Bagaikan Malaikat
“Kenapa kamu membohongiku Ilyas, kenapa kamu berselingkuh dengan Maria? Apa salahku sama kamu? Ha!”teriakku pada seseorang yang kusayangi selama tiga tahun terakhir, kutahan air mataku dengan sekuat tenaga.
“Kenapa kamu membohongiku Ilyas, kenapa kamu berselingkuh dengan Maria? Apa salahku sama kamu? Ha!”teriakku pada seseorang yang kusayangi selama tiga tahun terakhir, kutahan air mataku dengan sekuat tenaga.
“Nisa, dengarkan aku dulu. Aku tidak
ada hubungan khusus dengan Maria, kami hanya teman biasa, tidak lebih Nisa.
Sungguh, kumohon percayalah,”ucap Ilyas memelas sambil menatapku dan menatap
Maria bergiliran. Maria yang berada di sisi Ilyas hanya terdiam menunduk, tidak
mengiyakan atau pun menyanggah ucapan Ilyas.
“Bohong! Aku tau, sebenarnya Maria sudah mencintaimu sejak
dulu. Kalian bermain api di belakangku, kalian sungguh kejam. Ilyas, kita PUTUS!!”teriakku
tanpa pertimbangan. Ucapanku bagaikan petir yang menyambar Ilyas di siang
bolong. Namun emosiku telah sampai di ubun-ubun dan membakar otakku hingga aku tidak dapat berpikir jernih.
“Apa? Ya Allah Nisa, aku mohon
pertimbangkan ini semua. Kamu tidak boleh seenak hati menuduhku seperti ini,
kamu terbakar oleh emosi, jadi dengarkan penjelasan kami dulu. Kami ditugaskan oleh pak Firdaus untuk menjadi
panitia acara ulang tahun sekolah minggu depan, jadi kami…..”
“Mengambil kesempatan itu untuk
selingkuh, gitu. Sudahlah Ilyas, aku sudah muak dengan semua ini. Menjalin
hubungan dengan siswa terpenting di sekolah adalah hal yang sangat menyebalkan,
dari aktivitas segudang yang membuatku sulit bertemu denganmu, sampai penggemar
yang nggak habis-habis godain kamu, aku sudah capek. Kita putus!!!”
Aku bergegas untuk pergi. Namun, Ilyas
menarik tanganku untuk menghadapkan diriku padanya lagi.
“Nisa, kamu jangan bicara seperti itu.
Setiap saat aku ngertiin kamu, aku ingin kamu merasa, kamu mengerti aku mengerti
kamu. Aku ingin kamu sadari, cintaku bukanlah dia,”ucap Ilyas sambil menunjuk
Maria tanpa dosa, sedangkan Maria hanya terdiam dan menunduk (patah hati, cinta
ditolak untuk kesekian kalinya).
“Udah deh, nggak usah muluk-muluk ngomongnya.
Nyontek di liriknya Noah band aja bangga. Pokoknya kita tetap putus, lagian aku
bisa mendapatkan cowok yang lebih keren dan pintar dibandingkan kamu, dan yang
pasti bukan tukang selingkuh kayak kamu. Dia BAGAIKAN MALAIKAT,”ucapku tegas sambil
mengangkat kepala. Aku melepaskan
genggaman tangan Ilyas dengan paksa dan bergegas pergi. Ilyas hanya mampu
terdiam dan menghela napas melihat tingkah dan pemikiranku yang sulit ditebak
olehnya.
Sejenak Ilyas menatap Maria sambil
tersenyum.
“Kamu sudah tahu kan jawabannya.
Maafkan aku, aku tidak bisa menerimamu, sekali pun aku telah putus dengan Nisa,
aku tetap tidak bisa menerimamu. Sekarang, hapus rasa sayangmu, dan angkat rasa
profesionalmu sebagai pasanganku di acara ulang tahun sekolah, sebagai panitia,”ucap
Ilyas tenang dan lembut. Maria menatap mata Ilyas yang teduh, terdapat sebuah
telaga yang bening dan tenang di sana. Terlihat
damai dan membuat perasaan Maria semakin
mendalam pada Ilyas. Namun, Maria mengangguk atas penolakan Ilyas, dan sekali
lagi, dia membohongi perasaannya.
OOOOOO
Selimut, bantal, dan guling berserakan,
semua hadiah dan kenangan dari Ilyas berhamburan dimana-mana. Nisa terisak-isak
di atas boneka lumba-lumba pemberian Ilyas saat ulang tahunnya yang keenam
belas kemarin.
“Kenapa kamu harus selingkuh sih Ilyas,
kenapa juga aku harus mutusin kamu. Aku masih sayang kamu, hikz. . . hikz. . . ,“
gerutu Nisa dengan isak tangis yang
aneh.
Tok . .
Tok . .
“Siapa? Hikz . . ., “
“Ini ibu Nis, ada apa denganmu? Dari luar ibu mendengar isak tangismu. Apa
kamu baik-baik saja?”
“Kenapa hari ini semua orang yang
ngomong sama aku harus pakai lirik lagunya Ariel sih. Hikz. . . . Hikz . . .
Aku pengen sendiri dulu, nanti kalau aku sudah mendingan, aku akan cerita sama
ibu. Ibu nggak boleh masuk kamarku, AWAS ! !”
“Loh, kok jadi ngancam ibu, padahal ibu
mau nyuruh kamu beli kecap di warung sebelah. Tapi kayaknya kamu lagi galau ya
? Hemz , , yadah ibu beli sendiri saja.
Hati-hati di kamar ya sayang.”
“Harusnya aku yang bilang begitu ibu, , hikz, , hikz , , ibu yang hati-hati di jalan, bukannya aku. Ehm , , , makasih ya bu, udah ngertiin
aku, hikz,,,.”
“Iya, sama-sama. Ibu pergi dulu ya Nis,
kamu jangan nangis terus, nanti kamu laper loh.”ujar ibu sambil beranjak pergi.
Beberapa saat kemudian.
“Nangis ternyata nguras tenaga juga ya, mana boneka aku
sekarang basah lagi, hikz, , , hikz , , .
Aku keluar sebentar aja deh, nyari sesuatu di dapur yang bisa dimakan,”ucapku
sambil menghapus air mata yang masih tersisa di pipi. Aku mulai membuka pintu
kamar dan berjalan pelan menuju dapur. Tidak terlihat keberadaan ibu di
dalamnya, aku segera menuju meja makan dan kulkas yang posisinya berdekatan.
“Kenapa cuma ada air putih dingin? Ibu pelit banget ngisi
kulkasnya, cuma ada air putih dingin, sayur-sayuran, sama telur mentah. Hufh,
terpaksa cuma bawa ‘krupuk tayyamum’ di meja sama air putih deh, hemz , , , tapi nggak apa-apa, nanti kalau nggak kenyang
mungkin cuma kembung doang, hahaha,”ucapku sambil berjalan kembali menuju
kamar. Sejenak aku melupakan kesedihanku tentang Ilyas. Namun saat aku tiba di
kamar dan melihat isi kamarku, aku mulai menangis lagi.
“Kenapa aku mutusin Ilyas , , hikz , , (kruess
, , krues , , ) padahal Ilyas adalah cowok yang baik, pinter, aktif, manis
lagi. Meskipun dia bukan cowok paling ganteng satu sekolah, tapi dia adalah
cowok paling manis dan penting di hatiku ,,, hikzz,,,( kruess , , kruess , , ) aku
nggak mungkin narik kata-kataku lagi , , hikz , ,( kruess , , krues , ,) kenapa
dia tadi harus sama Maria, Maria itu kan termasuk penggemarnya Ilyas,, hikzz,
, hikz , , , kenapa juga aku harus
nangis sambil makan ‘krupuk tayyamum’ ini ya allah, hikz , ,”ucapku sambil menatap krupukku dengan
penuh makna.
“Nisa, udah malam, nangisnya kalau
pengen diterusin besok aja, kan besok hari minggu, sekarang kamu tidur aja,
udah malam.”
“Iya, ibu, hikzz.”ucapku yang masih
menyisakan isak tangis. Aku menyisihkan boneka lumba-lumbaku, membereskan
bantal guling, dan segera tidur.
OOOOOO
“Huah,,,,”aku menggeliat di tempat
tidurku, aku mencoba untuk bangun dan bersandar pada dinding tempat tidur.
“Hua , , , , , , , !!”
Terlihat seorang cowok di sebelahku,
cowok itu terdiam lalu tersenyum padaku. Aku yang melihatnya bingung bercampur
marah, kenapa ada orang asing di tempat tidurku.
“Selamat pagi, huah , , , cuacanya cerah sekali ya,”ucap cowok itu, ia
mengangkat tangan sambil menggeliatkan tubuhnya, dan tiba-tiba di belakangnya
terkepak sepasang sayap berwarna putih berkilauan yang sangat menakjubkan
hingga aku tidak mampu berkata apapun.
“He, ,he , , maaf, kamu kaget ya?”tanya cowok bersayap
itu sambil mengembalikan sayap megahnya
ke posisi telungkup seperti semula dan dielusnya sayap itu dengan sayang.
“HUA , , , !!!! Kamu siapa sih? Setan ya? apa makhluk jadi-jadian? Ibu …!!
Tolong….. ada …..”ucapanku terpotong oleh bungkaman cowok bersayap itu.
“Kamu jangan teriak-teriak dong, aku
bukan seperti yang kamu bilang tadi kok, aku adalah malaikat, aku ingin
menemanimu, kamu sedang sedih kan?”
“Malaikat? Menemaniku? Apa kamu gila?”
“Tidak, hehe. Eh Ini sudah jam enam
lebih, apa kamu tidak sekolah?”
“Inikan hari Minggu.”ucapku malas.
“Oh ya? Coba lihat tanggal hari di HP-mu. Ini kan hari
Senin.”ucap cowok bersayap aneh itu sambil tersenyum manis.
“Apa , ,! Mana mungkin, masak aku tidur 35 jam sih. Kenapa semuanya jadi aneh gini sih. Aku mau mandi dulu, jangan kemana-mana, nanti
ibuku bisa pingsan kalau lihat kamu.”ucapku sambil menyambar handuk biruku,
cowok bersayap itu hanya terdiam sambil menatap boneka lumba-lumbaku yang
acak-acakan.
Lima belas menit aku mandi dan ganti
baju di kamar mandi. Setelah selesai aku segera kembali ke kamarku untuk
menyiapkan buku dan memakai sepatu.
“Kamu sekolah hanya berpenampilan seperti
ini?”tanya cowok bersayap.
“Iya, emang ada yang salah?”
“Tidak, hanya saja kamu terlalu
pas-pasan. Mana ada cowok yang suka sama kamu kalau kamu awut-awutan seperti
ini.”ucap cowok bersayap dengan raut wajah tanpa dosa. Mendengar itu aku
langsung mendekatinya dan menonjok pundaknya pelan.
“Ya pasti adalah, daripada kamu cowok
bersayap, semua orang pasti takut duluan sebelum melihat ketampananmu.”ucapku
meledek.
“Hehe, hanya kamu yang bisa melihat
sayapku ini, karena kamu adalah orang pertama yang melihatku di dunia
ini.”ujarnya sambil tersenyum dan mengepak-epakkan sayapnya pelan.
“Loh, kok gitu, kenapa kamu tidak
bilang dari tadi, terus kalau ada seseorang yang mendekatimu dan menabrak
sayapmu bagaimana?”
“Mereka tidak akan merasakan keberadaan
sayapku, karena mereka juga tidak dapat melihatnya. Hanya kamu yang bisa
melihat dan merasakan keberadaan sayapku yang cantik ini,”ucapnya sambil
tersenyum menatapku. Dia terlihat sangat tampan, tinggi, putih dan senyumnya
sangat menawan orang di sekitarnya, atau lebih tepatnya aku. Aku merasa sangat
dekat dengannya, ia sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal, tetapi otakku
sedang tidak ingin mencari siapa orang yang mirip dengan cowok bersayap ini.
“Oh ya, nama kamu siapa? Malaikat juga
mempunyai nama kan?”
“Namaku A’dn. Umurku 1500 tahun
malaikat, aku termasuk malaikat bersayap putih dan sayap ini adalah hal
terpenting dalam hidupku. Oh iya, nama kamu Nisa kan?”
“Kayak burung aja, hal yang terpenting
dalam hidupnya adalah sayap, hehe. Darimana kamu tahu namaku? Wah, kamu tua
sekali ya, tapi kenapa wajahmu seperti seorang cowok berumur sembilan belas
tahun. Andai saja aku punya sayap seperti kamu, pasti aku bisa ke sekolah
dengan terbang memakai sayap seperti itu.”
“Ngomong-ngomong sekolah, ini sudah jam
tujuh , apa kamu nggak telat?”
“Oh iya, aku sampai lupa. Gara-gara
kamu sih, aku berangkat dulu ya, assalamualaikum.”ucapku sambil membuka pintu
kamar.
“Eh, aku ikut.”ujar A’dn sambil
berjalan menghampiriku.
OOOOOO
Aku mengomel di sepanjang jalan menuju
sekolah, karena dengan gampangnya A’dn mengubah jubah putihnya menjadi seragam resmi sekolahku.
Ia membawa tas punggung dan
menyemprotkan minyak wangi yang entah dari mana asalnya, rambut lurusnya yang biasa pun diubah
menjadi pendek model berdiri, dan aku akui dia memiliki style yang sangat keren.
“Sudah puas kamu jadi pusat perhatian
kaum hawa di jalan tadi?”celetukku.
“Nggak juga, aku kan nggak bermaksud
seperti itu.”ucapnya sambil cengar-cengir.
Tiba di sekolah, A’dn menggemparkan sekolahku
dengan pesonanya yang menawan tetapi sedikit bloon. Setiap dia berpapasan
dengan yang lain, dia selalu memasang senyumnya yang membuatku mual. Namun,
siswa dan guru wanita di sekolahku beranggapan lain, menurut mereka A’dn sangat
ramah, sopan, dan yang lebih penting bagi mereka adalah , , , TAMPAN.
“Adn, lebih baik kamu jangan
mendekatiku. Aku tidak mau melihat senyummu yang lebay itu.”
“Loh, kenapa gitu Nis? Ehm , , aku nggak lebay kok, ”ucap Adn sambil
menunjuk kerumunan siswi putri yang berada di taman sekolah. Mereka semua
memperhatikan A’dn sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada A’dn.
“Lajeng,
kulo kedhah matur ‘POH’ ngoten?”teriakku tepat di telinga A’dn.
“Nggeh,
monggo.”balas A’dn dengan kekuatan yang sama
“Loh A’dn, kamu kok bisa bahasa jawa
sih?”tanyaku heran.
“Ya bisalah, aku menguasai semua bahasa
di muka bumi ini. Jadi, setiap kamu mau ngomong bahasa apapun, aku bisa ngerti,
termasuk juga bahasa hewan, hihihi. . .”
“Hu,, , dasar, aku ngomong pakek bahasa alien aja kalau gitu,
gimana? Hahaha.”
“So,
gue harus suffle dance sambil bilang
WOW gitu?”ujar A’dn tanpa beban.
“Silakan,”ucapku sambil mendorong A’dn
agak ketengah dan menjauh dariku. A’dn berkerut kening dan menatapku dengan
heran. Sedangkan aku tersenyum dan memasang isyarat agar dia melakukan suffle dance di depanku. Tiba-tiba terdengar
musik mengalun dari laptop Arai yang disambungkan pada sound system kecil
miliknya. Arai adalah teman sekelasku yang paling styles, dan kebetulan dia
berada didekatku sekarang. Tanpa aba-aba A‘dn pun mulai menggerakkan kakinya. Aku
menatap Arai dengan raut wajah bingung, tetapi ia malah tersenyum sambil
menatapku dan A’dn bergantian. Semua anak yang melihat aksi A’dn langsung
menghampirinya untuk melihat dia lebih dekat. A’dn menari dengan sangat lincah
dan keren, sebagian siswa dan siswi maju di samping A’dn untuk menari
bersamanya. Aku mulai muak melihat tingkahnya, dan ada penyesalan di hatiku
karena menyuruh dia untuk suffle dance di depan umum, hingga aku lupa bahwa dia
adalah malaikat.
“Hufh, aku nyesel nyuruh kamu suffle dance. Sudah, ayo ke kelas,
jangan tebar pesona terus.”ujarku sambil menarik sayap Adn. Namun, bagi orang
lain, aku terlihat seperti menarik tas punggung Adn.
“Eh Nisa, tunggu sebentar.”teriak
seseorang memanggilku.
“Ada apa Arai?”tanyaku pada Arai.
“Coba kamu agak deketan sama teman
cowokmu itu, aku pengen foto kalian berdua.”ujar Arai. Mendengar itu, A’dn
langsung menarik tasku dan memasang tanda peace
sambil tersenyum, aku pun mencoba
mengimbangi ke-narsis-annya dengan gaya yang sama.
“Sip, ok banget kalian. Makasihnya sob,
namaku Arai”ucap Arai sambil menyodorkan tangan pada A’dn.
“Ok, sama-sama, aku A’dn.”ucap A’dn
sambil menyambut tangan Arai sebagai tanda persahabatan.
OOOOOO
“Anak-anak, beberapa hari ini kita
kedatangan satu murid baru, dan kita belum sempat kenalan sama dia. Ehm ,
, dia bernama A’dn dan dia duduk di
sebelah Nisa sekarang.”ucap bu Cinta sambil memasang senyum termanis untuk Adn.
Adn yang melihatnya hanya balas tersenyum sambil berdiri dan menatap semua
orang di dalam kelas, termasuk aku.
“Baiklah, sekarang kita mulai belajar,
buka buku Bahasa Inggris kalian halaman 53. Nisa, kamu berbagi buku sama A’dn
ya, dia belum memiliki buku sendiri.”ucap bu Cinta
“Ya, Bu,”ucapku malas, sedangkan Adn
langsung mendekat dan melongok buku pelajaranku.
“Kamu beruntung banget bisa jadi
manusia,”
“Udah, nggak usah ngomong. Konsen aja
sama pelajaran, atau mulut kamu nanti aku sumpal pakai bulu yang aku cabut dari
sayapmu.”
“Hi , , , Nisa jahat banget sih, serem.”
“Aku cabut nih,”ancamku sambil mencoba
meraih sayap Adn, namun A’dn malah
membuka sayapnya yang megah itu, dan untuk kesekian kalinya aku menatap sayap
itu dengan tatapan penuh makna.
“Nisa, dia siapa?”tanya A’dn sambil
menatap seorang cewek yang duduk di bangku paling belakang dengan tatapan tajam.
“Dia adalah , , , Maria.”ucapku sambil menunduk dan pura-pura berkonsentrasi
dengan buku pelajaran.
“Sepertinya dia bisa melihat
sayapku.”ujar A’dn sambil terus menatap Maria yang juga menatap A’dn. Aku
terkejut dan bingung dengan kata-kata A’dn. Namun aku mencoba bersikap biasa
dan terus memperhatikan buku yang ada di hadapanku.
Bel pulang berbunyi, A’dn terus saja
memperhatikan Maria. Aku yang ada di sampingnya pun tidak dianggapnya, akhirnya
aku menjauh dari A’dn dan bergegas pulang ke rumah. Di sisi lain, A’dn
mendekati Maria yang sedang duduk sendirian di bangku taman sekolah.
OOOOOO
“Hai Maria, selamat siang.”sapa A’dn
ramah, tetapi Maria hanya mendongak sebentar dan menunduk lagi.
“Kamu bisa melihat sayapku kan? Karena
itu kamu takut padaku.”ucap A’dn, dan Maria tetap terdiam.
“Maria, jangan takut padaku, aku tidak
akan menyakitimu, tapi kamu yang akan menyakiti dirimu sendiri bila kamu terus
tenggelam dalam perasaanmu yang suram itu.”
“Apa maksudmu?”Maria mulai membuka mulutnya.
“Aku tahu, kamu mempunyai sisi hati
yang kelam. Kamu selalu menyendiri dan jauh dari semua orang, padahal kamu bisa
lebih baik dari itu.”
“Aku tidak mengerti maksudmu.”
“Kamu tahu, kenapa kamu bisa melihat
sayapku? Karena kamu sebentar lagi akan mati.”ucap A’dn datar, Maria yang
mendengarnya terkejut hingga tak sanggup berkata apapun.
“Kamu sebentar lagi akan mati, jika
kamu tidak dapat mengubah hidupmu yang penuh dengan rasa iri dan dendam itu.
Kamu akan mati di tangan perasaanmu sendiri. Dengan kata lain ‘bunuh diri’. ”ucap
A’dn lembut tetapi menusuk. Ia menatap Maria yang terdiam, terlihat guratan
ketakutan dan kesedihan dalam dirinya.
A’dn tiba-tiba ingat akan Nisa yang meninggalkannya, ia segera berbalik melangkah
untuk menyusul Nisa. Namun, langkah A’dn
terhenti saat Maria tiba-tiba memeluk A’dn dari belakang, dengan air mata yang
bercucuran.
“Aku takut, aku sangat takut. Aku tidak
ingin terbunuh oleh perasaanku sendiri, tolong aku,,”ucap Maria penuh pedih,
A’dn yang mendengarnya mulai berbalik menatap Maria dan mengelus rambut Maria
dengan penuh kasih.
Pyarr . . . . .
A’dn dan Maria menoleh, menatapku yang
berdiri kaku di belakang A’dn. Tanpa sengaja aku menjatuhkan mainan bola kaca
pemberian dari A’dn. Bola kaca yang di dalamnya terdapat nuansa lumba-lumba dan
pantai yang indah, kini pecah tak berbentuk. Aku segera menunduk dan membereskan
pecahan mainan itu, tetapi di sisi lain perasaanku lebih hancur dari mainan itu.
Terlihat A’dn bergegas mendekatiku dan menolongku membereskan pecahan bola kaca
itu, tetapi aku segera berdiri, dan berlari menjauhinya. A’dn menatap Maria
sejenak, dan Maria mengangguk tanda mengizinkan. A’dn berlari menyusulku, dan
saat itu secara perlahan sayap A’dn menghilang dari mata Maria. Maria tidak
dapat lagi melihat sayap kematian itu, ia tersenyum bahagia sambil
mengucapkan tanda syukur, ia segera beranjak dari tempat ia berdiri untuk pulang
ke rumah.
“Terimakasih Ya allah. A’dn, aku akan
berusaha untuk menjadi manusia yang menikmati hidup, dan hariku esok akan
menjadi lebih baik daripada hari ini. Aku berjanji padamu, malaikatku.”
Kuhapus air mataku yang mengalir di
pipi sambil terus berlari, berusaha memungkiri sesuatu yang baru saja terjadi.
Namun, tiba-tiba A’dn menarik tanganku dan menghadapkanku padanya.
“Nisa, kamu kenapa lari?”
“Kamu jahat A’dn, kamu bilang cuma aku
yang bisa lihat sayapmu, tapi kenyataannya Maria juga bisa melihatnya dengan
jelas. Setelah kamu bertemu Maria, menatapku pun kamu nggak mau. Kenapa
semuanya Maria, kenapa bukan aku? Apa karena aku awut-awutan dan.
.”ucapanku terpotong oleh A’dn
“Nisa, siapa yang bilang begitu, aku
bisa jelasin , , “
“Udah cukup, aku benci kamu, jangan
temui aku lagi!”ucapku sambil menghempaskan tangan A’dn. Aku berlari
menjauhinya, dan di sepanjang jalan aku
menitikkan air mata untuk malaikat itu. Seorang malaikat pun tidak mampu
mengerti perasaanku, oh my God.
OOOOO
Senja terlihat indah dengan burung
gereja yang berterbangan di antara pepohonan yang rimbun, sang mentari dan awan
membentuk warna jingga yang membuat hatiku lebih teduh dan damai saat ini, sedangkan
angin yang berhembus membuat helai rambutku beterbangan bagaikan ombak laut yang riang. Walau suasana ini hanya
sejenak, tetapi ini sangat berharga bagiku. Menikmati maha karya Allah SWT yang
indah tak tertandingi, membuatku tak henti memuja dan memuji diri-Nya.
Hari semakin gelap, lampu-lampu jalanan
pun bersinar bak bintang yang terdampar di kelamnya malam. Setelah
pertengkaranku dengan A’dn, aku merasa lebih pedih dan tersiksa. Meski hanya sebentar
bertemu dengannya, tetapi hati ini terlanjur beradaptasi atas kehadirannya.
Sekarang ia berada di dekat Maria, bukan
di dekatku lagi. Malam semakin larut, aku hanya terdiam di keheningan malam
ditemani suara musik di radio kesayanganku, “Little Things” by One Direction.
Aku mencoba memejamkan mataku yang sembab dan merah, sudah terlalu banyak mata
ini berduka, dan kini kuingin mata ini terpejam untuk melepas gundah yang ada.
Aku merasakan ada seseorang yang
membelai rambutku, aku pun segera membuka mata dan berharap itu adalah A’dn.
Namun, semua sunyi dan dingin, tidak ada seorang pun di sini dan aku mulai
menangis lagi.
“A’dn, maafkan aku, aku terlalu gegabah
mengambil keputusan. Aku merindukanmu. . . “aku menangis dan terus berharap
A’dn mendengar ucapanku. Namun aku terkejut saat sesuatu jatuh ke pangkuanku,
tanpa ada seorang pun yang melempar atau pun menaruhnya.
“Mainan ini, kenapa bisa di sini,
bukannya ini sudah pecah saat di sekolah tadi, dan apa ini? Surat.”ujarku
sendiri. Aku membuka surat berwarna putih itu, terdapat sebuah fotoku dan A’dn
saat kami berada di taman sekolah. Kami berdua terlihat bahagia, dengan
memasang senyum yang cerah, kami saling memasang simbol perdamaian dengan
tangan kami. Aku mulai menitikkan kembali air mataku dam mulai membaca secarik
kertas yang mendampingi foto itu.
Nisa, maafkan aku. Aku tidak dapat menemanimu lagi, karena
kamu telah mengucapkan sesuatu yang membuatku tidak dapat bersamamu lagi. Namun
tenanglah, aku masih bisa melihatmu dari sini untuk sementara waktu.
Sebentar lagi ingatanku akan menghilang,
aku tidak dapat mengenal, mengingat, dan melihatmu lagi.
Kamu
harus tahu Nisa, temanmu Maria dapat melihat sayapku karena dia adalah
seseorang yang akan mati karena bunuh diri. Orang seperti dia dapat melihat
sayapku, dan aku sebagai malaikat pelindung, diwajibkan untuk melindunginya dari dosa terbesar itu. Kuharap kamu
dapat merubah sikapmu yang selalu mengambil kesimpulan tanpa melihat
semuanya secara objektif. Malaikat pun tidak akan bisa mengerti dirimu,
jika kamu tetap mengandalkan emosi dan nafsumu. Biarkan kesabaran dan hati
nurani yang membimbingmu menjadi orang yang lebih baik , aku mohon pikirkanlah. Kamu akan lebih banyak kehilangan orang-orang
yang kamu sayang jika kamu tetap bersikap seperti sekarang.
Sampai
bertemu lagi, di lain waktu dan tempat.
A’dn
|
“A’dn, , , hikz , , hikz , , maafkan aku,, , , maafkan aku , , , hikz, , sifatku memang membuat semuanya
menjauh dan hilang. Aku memang kekanak-kanakan, aku akan berusaha berubah A’dn
, , malaikatku kembalilah hikz , , .”
Air mataku terus mengalir, telaga
mataku seakan tidak habis untuk menyesali sifat burukku. Aku menyisihkan mainan
bola kaca, foto, serta surat A’dn dan mencoba berbaring untuk terlelap dan
bertemu A’dn dalam pelabuhan mimpi kami.
OOOOOO
“Nisa . . bangun . .
jangan tidur terus, ini sudah jam sepuluh, ayo bangun.”teriak ibuku
sambil mengetuk pintu, aku yang terkejut langsung melonjak dan terbangun dari
tidur. Aku terdiam sejenak sambil mengucek-ucek mataku. Hingga akhirnya aku
tersadar dan berteriak sekencang kencangnya.
“Oh
may no!! Ternyata semua yang terjadi padaku cuma mimpi. Dari
ketemu A’dn, sampai dia pergi, semuanya cuma mimpi, ya Allah…..”
“Dasar anak ini, bukannya cepet buka pintu, malah ngomong yang
aneh-aneh. ibu buka pintunya nih, satu, dua, tiga”
Krekk . .. . .
Terlihat ibu dan seorang cowok di
belakangnya, aku yang masih dalam keadaan bingung dan galau terus saja mengucek-ucek mata berharap A’dn bukan
sebatas malaikat dalam mimpiku. Sedangkan dua orang yang ada di tengah pintu sedang
tertegun melihat keadaan kamarku yang seribu persen berantakan.
“Hua . . . . . ibu kenapa masuk kamarku . . . . . kenapa Ilyas ada di sini juga , , , IBU !!!”teriakku. Aku langsung bangun dari tempat tidurku dan
mengusir dua manusia yang paling berharga
dalam hidupku dari kamarku.
“Eh, eh, kok ibu di dorong-dorong sih,
Nisa jangan gitu dong.”
“Udah, ibu sama Ilyas keluar sana,
kamarku itu kayak kapal pecah. Kan kemarin udah Nisa bilangin, jangan masuk
kamar Nisa, AWAS!! Lha sekarang kok malah masuk , ngajak Ilyas lagi.”ujarku
sambil bergegas menutu pintu kamar dan menutupnya. Namun, Ilyas mencegahnya dan
mendongakkan kepalanya ke dalam kamar untuk menatapku.
“Butuh bantuan untuk membereskan
kamar? Sekalian aku mau ngejelasin
masalah kemarin di sekolah. Oh iya, aku bawa mainan bola kaca lucu loh buat
kamu, di dalamnya ada lumba-lumba favorit kamu, nuansa pantainya juga indah.
Lihat, jika dikocok-kocok seperti ini, pasir dan airnya bergerak-gerak, lucu
kan? Aku beli ini dari hasil keringatku sendiri loh,
aku kerja di toko kue depan sekolah kita Nisa. Aku juga bawa foto narsis kita
sama teman-teman waktu di taman sekolah minggu kemarin, tapi yang ini kita cuma
foto berdua, ingatkan? Waktu kita foto, kita malah diledekin sama teman-teman.”ucap
Ilyas panjang lebar, Aku terkejut melihat mainan dan foto yang dibawa oleh
Ilyas. Persis seperti benda di mimpiku, dan aku tambah tersentak saat menatap
wajah Ilyas yang tersenyum padaku. Ilyas sangat mirip dengan A’dn, hanya saja
A’dn berkulit putih dan bersayap, sedangkan Ilyas berkulit cokelat dan dia
manusai biasa, tanpa sayap.
“Loh, kok bengong Nis, ada apa?”tanya
Ilyas.
“Tidak ada apa-apa, aku senang kamu di
sini Ilyas. Mohon bantuannya ya, untuk membereskan kamar ini, aku juga minta
maaf sudah gegabah mengambil keputusan, aku juga suka asal ceplos ngomongnya
sama kamu, sama yang lain juga.”ucapku sambil tersenyum.
“Ya sama-sama Nis. Aku maafin kamu, dan
kamu juga harus maafin aku. Hemz, kita nggak jadi putus kan? Ehem , , “ujar Ilyas sambil memasuki kamarku.
“Hemz , , gimana ya, kamu pengen tahu aja, atau pengen
tahu banget, hahaha , , .”
“Hu dasar kamu nih, masih aja suka
jail. Ehem, kayaknya barang-barang yang berantakan ini adalah barang
pemberianku semua ya.”ujar Ilyas sambil berkacak pinggang
“He he, maaf deh, habis aku sebel sih
sama kamu. Aku kemarin itu kayak orang stres tauk, mikirin kamu, tanya aja sama
ibu kalau nggak percaya.”
“He he, sampek segitunya. Yadah, yuk
diberesin semuanya sekarang, sekalian aku taruh mainan dan foto ini di meja
belajar kamu ya? Biar kamu inget aku terus, hihihi , , .”
“Iya,”balasku sambil tersenyum manis
pada Ilyas.
Ilyas menatapku dan mengacak-acak rambutku dengan
gemas. Aku sangat bahagia berada di sisi orang yang menyayangiku, dan aku
sayangi. Aku akan berusaha merubah sikapku
yang dapat membuat orang-orang yang aku sayangi terluka. Memang tidak mudah
untuk melakukannya, namun aku akan berusaha dan meminta bantuan orang-orang
yang ada di sekitarku. Cinta tidak butuh akan kita, namun kita yang membutuhkan
cinta dalam hidup kita. Indahnya hidup akan kita rasakan jika kita mampu
menjadi yang lebih baik guys.
See
you,
^_^
SELESAI
Tulungagung, Februari 2013
SELESAI
Tulungagung, Februari 2013