bermata empat dan prince Spiderman, romantis banget, haha.”Nisa menambahi.
“Dia bukan pacarku, aku tidak punya pacar, dan dia tidak tahu apa-apa, jangan menyangkut pautkan dia.”
“Owh, ngasih pembelaan nih ceritanya,tapi asal tahu aja, kamu punya masalah besar dengan kami, cewek bermata empat.”Ujar Milza sambil menabrak pundak Syifa dan pergi. Syifa tertunduk sedih, di sekolah baru ia mempunyai musuh, padahal dia tidak ingin mempunyai musuh satu pun dan dimana pun.
“Syifa, are you ok. Who are they?”
I'm fine, their my classmates.
Looks like they do evil to you, I do not understand their language.”
Yes, I have a little problem with them. They also commented about your mask.”ujar Syifa sambil memasang senyum yang terlihat dibuat-buat.
“Yeah, I know. I’m sorry, because this mask , , ,, ,  “ucapan James dipotong oleh Syifa.
It's okay, I'm going home now. Tomorrow if you want to go,wait for me at the station Wonokromo at seven, do not forget.”
You did not buy the book?
“No, Bye.”
“Ok, see you tomorrow.”ucap James.
Syifa dan James pun berpisah.Syifa menuju lantai bawah, sedangkan James masih berjalan menyusuri lantai tiga. Suasana hati Syifa tidak karuan, ia mendapatkan teman baru yang misterius, namun, ia juga mendapat musuh baru yang tidak pernah ia bayangkan, pemilik sekolah dan  donator terbesar sekolahnya.

                                                                                OOOOOOOO


Pagi terasa hangat saat mentari menyambut Syifa untuk bersiap menuju stasiun yang diantar oleh sang ayah.  Ibu Syifa merasa cemas karena Syifa berangkat ke rumah neneknya seorang diri.sedangkan Rully tidak peduli apakah Syifa pergi sendiri atau ditemani oleh orang tuanya.
“Sayang, kamu ke rumah nenek sama ibu saja ya?”
“Nggak usah, Bu. Nanti kan ibu ada arisan sama teman-teman ibu, lagian Syifa nggak sendirian kok, Syifa sama teman Syifa, jadi ibu nggak usah kuatir.”
“Ibu mau lihat dulu siapa teman kamu, ibu nggak mau kamu kenapa-napa di jalan.”
“Sudahlah , Bu. Aku nggak apa-apa kok. Syifa berangkat sekarang ya, assalamualaikum.”
“Ya baiklah, hati-hati ya sayang. Waalaikumsalam.”
Ayah Syifa dan Syifa bergegas menuju stasiun Wonokromo. Sampai di stasiun ayah Syifa masih menawarkan diri untuk menemani Syifa, namun, Syifa tetap tidak mau merepotkan dan ia ingin ke rumah neneknya sendirian. Akhirnya ayah Syifa menuruti keinginan Syifa dan bergegas meninggalkan stasiun. Syifa berjalan menuju pintu stasiun, dan terlihat seseorang memakai  topeng Spiderman di pojok ruang tunggu.
You're really here, I do not believe this.”ujar Syifa sambil menepuk pundak James.
Of course, I was the one who always keep their promises. I've bought two tickets for theTulung,,ee,, Tulung,,”
“Tulungagung, James.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Yes, Tulungagung.”ujar James.
Syifa dan James segera memasuki ruang tunggu kereta, dan beberapa saat kemudian kereta pun terlihat dari arah timur.Syifa dan James menaiki gerbong dan mencari nomer tempat duduk yang tertera di tiket kereta.
I've never ridden the train in Indonesia.The scenery is very beautiful,”ucap James sambil menatap keluar jendela.
I often take the train, and I'm not bored with it.”ucap Syifa.
Kereta terus berjalan, Syifa dan James tidak bosan untuk saling bercanda dan mengobrol ringan. James selalu melakukan hal-hal yang membuat Syifa tertawa lepas, sampai-sampai penumpang lain terlihat tidak senang karena tingkah mereka. Kereta semakin penuh, James yang duduk di hadapan Syifa pun terlihat tidak tenang karena ada seorang laki-laki paruh baya yang terlihat aneh. Dari pertama naik hingga sekarang ia terus menatap Syifa dengan tatapan tidak biasa.
Shifa, I wanted to exchanging a seat with you now.”bisik James  pada Syifa, dan Syifa pun setuju karena Syifa juga risih terhadap laki-laki itu.
Saat Syifa dan James bertukar tempat duduk terdengar laki-laki paruh baya itu menggerutu pelan, ia juga menyumpat tentang topeng yang dipakai oleh James. Namun, James terlihat senang karena Syifa baik-baik saja. Tepat pukul 12.30 Syifa dan James tiba di stasiun Rejotangan, stasiun paling timur kota Tulungagung. Syifa dan James segera keluar dari stasiun. Syifa melihat sekeliling seperti mencari seseorang, dan saat ia menemukannya, ia segera lari menghampiri seseorang yang ia cari.
“Pak RT disuruh Mbok buat jemput saya ya?”tanya Syifa sambil tersenyum, James segera menghampiri Syifa dan berdiri di sebelah Syifa..
“Iya, Fa. Kasihan juga Mbokmu kalau harus jemput kamu di stasiun, jadi bapak yang jemput kamu.Ayo cepat naik.”
“Iya pak, terima kasih.Tetapi, ada sedikit masalah, Pak.”
“Masalah apa, Fa? Kalau masalah motor kamu nggak usah kuatir. Tua-tua begini motor Astrea bapak masih kuat loh. Oh yo, kancamu kui lanang opo wadon? Kok meneng ae kat mau,”ujar pak RT.
“Nah itu masalahnya pak, saya mau lapor. Temenku ini laki-laki, dia mau nginep di rumah Mbok satu malam sama saya, boleh nggak pak?”
Hualah, kok yo lanang to, jangan-jangan pacarmu ya? Hayo ngaku, hehe. Ya boleh saja, wong Mbokmu itu orangnya bisa jaga kamu dengan baik kok, jadi thole lanang iki nggak mungkin berbuat macam-macam di rumah Mbokmu. Wes, ayo kita pulang, Mbokmu sudah nunggu di rumah.”
“Iya, terima kasih, Pak.”ucap Syifa.
Syifa, James dan pak RT bergegas menuju rumah nenek Syifa. Terlihat mendung kelabu berarak mengikuti mereka, pertanda sebentar lagi hujan akan turun. Sesampainya di rumah nenek Syifa, pak RT segera undur diri karena hujan mulai turun dari langit, nenek Syifa pun berterima kasih dan mempersilakan pak RT untuk pulang. Syifa yang baru tiba langsung mencium punggung tangan sang nenek, nenek pun langsung memeluk Syifa dan mencium kening Syifa.
Loh, iki sopo tow Nduk, kok dadak gawe topeng, koyok power renjes wae.”ujar nenek Syifa.
“Power ranger, Mbok. Oh ya, ini teman Syifa Mbok. Dia nemenin Syifa ke sini. Syifa hari ini libur, guru-guru di Kusuma Bangsa mengadakan rapat resmi, jadi anak-anak diliburkan.Besok pagi Syifa harus kembali ke Surabaya, karena lusa Syifa harus masuk sekolah.”
“Iya nggak apa-apa, Nduk. Ketemu kamu saja Mbok sudah senang. Ya sudah, kamu cepat mandi trus shalat dhuhur, biar temanmu ini istirahat di ruang tamu.”
“Siap, Mbok. Oh iya, Mbok, temenku itu orang luar negeri, jadi dia nggak ngerti bahasa kita, kalau Mbok mau ngobrol sama dia pakai bahasa isyarat saja ya, hehe.”canda Syifa sambil berlari menuju kamar mandi.
Walah, iki piye tow. Kok duwe konco luar negeri barang. Anu, Thole, kamu mau minum ndak, anu e. . . drink, kamu mau drink, ngene ,,”ujar nenek Syifa sambil mengepalkan tangannya kecuali jempol dan menunjukkan isyarat seperti minum. James yang melihat itu langsung membuka topengnya dan tertawa.
“Haha, yes, I want.”ucap james singkat sambil menirukan gaya nenek Syifa saat menawarinya minuman. Nenek Syifa pun langsung pergi menuju dapur meninggalkan James. Sejenak James menatap hamparan ladang jagung yang sedang panen dari jendela samping rumah. James pun berjalan menuju sofa ruang tamu untuk melepas lelah karena perjalanan yang cukup jauh.Beberapa saat kemudian nenek Syifa datang membawa nampan berisi segelas teh hangat dan sepiring kue.
“Nah, iki teh anget e. Iki enek roti pukis, klepon, lan lapis, ayo dipangan. Iki panganan enak lo, bahasa inggris e delisius, yo?”ujar nenek Syifa, dan sekali lagi James tertawa dibuatnya. James pun mengangguk sambil tersenyum.
“Ya sudah, Mbok mau ke dapur dulu, mau menghangatkan sayur tadi pagi. Kamu makan ya kuenya, mumpung hujan kayak gini, enak kalau makan kue sama teh anget.”ujar nenek Syifa sambil berjalan menuju dapur.
James menatap hidangan yang ada di depannya, dan ia mengambil satu kue yang bentuknya bulat hijau dengan bubuhan kelapa parut. Tinggal selangkah lagi kue itu masuk dalam mulut James, terdengar suara langkah Syifa keluar dari kamar mandi. James langsung meletakkan kue itu kembali dan segera memakai topengnya. Syifa yang melihat James tetap memakai topeng saat istirahat menggeleng-gelangkan kepalanya tanda tidak mengerti.
“James, James, , kamu aneh banget, segitu nggak bolehnya aku lihat wajah kamu, sampai-sampai kamu pakai topeng trus dari tadi, apa nggak sumpek.”ujar Syifa saat melewati James yang berada di ruang tamu, dan Syifa segera masuk kamar tengah untuk melaksanakan shalat dhuhur.
Saat keadaan aman menurut James, James segera melepas topeng Spidermannya dan mengambil kue yang ia letakkan tadi.
come to me sweet food,”ucap James sambil membuka mulutnya.
Masih terdengar rintik hujan di luar rumah saat James menikmati teh hangat dengan kue tradisional yang disiapkan oleh nenek Syifa, setelah merasa kenyang James segera memakai topengnya untuk antisipasi, dan ternyata benar, setelah itu Syifa terdengar membuka pintu kamar tengah.
“Hei girl, sit down, please, this cake is very tasty.”ucap James.
Yes, it looks like Mr. Spiderman is full, and it's my turn to eat now.”ujar Syifa sambil mengedipkan sebelah matanya. James yang melihat tingkah Syifa yang menggemaskan langsung tertawa dan menarik tangan Syifa untuk duduk di hadapannya. Ditemani candaan dari James, Syifa memakan kue yang disediakan oleh neneknya. Syifa dan James menatap rintik hujan yang terlihat dari pintu depan rumah yang terbuka, suasana dingin namun hangat untuk hati yang damai dan tentram.


                                                                                OOOOOOOO

Rintik hujan telah lama berhenti, dan setitik sinar mentari menerangi tanah dan dedaunan yang basah. Sayang sekali, mentari ingin berganti tugas dengan rembulan.Selesai melaksanakan shalat ashar, Syifa mendekati James yang asik bermain layang-layang dengan Ahmad, anak tetangga rumah.
“James,You wanna come with me?
“Where?”tanya James sambil melambung-lambungkan layang-layang milik Ahmad.
Go to fields and farm.”tunjuk Syifa ke arah persawahan dan ladang jagung.
“Ok, I’m coming with you.”jawab James singkat sambil mengembalikan layang-layang yang ia pegang kepada Ahmad.
Syifa dan James berjalan santai menuju area persawahan dan ladang.Sebelum mereka sampai, mereka berhenti di sungai kecil yang airnya keruh akibat bercampur dengan tanah akibat hujan tadi siang. Terlihat burung-burung berterbangan mencari makanan di senja yang keemasan karena cahaya dari sang raja siang. Titik-titik hujan masih sedikit terlihat di pucuk-pucuk daun jagung yang kering, dan hal itu memberikan kesan tersendiri di hati Syifa.Tiba- tiba terdengar suara lagu mengalun, Little Things-One Direction. James terkejut mendengar lagu itu, namun, keterkejutannya hilang saat melihat Syifa memejamkan mata sambil menikmati suara Zayn lewat lagu di HPnya.
“Syifa.”panggil James, dan Syifa pun menoleh.
Cckkrrrkkk , , , , . Terdenger bunyi kamera HP James. James mengambil gambar Syifa saat menoleh, dan James tersenyum karena itu.
“James, why you take my picture?”
Look at this, you're very pretty.
“Oh, you lie,”ucap Syifa sambil tersenyum.
“No, I am honest. You  don’t know you are beautiful.”ucap James. Syifa mengalihkan pandangannya dari James karena dia malu.
“You know, I like this song so much .”ucap Syifa.
“Why you like this song?”tanya James.
“Because this song reminds me of Louis, One Direction. I really liked him, he will birthday tomorrow.”
“This song reminded you of Louis?”
“Yes, Louis likes a woman who loves carrots, he also loved the charming eyes of a woman. While  I, I do not like carrots, in fact I hate carrots. I'm also not a charming woman, I wear glasses, my eyes are not the most beautiful eyes. I hate wearing glasses myself, I hate myself with something different that Louis likes.”ujar Syifa sambil menatap mentari terbenam tanpa ekspresi wajah.
“Do not hate yourself Shifa. I'm always there for you.”ujar James, dan Syifa tersenyum mendengar ucapan James. Terdengar dering HP diantara Syifa dan James, dan ternyata itu HP James.
“Sorry, Could I take this call?”
“Yes, please.”ujar Syifa. James sedikit menjauh dari Syifa dan segera bicara.
“Hello, what's up? "
“When you come back? Harry cried because you were not here,”ucap seseorang di seberang telepon.
“Yes, I'm going home tomorrow, do not worry. Do not let Harry be sad.”
“Well, do not forget tomorrow is the special day.See you tomorrow.”ucap seseorang diseberang sambil menutup telepon. James pun segera mendekati Syifa kembali.
“Who called you?”
“My family, they miss me. "
“We will be home tomorrow morning, do not worry.”
“Syifa, between me and Louis, who would you choose?”tanya James.
“Why do you asking questions like that, of course I can not choose one, you are a different person, has a different place in my heart too.” Ucap Syifa.
“You must choose. "ucap James.
“I choose you, “ucap Syifa.
“really?”tanya James
“Of course.because you are my friend, and Louis is a person I admire, we never would have met.”ucap Syifa.
“Is there anyone who knows that you admire Louis-One Direction?”tanya James.
“No, so far no one knows. However, there is one person who knows now.”
“Who?”
“You, James. You're the only person who knows.”jawab Syifa.
 “You should a spirit Shifa, do not be sad.”
“Yeah, I’m okay”ucap Syifa sambil tersenyum kepada James.
Syifa dan James menatap mentari yang mulai bersembunyi dari dunia, James mencoba menggenggam tangan Syifa, namun Syifa melepaskannya dengan halus.Semilir angin mengibas-ibaskan kerudung Syifa, dan senja semakin hilang digantikan oleh petang, Syifa dan James segera kembali ke rumah untuk menemani nenek Syifa yang sendirian.

                                                                                OOOOOOOO



Seusai shalat Isya, Syifa dan nenek Syifa duduk di ruang tamu, sedangkan James mencoba menonton TV.Nenek Syifa menyuruh Syifa memanggil James untuk duduk bersama mereka, James pun menuruti permintaan nenek Syifa.
Nduk, pergilah ke pasar malam.Mumpung malam ini cerah, kamu ajak temanmu sekalian.”tawar nenek.
“Tidak usah Mbok, nanti Mbok nggak ada temen di rumah.”
“Nggak apa-ap,Nduk, Mbok kan bisa nonton TV nanti, buat ngisi waktu luang. `1Sana gih, pakai motor Beatmu. Sudah seminggu motor itu ngganggur ditinggal kamu.”
“Baiklah,Mbok. Syifa pamit, assalamualaikum”ucap Syifa sambil mencium tangan neneknya dan bergegas keluar rumah membawa motor, James pun ikut mencium tangan nenek Syifa dan mengikuti Syifa dari belakang.
“Waalaikumsalam.”balas nenek Syifa.
“Where are we going?”tanya James saat di perjalanan .
“We'll go to the night market,”
“What is the night market?”
“See for yourself later.”ucap Syifa sambil terus fokus dengan jalanan. Sepuluh menit kemudian mereka sampai di tempat pasar malam, Syifa memarkirkan motor lalu mengajak James untuk masuk pasar malam.
“It's called the night market, a lot of goods and food are sold here. There are also rides for the kids.”ucap Syifa.
“There are no games for adults?”
“No, the night market is small, not too full. hey, it's traditional snacks, go to it.”ujar Syifa sambil menarik tangan James. Sesampainya di tempat jajanan Syifa membeli Punten khas Tulungagung dan Rujak, ia juga membeli Jenang dan Es Dawet.
“It's typical food  of Tulungagung, Punten and Jenang. You'll like it. "ujar Syifa, James ingin mencobanya, namun ia tidak ingin mengambil resiko.
Akhirnya setelah berkeliling, Syifa dan James kembali ke rumah.Setiba di rumah Syifa langsung menghempaskan diri di sofa ruang tamu, sedangkan James duduk santai sambil melihat Syifa yang terlihat kelelahan. Nenek Syifa yang melihat cucunya kelelahan hanya dapat tersenyum dan mengelus kerudung Syifa, setelah itu nenek Syifa langsung mengambil makanan yang dibawa Syifa untuk diletakkan di piring.
“Syifa, you . . . “ ucapan James terhenti saat melihat Syifa yang tertidur pulas di sofa.
Terlihat tenang dan diam, James yang melihatnya langsung melepas topeng dan mendekati Syifa. James mengelus kerudung Syifa. Tiba-tiba nenek Syifa datang dari dapur membawa Punten, teh dan Jenang. Nenek Syifa nengisyaratkan telunjuknya di mulut tanda untuk tenang. James pun mengerti, James segera mengangkat tubuh Syifa untuk dibawa ke kamarnya. Nenek Syifa membuka pintu untuk mempermudah jalan James , setelah James meletakkan Syifa pada tempat tidur, nenek Syifa segera menyelimuti Syifa, melepaskan kacamata yang Syifa pakai dan segera menutup pintu.
James berjalan tenang menuju ruang tamu, nenek Syifa mengisyaratkan James bahwa nenek Syifa akan tidur, dan James pun mengangguk tanda mengerti. Nenek Syifa memberikan bantal dan selimut untuk James, setelah itu ia pergi menuju kamarnya. Kini hanya James yang ada di ruang tamu, dia merasakan kesepian yang aneh, karena dia tidak pernah merasakan itu. Akhirnya James mengambil makanan yang ada di piring.
“Hey, this is good.”ujar James sendirian .Tanpa sadar James tertidur di sofa ruang tamu setelah kenyang memakan makanan yang dihidangkan oleh nenek Syifa.


                                                                OOOOOOOO


Pagi seusai subuh, Syifa dan James langsung bergegas menuju stasiun bersama pak RT. Setiba di stasiun Syifa langsung membeli karcis dan naik kereta Dhoho untuk kembali ke Surabaya.Syifa dan James terdiam lama, tidak ada yang berucap.Syifa membaca novel, sedangkan James menikmati pemandangan dari balik topengnya.
“Shifa, why do you bury your feelings on Louis, today's birthday, you do not want to meet him?”
“I really admire him, for my heart. I do not need everyone to know my feel. Louis in my heart, is my own.”ujar Syifa sambil tersenyum. James yang mendengar ucapan Syifa sedikit terkejut, namun, ia juga merasa bahagia.
                Tepat pukul 10.15 Syifa dan James sampai di stasiun Wonokromo, mereka pun berpisah di stasiun itu. Syifa dijemput oleh sang ayah, sedangkan James naik taksi untuk sampai ke rumahnya.
“See you , Mr. Spiderman.”ucap Syifa pelan. Mobil Syifa pun mulai berjalan dan hilang dari pandangan James.
“See you tonight, sweet girl.”gumam James.



Sesampainya di rumah, Syifa menemui ibunya.Syifa ingin menceritakan semua hal yang Syifa lakukan di rumah nenek, namun, selera berceritanya hilang saat ibu Syifa menyerbu Syifa dengan pertanyaan yang tidak dimengerti oleh Syifa.
“Sayang, kamu beruntung banget.Kamu adalah anak yang paling ibu sayang.”
“Apa maksud ibu?”
“Loh, kok kamu malah nanya sama ibu, hemz, , , lihat ini.”ujar ibu Syifa.
Syifa meraih sesuatu yang diberikan oleh ibunya. Sebuah undangan, Syifa mulai membuka dan membacanya. Undangan  meet n greet, undangan ulang tahun, Louis One Direction. Syifa bersorak dalam hati, ia tidak mampu berkata-kata, ia hanya terdiam, bahkan ia serasa ingin menangis. Menangis karena bahagia, itulah yang dirasakan Syifa.
“Loh, sayang. Kok kamu nangis, kenapa?”
“Nggak apa-apa, Bu. Aku hanya bahagia, aku dapat melihat penampilan One Direction nanti malam, terima kasih, Bu.”ucap Syifa sambil mengusap air matanya.
“Sayang, jangan berterima kasih kepada ibu, bukan ibu yang melakukan ini semua. Lihatlah  ini.”ucap ibu Syifa sambil menyerahkan selembar kertas pada Syifa.






“James?”
“Iya sayang, ada seseorang yang mengirimkan kartu ini ke rumah kita.Sepertinya dia temanmu.”ucap ibu Syifa.
Syifa mencoba menalar semua yang terjadi saat ini, James bersama dengan Syifa seharian kemarin, dan baru pulang hari ini, lalu bagaimana cara dia untuk melakukan ini semua.
“Sayang, ada Shofia di depan, ayo temui dia.”
“Iya, Bu.”Ucap Syifa sambil bergegas menuju ruang tamu.
“Hai, Syifa.”
“Hai, Shof. Eh, aku punya berita gembira loh,”
“Apa?”
“Aku dapet undangan meet n greetnya One Direction.”ucap Syifa, Shofia yang mendengar ucapan Syifa langsung berteriak dan mengguncang-guncang tubuh Syifa.
“Bagaimana kamu bisa ngedapetin undangan itu, aku juga mau, kenapa akau nggak dikasih, ha . .“rengek Shofia.
“Aku juga nggak tahu Shof, bagaimana aku bisa mendapatkan undangan ini, aku saja nggak tahu siapa pengirimnya.”
“Eh, acaranya malam ini kan?”
“Iya, kenapa.”
“Tidak apa-apa,  hemz , , nggak ada orang yang tahu pasti dimana meet n greetnya diadain, kecuali para undangan. Tapi, aku yakin, bakalan ada banyak penggemar yang nongkrong di tempat acara, meski pun mereka nggak bisa ketemu 1D.”ucap Shofia sedih.
“Shof, kalau kamu mau, kamu boleh ambil undangan ini kok.”
“Loh, nggak Syifa, jangan. Itu undangan buat kamu, bukan buat aku. Aku titip tanda tangannya Niall aja, ok. Gimana kalau sekarang kita ke Mall buat belanja baju buat keperluanmu nanti malam.”ujarShofia.
“Tidak perlu Shofia, aku mempunyai hadiah untuk Syifa di sini.”ucap Ibu Syifa yang tiba-tiba datang.
“Apa maksud ibu?”
Terlihat ibu Syifa membawa sebuah kotak berukuran cukup besar, dan saat Syifa membukanya, kotak itu berisi gaun panjang yang simple, indah dan lembut.Gaun itu berwarna putih, berlengan panjang, dan terdapat sulur bunga di bagian perut. Gaun itu sangat cocok untuk Syifa, karena gaun itu mempunyai pasangan kerudung yang berwarna sama, namun dengan kain yang lebih halus.
“Ibu membeli ini dari teman ibu yang berada di Perancis, dia desainer di sana, ibu memintanya untuk membuatkan baju yang sederhana, namun menarik dan nyaman dipakai, dan yang lebih penting lagi adalah tertutup. Ibu juga memesan agar terdapat kerudung yang satu paket dengan gaun ini, dan dia mau membuatkannya untuk ibu.”ucap Ibu Syifa.
“Wah, tante hebat banget, Shofia juga mau donk, hehe.”ujar Shofia, sedangkan Syifa hanya terdiam.
“Bu, aku tidak bisa memakai itu, aku akan memakai baju yang biasa saja, dan tidak perlu beli lagi, kan aku punya baju yang masih layak.”ucap Syifa.
“Sayang, ini ibu pesan khusus buat kamu, ibu sangat berharap kamu mau memakai ini nanti malam.”ucap ibu Syifa. Syifa menatap Shofia, dan Shofia mengangguk.
“Tetapi, itu terlihat sangat mencolok, Bu.”ujar Syifa. Ibu Syifa terlihat kecewa, dan Shofia bermuka masam sambil menatap Syifa.
“Baiklah, aku akan memakainya.”ucap Syifa.
Ibu Syifa langsung menyerahkan kotak berisi gaun dan kerudung itu pada Syifa.Sedangkan Shofia bersorak lalu membuka HPnya sambil senyum-senyum.
“Kamu kenapa, Shof?”tanya Syifa.
“Nggak apa-apa, Cuma lagi nge-tweet aja, hehe. Aku mau bilang kepada dunia bahwa temanku yang satu ini ngedapetin undangan meet n greet One Direction yang terbatas itu, haha.”ujar Shofia, dan Syifa hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Dasar kamu ini,.”ucap Syifa sambil tertawa, diikuti oleh ibu Syifa.

                                                                                OOOOOOOO

                Setelah shalat maghrib Syifa duduk di depan jendela sambil merenung. Ibu Syifa menghampiri dan menepuk pundak Syifa, Syifa pun tersenyum sambil menatap ibunya.
“Ayo sayang, kamu harus siap-siap.”
“Bu, apa aku pantas.Aku sangat malu, aku harus berbuat apa di sana nanti.”ujar Syifa.
“Syifa, kamu harus tenang. Kamu tidak perlu berbuat seperti orang lain, bersikaplah biasa dan jadilah dirimu sendiri.”ucap ibu Syifa. Syifa mulai beranjak dari duduknya dan tersenyum menatap bintang di langit.
“Terima kasih , Bu.”ucap Syifa.
Syifa berganti baju dan mulai bersiap, dia sangat cocok memakai pakaian yang diberikan oleh ibunya. Dengan bantuan ibunya Syifa memakai kerudung dan sepatu berhak agak tinggi.
“Ibu, aku pakai sepatu biasa aja ya? Aku nggak mau pakek sepatu hak tinggi.”
“Aneh dilihatnya, sayang.Nggak apa-apa kok, kamu cocok memakai sepatu itu, serasi sama gaun kamu.”ucap ibu Syifa.
“Ya Allah, ya sudahlah, aku iku saran ibu saja.”ucap Syifa, dan sang ibu pun tersenyum.
                Syifa pun siap untuk menuju tempat meet n greet. Syifa memasuki mobil dengan perasaan bingung dan was-was. Sang ayah yang melihatnya mencoba untuk tersenyum dan menenangkan Syifa. Sua puluh menit waktu perjalanan dari rumah Syifa menuju KFC di jalan Raya Darmo 101, terlihat banyak sekali orang yang berkumpul dan menyanyikan lagu One Direction di luar tempat acara. Mereka adalah penggemar yang tidak dapat memasuki tempat meet n greet. Ruangan acara meet n greet terkesan tertutup,dan  orang luar sama sekali tidak bisa melihat tempat acaranya. Syifa tidak henti-hentinya memanjatkan syukur kepada Allah karena telah memberi kesempatan Syifa untuk bertemu sang idola malam ini.
“Nanti sebelum pulang kamu hubungi ayah ya.”ucap ayah.
“Iya, Ayah.”jawab Syifa. Di antara kerumunan orang, Syifa mulai berjalan sambil memandang sekaliling.
“Hai, cewek bermata empat,”sapa seseorang di belakang Syifa, dan ternyata dia adalah Milza.
“Milza, kamu di sini.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Tentu saja, ayahku bisa mendapatkan undangan ini dengan mudah. Karena ayahku mempunyai teman yang mengurusi acara ini.”ujar Milza sambil mengayun-ayunkan undangannya.
“Aku juga,”ucap Nadiva menyertai.
“Tetapi, ada satu yang kurang. Nisa belum dapat undangan itu, karena undangan itu habis,  dan kayaknya kita nggak bisa masuk hanya dua orang.”ucap Milza sambil mendekati Syifa. Milza dengan paksa merebut undangan yang digenggam oleh Syifa.
“Milza, jangan, itu milikku.”ucap Syifa memohon.
“Maaf ya, cewek bermata empat kayak kamu itu nggak pantas dapetin undangan spesial kayak gini, bye pecundang.”ucap Milza sambil tersenyum penuh kemenangan.
Perasan Syifa hancur, ia tidak tahu harus berbuat apa. Tanpa terasa air mata Syifa menetes dan membasahi pipinya, Syifa mencoba mendekati pintu masuk acara sambil menghapus air matanya.
“Maaf, tiketnya?”ucap penjaga pintu. Selain penjagaan ketat di luar area KFC, di depan pintu masuk juga dijaga dua pengawas yang memeriksa undangan dan kedatangan.
“Maaf, tadi aku membawa undangan itu, tapi, tapi, , undangan itu hilang.”ucap Syifa.
“Haduh, tipuan kuno itu. Sekarang tipuan seperti itu tidak ampuh lagi, silakan anda pergi.”ucap penjaga pintu.
“Aku bersungguh-sungguh, aku mempunyai undangannya. Namun, aku kehilangan undangan itu, aku mohon izinkan aku masuk.”
“Aku sudah memperlakukanmu dengan halus, jangan memaksaku melakukan hal yang kasar, cepat pergi.”ucap penjaga pintu yang lain.
“Ada seseorang yang menungguku di dalam.Tolong, izinkan aku masuk.”Syifa mencoba membujuk.
“Cepat pergi!!”bentak penjaga pintu dengan muka yang tidak bersahabat.
Syifa mencoba untuk pergi dan merelakan semuanya, dan ia mulai beranjak untuk pergi. Namun, tiba-tiba seseorang menarik dan memeluknya. Syifa sangat terkejut dan bingung, ia mencoba melihat seseorang yang memeluknya, namun ia tidak dapat melihatnya karena seseorang itu memeluk Syifa dengan erat dan menempelkan kepala Syifa pada dadanya. Hampir semua orang di tempat itu berteriak histeris, mereka bersorak serta memanggil-manggil nama orang yang memeluk Syifa dan seseorang yang berada di samping orang yang memeluk Syifa, mereka adalah Niall dan Liam. Sementara di sisi lain tepat di belakang Syifa, Liam dan Niall terlihat Louis yang terdiam dan menunduk, dengan wajah tanpa ekspresi Louis meninggalkan pintu masuk dan pergi ke ruang acara.
“She was my friend, let her go, she does not need ticket.”ucap Niall sambil menarik tangan Syifa untuk masuk. Namun, belum sampai di ruang acara, Niall berhenti melangkah dan menatap Syifa lekat-lekat.
“Hello, my name is Niall James Horan.”ucap Niall.
“Hy, my name is Liam James Payne.”
“James? You are James? But it is impossible.”tanya Syifa tak percaya.
“I'll tell you everything.”ucap Liam sambil tersenyum kepada Syifa.
Di tempat lain, Louis duduk terdiam sambil memutar-mutar gelas minumannya. Harry dan Zayn yang melihatnya langsung mendekatinya.
“Louis, what's wrong with you? Are you sick?” Tanya Harry.
“No, I just felt a little tired.”
“Come on, do not be like this. Today is your special day.”ucap Zayn
“Why do not you sing for us.”saran Harry. Zayn membantu Louis berdiri  dan mendorongnya pelan menuju panggung kecil yang disediakan untuk siapa saja yang ingin menyanyi.
“Night all, tonight is a special night for our friend, Louis, and he will sing a song for us now.”ucap Harry, dan Louis pun menaiki panggung dengan senyum yang terlihat tidak ikhlas.
Musik terdengar mengalun, dan Louis dengan tenang mulai mengalunkan suaranya yang khas.Semua orang terpana, semua orang melihat Louis dengan penuh makna.Louis mencoba memejamkan mata dan mendalami lagunya.

When he opens his arms and holds you close tonight, It just won’t feel right,
‘cause I can love you more than this, yeah, When he lays you down,
I might just die inside, It just don’t feel right,
‘cause I can love you more than this,
Can love you more than this,
Tepuk tangan yang meriah dipersembahkan untuk Louis, Louis hanya tersenyum dan beranjak turun dari panggung, namun, ia dihentikan oleh suara orang-orang yang menginginkan ia untuk menyanyi lagi, dan kali ini ia bernyanyi dengan Zayn, Harry. Niall dan Liam tidak ikut bergabung karena saat itu Niall dan Liam tiba-tiba menghilang. Semua orang kembali bersorak, semua mata terpana akan penampilan mereka yang sangat menarik dan menyenangkan. Mereka menyanyikan sebuah lagu yang diminta oleh Louis.

But now when I see you with him, It tears my world apart.
I’ve been waiting, all this time, but finally say it.
But now I see your hearts been taking
And nothing could be worse
Baby I loved you first
Suara One Direction menghipnotis semua orang yang ada di ruangan itu. Louis terlihat sedih dan tidak seperti biasanya, dia orang yang ceria dan suka bercanda, namun, saat ini dia diam dan terlihat tidak sehat, ia juga seperti memikirkan sesuatu.
“Louis . . . . . . “ teriak seseorang .
Louis segera mencari sumber panggilan itu, karena ia seperti kenal dengan suara yang memanggilnya. Terlihat seseorang dengan gaun dan kerudung putih melambaikan tangan pada Louis.
“Mr. Spiderman . . . “teriak seseorang itu lagi.Louis langsung turun dan menghampiri seseorang itu, sedangkan Harry dan Zayn tetap bernyanyi tanpa Louis.
“Shifa, you are here. Em. . . You already know everything?”
“Yes, I know Mr. Spiderman, Louis William Tomlinson, and not Liam James Payne or Niall James Horan.”ucap Syifa sambil tersenyum. Terlihat Liam dan Niall di belakang Syifa tertawa sambil mengedipkan mata pada Louis.
“You which tells Shifa?”ucap Louis sambil merangkul Liam dan Niall.
“Yes, I know she was Shifa. today you show us a picture, so I can recognize it. Had she been unable to get into here, so I and Liam helped her so that you can meet her.”
“But you hug her, boy.”ujar Louis sambil meninju pundak Niall pelan, dan Niall tertawa.
“I'm sorry. Well, I gotta go, have a good time.”ucap Niall sambil menarik Liam dan beranjak dari tempatnya menuju  panggung untuk menemani dua temannya.
“So, you are really Mr. Spiderman?”tanya Syifa sambil menunduk malu.
“Yes,”ucap Louis singkat sambil terus menatap Syifa.
“Why did you lie to me, confess your name is James. I really hate you.”ujar Syifa sambil memukuli pundak Louis.Louis tertawa dan segera menghentikan pukulan Syifa.
“I'm sorry. I know I was wrong. But, I'm happy now that you know it all. Hey, why did you not come in here, where your ticket?”ujar Louis.
“Em , ,  e , ,  my ticket , , e , ,  lost, yes, my ticket is lost.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Don’t lie to me”ucap Louis sambil menatap Syifa dengan tajam, dan Syifa pun tidak dapat mengelak lagi.
“My ticket was taken by my classmates.”ucap Syifa sambil menunduk.
“oh, I know that. Look at that,”ujar Louis sambil menunjuk tiga orang perempuan yang berteriak-teriak memanggil nama Zayn dan Liam. Louis dan Syifa pun tertawa.
“Sorry, I did not mean to lie,”ucap Syifa.
“Yeah, I know. Wait a minute here,”ucap Louis sambil berlari menuju panggung. Louis tersenyum pada Syifa dan menjentikkan tangan untuk mengisyaratkan sesuatu pada Nial yang membawa sebuah gitar. Ternyata One Direction menyanyikan sebuah lagu untuk semua yang hadir di tempat itu, terutama Syifa. Louis tidak lelah untuk menatap Syifa sepanjang lagu, dan Syifa merasa sangat malu dibuatnya.
You can’t go to bed, without a cup of tea
And maybe that’s the reason
That you talk in your sleep
And all those conversations
Are the secrets that I keep
Thought it makes no sense to me
Lagu terus berjalan, suara One Direction sekali lagi menyentuh semua orang. Syifa tidak berani menatap Louis, namun, Louis terus menatap Syifa. Sesekali mata mereka beradu, namun, Syifa dengan cepat menunduk.
“Haduh, aku ini kenapa sih, kok jadi salting gini. Aku malu sama kak Louis. Sekarang dia tau kalau aku mengaguminya.”gumam Syifa.
Setelah lagu selesai, One Direction turun dari panggung dan menyapa lebih dekat dengan orang-orang yang ada di ruangan itu. Louis dengan cepat menyelinap dan menghampiri Syifa.
“Syifa,”
“Yes,”
“Do you like the song?”
“Why are you still asking? Of course I like.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Em , , , , Shifa, you do not want to hug someone you admire?”tanya Louis sambil cengingiran.
“No, I don’t want”ujar Syifa dengan nada menolak.
“All right, then I will hug this my fan.”ucap Louis sambil menarik tangan Syifa dan memeluknya.
“Louis. . . . don’t hug me,release.”ucap Syifa
“I do not want I want to hug my special fan, haha.”ucap Louis. Syifa segera menginjak kaki Louis hingga Louis berteriak, dan Syifa pun tertawa. Louis tersenyum dan mengelus kepala Syifa.
“Louis, why do you pay attention to fans who wear glasses and hate carrots like me?”tanya Syifa dengan raut wajah sedih.
“Shifa, I really like you. I do not care if you like it with carrots or not, you're still my special fan. Although you do not have the most beautiful eyes, you're still a fan of the beautiful in my eyes”ujar Louis sambil menggenggam tangan Syifa, perlakuan Louis membuat pipi Syifa merona, dan Louis tertawa melihat tingkah Syifa yang menawan.
“Happy birthday, Louis.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Thank you, Shifa. Come on, we join with others. I'll give you a delicious cake and ticket concert in Jakarta next week. I also wanted to ask you, the name of the cake is green and tasty yesterday was what?”celoteh Louis sambil menarik tangan Syifa untuk bergabung dengan anggota 1D yang lain, sedangkan trio penguasa terus saja mengejar Zayn dan Liam untuk dimintai tanda tangan dan foto.
Syifa sangat bahagia, dia tidak pernah memikirkan semua peristiwa ini.Dia bertemu dengan Louis, dan dia melakukan hal indah seharian bersama Louis di desa. Dibalik semua yang Syifa rasakan, ia mendapatkan sebuah pelajaran. Semua hal yang ada di dunia ini adalah takdir dan kehendak Tuhan, meski kita dapat ambil bagian untuk mengubah nasib, namun, takdir tetaplah hal yang Tuhan kuasai.Semua dalam hidup ini adalah misteri, dan biarkan misteri itu berjalan pada roda kehidupan yang berputar normal, maka kita akan menemukan kejutan-kejutan yang tidak pernah kita bayangkan dalam hidup ini. Thank to Allah.

                                                                SELESAI
 
Cerita ini saya buat untuk Louis One Direction yang berulang tahun di bulan Desember 2013. Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika cerita ini memiliki kekurangan dan ketidaksenangan bagi pembaca.Saya sebagai penulis dan pengarang minta maaf, dan atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih. Nur asiyah.