Setiba di rumah,
Airis mengendap endap masuk menuju kamarnya. Saat berjalan hanya tinggal
beberapa langkah, pundak Airis di tepuk oleh seseorang di belakangnya, dengan
tatapan memelas Airis pun cengigiran.
“Bunda, ehm hehe
selamat sore.” ucap Airis manis,
“Hayo dari mana
saja Airis, anak bunda yang paling bunda sayang.Pulang kok sampai jam lima,”
“Emmm anu bunda,
dari rumah temen tadi, maaf.”
“Hmm, gimana ya.
Jangan diulangi lagi ya,”
“Sip bunda, aku
mau mandi dulu.”
“ Ya sana, yang
bersih ya,”
Airis hanya
tersenyum kecil.
“Hufh, untung aja
nggak ketahuan kalau aku jalan ama Dian, kalau ketahuan bisa mati berdiri aku.”
ujarnya dalam hati sambil menenteng handuk untuk mandi,
Gubrak . . . . .
.!!!!
Airis terkejut
mendengar pintu kamarnya di buka secara paksa.Terlihat mbak Aliya berdiri
dengan mata melotot penuh amarah.
“Airis, kemana
aja kamu seharian ini,kata bunda kamu baru pulang.”ucap mbak Aliya
“A , ,anu mbak,
aku tadi jenguk temen yang lagi sakit,”
“ Oh ,, , gitu
ya. Aku baru tau kalau jenguk temen sakit itu di Alun Alun Kota.”
“Mati aku”batin
Airis
Airis hanya bisa
terdiam, mbak Aliya mendekatinya dan duduk di samping Airis.
“Ai,kamu tadi ke
alun-alun sama Dian kan, kakak kelas kamu yang playboy dan suka mainin cewek
itu.JUJUR,”
“Iya kak, kakak
tau darimana?” ucap Airis ketakutan,
“Ya taulah, temen
mbak tadi lihat kamu jalan ama cowok di alau-alun” ujar Aliya,
Airis terdiam...
“Airis, adik
kakak yang paling cantik. Kamu kan udah tau kalau Dian itu cowok yang gak
baik,, jadi jangan sekali-sekali kamu dekati dia.” tutur Aliya kepada Airis,
“Itu gak bener
kak, Dian katanya mau berubah dan dia katanya sayang ama aku.” jawab Airis,
“Kamu dibilangin
jangan membantah. Aku ini kakakmu, aku ingin melindungi kamu dari sakit hati
dan membuang-buang waktu. So, tolong kamu pikirkan dengan baik.”ucap mbak Aliya
mulai meninggi,
“Kak,aku tu udah
17 tahun,jangan dilindungi kayak anak kecil,”
“Air . . . .
“ucap mbak aliya yang langsung dipotong oleh Airis,
“Mbak, aku tu
udah gedhe.mbak tu Cuma kakak tiriku.Jadi, mbak tu g’ ngerti perasaanku kayak
apa. Silahkan mbak Aliya keluar” ujar Airis dengan nada tinggi,
Lalu Aliya pergi dari kamar Airis sambil
menggerutu sendiri. Saat Aliya melewati ruang tamu terlihat mas Ahsan turun
dari mobil BMW nya. Dilihatnya sang adik sedang cemberut, Ahsan pun bertanya
padanya.
“Pulang-pulang koq disuguhin muka cemberut
sih. Ada kejadian apa?”
“Tuh lihat aja
sendiri di kamar adik kita tercinta.Pak dokter,”
Ahsan pun
bergegas menuju kamar Airis.
Setibanya di
depan kamar Airis, Ahsan mulai mengetuk pintu.
Tok,,Tok,,Tok,,
Dari dalam kamar
terdengar Airis sedang menangis.
“Airis, ini mas
Ahsan,, tolong dibuka pintunya.”
Airis yang sedang
terisak-isak di dalam, berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu.
“Ada apa mas ?”
tanya Airis dengan mata yang bengkak dan sendu,
“Kenapa kamu
menangis? Ada apa denganmu?”
“Tuh mbak Aliya
jahat banget ama aku!” jawab Airis dengan penuh amarah,
Mas Ahsan
menghela napas dalam-dalam.
“Ya udah,, ikut
mas beli es krim yuk.” ujar Ahsan untuk menghentikan tangisan Airis,
“Ikut.” airis mulai tersenyum dan bersemangat,
Lalu mas Ahsan
pergi dari kamar Airis untuk mengganti baju. Seusai ganti baju, mas Ahsan dan
Airis langsung menuju ke supermarket tedekat dengan menggunakan motor matic
milik bunda.
Sesampainya di supermarket Airis dan Ahsan
memilih es krim rasa coklat. Lalu mereka pergi ke alun-alun. Di sana Airis
tertawa bahagia melihat lampu di sekeliling.
“Mas, makasih ya, mas Ahsan mau ngajak aku
kesini, malam mimggu lagi.”ucap Airis dengan melahap es krimnya dengan gembira,
“Iya ai, hmm Airis, kamu jangan membantah mbak
Aliya ya. Kamu kan tahu, mbak Aliya tu tegas dan gak bisa dibantah, mungkin
bawaan profesinya yang sebagai asisten dosen fisika itu.”
Airis terdiam sejenak,
“Mas, aku kan Cuma anak tiri di keluarga
kalian, kenapa mas, bunda, mbak Aliya dan ayah sangat perhatian dan
menyayangiku. Orang tuaku saja tidak peduli padaku, membuangku di rumah sakit
selama bertahun tahun, hingga ayah mengambilku dengan penuh iba dan kasih
sayang. Aku sedih, karena aku selalu berfikir bahwa kalian Cuma mengasihaniku
sebagai anak tanpa ayah dan ibu, dan suatu saat kalian akan meminta imbalan
atas semuanya, sedangkan aku tidak punya suatu apapun.”ucap Aris lirih,
Mas Ahsan menggenggam tangan Airis lembut,
“Ai, keluarga kita gak pernah berfikir tentang
itu.Kami semua menyayangimu ai, tanpa pamrih. Jangan pernah kamu berfikir
seperti itu, dan jangan kamu benci pada kedua orang tua kandungmu, mungkin
mereka khilaf atas semuanya, tapi yakinlah mereka bahagia, dan kamu juga patut
bahagia.”
Airis meneteskan air mata,tidak ia sangka
sikap dan sifatnya yang selalu membuat mbak Airis marah, entah itu pulang
telat, pacaran ataupun nilai mata pelajaran yang pas pasan sudah membuat dia
tidak peduli terhadap perasaan orang yang menyayanginya. Dia malah mementingkan
Dian yang hanya kakak kelas yang memang tak baik tabiatnya.
Mas Ahsan berdiri dan mengulurkan tangan pada
Airis,
“Ayo kita pulang, makan malam sudah menunggu,
lagian kita belum shalat isya kan?”
Airis menerima uluran tangan kakaknya sambil
tersenyum,
“Ayo mas,”
Sesampainya di
rumah, terlihat mbak Aliya yang sedang tergeletak lemas di lantai, bunda
menangis terisak isak.
“Mbak Aliya,
kenapa bunda,”Airis menghampiri bunda
Bunda menoleh
pada Airis dan mas Ahsan
“Ahsan ,,, tolong
bawa Aliya kerumah sakit,dia tadi pingsan,dan kami baru tahu kalau dia punya
penyakit tifus akut.”
Mas Ahsan
terlihat terkejut,dan langsung membawa Aliya ke rumah sakit.Sesampainya di
rumah sakit, Aliya dibawa ke ruang UGD, dengan kalut mas Ahsan mondar mandir
tidak tenang.
“Aliya, adikku.
Kamu harus sadar dan sembuh,,”mas Ahsan berusaha tabah
Terlihat salah
satu dokter keluar dari ruang UGD.Ayah dan mas Ahsan pun menghampirinya.
“Bagaimana dengan
anak saya dok,”
“Anak anda harus
dioperasi sekarang juga,pengangkatan usus ini harus secepatnya dilakukan.”Jawab
dokter yang menangani Aliya
“Apakah ini
berbahaya dok, aku tidak mau adikku kenapa kenapa.”
“Begini mas,
operasi ini sangat dibutuhkan noleh adik anda, akan tetapi, operasi ini juga
tidak menjamin Aliya akan sembuh dan sehat kembali. Perbandingannya sangat
kecil, 70 : 30.”
Bunda jatuh
tersungkur dan menangis penuh kesedihan,Airis hanya bisa menenangkan
bundanya.Namun,hasilnya tetap saja nihil.Sang bunda tetap kalut dan sedih.
Malam ini adalah
malam yang sangat menyedihkan dalam hidup Airis. Airis sangat bersalah pada
mbak Aliya, mengapa sebelum Airis minta maaf kepada mbak Aliya, dia sudah
tercengkeram penyakit yang sangat menyakitkan. Airis tidak tahu, apakah mbak
Aliya akan hadir menghiasi harinya dengan celoteh celoteh manis yang selalu
membuatnya manyun sendiri.
Tidak terasa air
mata turun dari tahtanya, Airis tidak bisa menahan semua rasa saat mbak Aliya
dipersiapkan menuju ruang operasi.
“Mbak Aliya,
sembuhlah aku mohon,,”
THE END