BUKAN TATAPAN
TERINDAH
Senja terlihat indah saat
Syifa duduk di pinggir sungai kecil yang
berbatasan langsung dengan area
persawahan dan ladang. Semilir angin mengibas-ibaskan kerudungnya dan memberikan
rasa sejuk pada raganya.Burung pipit berterbangan karena orang-orangan sawah
yang menakutkan bagi mereka, dan rerumputan bergemerisik saling bergesekan
dengan indahnya, itu semua membuat Syifa semakin menghargai maha karya Allah
SWT. Terkadang kupu-kupu hinggap di tanaman yang berada ditepi sungai, dan saat
Syifa ingin menyentuhnya, kupu-kupu itu
segera terbang berputar-putar dan kembali pada tanaman yang ia hinggapi tadi.
Syifa sangat bahagia dapat melihat pesona alam ini, yang menurut sebagian orang
adalah hal sepele dan biasa. Namun , bagi dia semua ini memberikan setetes
kesegaran pada mata dan batinnya yang
lelah karena terus menerus diterpa tatapan kosong tanpa makna.
“Mbak, sudah
menjelang maghrib, jangan di situ terus, nanti dimarahi ayah loh.” Terdengar
adik Syifa memanggil Syifa untuk segera kembali ke rumah.
“Iya, Dik, mbak segera ke sana.”ucap Syifa sambil beranjak dari tempat duduknya dan melangkah
dengan tenang menuju teras rumah.
“Nduk, ayo shalat
maghrib berjamaah, mumpung bapak dan ibumu ada di sini.”ajak nenek Syifa, ibu
kedua bagi Syifa
“Iya, Mbok,”jawab
Syifa sambil tersenyum.
Syifa segera menuju kamar mandi
untuk berwudhu. Di ruang tengah terlihat ayah, ibu, adik, dan nenek Syifa yang sudah menunggu. Mereka segera
melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat Islam.Usai shalat berjamaah mereka semua
berkumpul di ruang tamu.Ayah, ibu dan nenek terdiam di tempat duduk mereka
masing-masing, seperti sedang memikirkan sesuatu, sedangkan Syifa dan adiknyasedang
asik membaca novel dan komik.
“Syifa, ayah ingin berbicara dengan kamu.”ucap ayah Syifa
membuka pembicaraan.
“Berbicara apa, Yah?”tanya Syifa.
“Besok ayah, ibu, dan adikmu pulang ke Surabaya. Ayah ingin
kamu ikut bersama kami tinggal di Surabaya.”ucap ayah Syifa tenang.
“Apa? Itu tidak mungkin ayah, sejak SD aku sudah tinggal di
sini, di kota ini bersama Mbok. Aku
tidak mau pergi.”ucap Syifa dengan nada sedih.
“Syifa cucuku, kamu jangan seperti itu, kasihan ayah dan
ibumu.Kamu harus menuruti permintaan mereka berdua, Nduk.”ucap nenek sambil mendekati Syifa.
“Aku tidak mau.Kenapa
semuanya memaksaku untuk tinggal di Surabaya?Dulu ayah menitipkanku pada
Mbok di kota ini, kenapa kalian
sekarang memaksaku untuk ikut kalian?”
“Syifa, kamu kan mengerti mengapa kami menitipkanmu pada
nenekmu dulu, sekarang ayahmu sudah sukses di Surabaya, sekarang kami ingin
kamu ikut bersama kami.”ucap ibu sambil mengelus rambut Syifa.
“Ibu, aku ingin tinggal bersama Mbok, kasihan Mbok
tinggal sendirian di sini.Aku sudah cukup senang dengan kunjungan ayah dan ibu
sebulan sekali ke sini, aku tidak perlu pindah.”ucap Syifa sambil tersenyum
“Ayah ingin kamu tinggal bersama ayah. Ayah sudah memberi
tiga kesempatan kepada kamu kemarin, dan sekarang kamu tidak boleh menolaknya.
Kamu harus ikut kami ke Surabaya.”
“Ayah, aku tetap ingin di sini. Ayah tidak mengerti
perasaanku, aku ingin bersama Mbok di
sini, aku ingin terus memandang
matahari terbenam di area persawahan, aku ingin terus berjalan dan merasakan
tiupan angin yang menyapu kerudungku di antara daun-daun padi dan jagung yang
hijau, aku juga ingin mendengar gemericik air di sungai kecil yang jernih. Aku
tidak mau memenuhi kota yang sudah penuh dan sesak, aku tidak mau tinggal di
kota yang membuatku tidak dapat melihat matahari terbenam, bulan purnama, dan
bintang-bintang,”ucap Syifa sambil menunduk sedih.
“Ayah sudah mengurus surat pindah sekolahmu, jadi besok kamu
harus ikut ayah.”
“Sayang, maafkan kami.Tetapi, kami tidak mempunyai pilihan,
kamu harus ikut bersama kami.”ucap ibu Syifa lembut sambil mengelus kerudung
Syifa.
“Mbak Syifa ikut
kami saja, di Surabaya kan banyak Mall, banyak sekolah maju, jadi Mbak nggak katrok kayak sekarang.Mbak
juga bisa pakek softlens buat
mengganti kacamata kakak yang tebal itu.”ujarRully Rasyadillah, adik Syifa
yang berumur empat belas tahun dan duduk
di kelas delapan.
“Hush, , ! Rasya nggak boleh bilang seperti itu sama
mbakmu.”ujar ibu Syifa marah.
“Aku memang orang kampung, tapi aku nggak kampungan, Dik.Aku
pakai kacamata karena aku nggak suka pakai softlens.”ucap
Syifa sambil terus menunduk. Tidak ada rasa marah dalam nada bicaranya, ia lebih
terkesan hanyut pada sikon yang ada. Tiba-tiba Syifa bangkit dari tempat
duduknya dan pergi menuju kamarnya.
Air matanya mengalir, dan Syifa
tak mampu menahannya. Syifa segera mengambil kacamata yang melekat pada dirinya
agar kacamata itu tidak basah, dan ia mulai melihat bayang-bayang masa lalu.
Saat mata Syifa diketahui tidak sehat lagi, nenek Syifa membeli banyak wortel
untuk Syifa konsumsi. Namun, baru sekali Syifa mencoba jus wortel ditambah
susu, ia malah muntah-muntah. Saat wortel dijadikan sayur oleh sang nenek,
Syifa malah membeli kangkung dan tempe untuk ia masak. Akhirnya minus mata Syifa
semakin parah dan ia harus memakai kacamata total empat.
Syifa merindukan sebuah
keluarga,namun, ia juga tidak ingin neneknya kesepian tanpa dirinya. Ia juga
mengerti bagaimana perasaan ayah dan ibunya, dan ia merasa bersalah karena ia
telah menolak tawaran mereka sampai tiga kali. Akhirnya Syifa segera menghapus
air matanya, mengambil kacamata dan keluar dari kamarnya.
“Ayah,”ucap Syifa sambil menghampiri ayahnya yang duduk di
depan TV.
“Ada apa Syifa?”
“Aku akan ikut ayah besok.Tetapi ,Mbok juga harus ikut ke Surabaya.”ucap Syifa sambil menatap
neneknya
“Nduk,Mbokmu ini
sudah tua, nggak pantes tinggal di kota. Mbok
sudah sangat senang kamu mau menemani Mbok
selama sebelas tahun ini. Mbok tetap
di sini saja, kamu saja yang ikut ayahmu. Kalau kamu kangen sama Mbokmu ini, kamu boleh datang ke sini
kapan saja kamu mau.”ucap nenek Syifa sambil menatap wajah Syifa. Syifa memeluk
neneknya sambil menangis, Syifa tak kuasa melihat mata neneknya yang rapuh dan
tangannya yang lemah. Syifa merasa bersalah karena akan meninggalkan neneknya
sendirian.
“Besok pagi kita akan berangkat, segera shalat Isya dan
beristirahatlah, barang-barangmu sudah dibereskan oleh ibu dan nenekmu.”
“Baik, Yah.”ucap Syifa patuh. Ia segera mengambil wudhu dan
shalat Isya. Ia merasakan sedih yang luar biasa, matahari terbenam hari ini
adalah hadiah perpisahan sebelum Syifa menginjakkan kaki di kota yang jauh
berbeda dari kotanya, Tulungagung.
OOOOOOOO
Pagi itu keluarga Syifa sibuk
mempersiapkan keberangkatan mereka ke Surabaya.Rully sibuk dengan laptop dan
iPadnya, sedangkan Syifa sibuk dengan buku-buku koleksinya. Ayah Syifa telah
memanaskan mesin mobilnya, dan ibunya sibuk mengatur barang-barang yang akan
mereka bawa ke Surabaya.
“Nduk, kamu
hati-hati ya di sana, jaga diri baik-baik.”ucap nenek Syifa sambil tersenyum.
“Ya, Mbok. Mbok,
maafin Syifa ya. Syifa nggak bisa nemenin Mbok
lagi, tetapi, Syifa janji bakalan kesini setiap Syifa ada waktu.”ucap Syifa
sambil mencium punggung tangan neneknya, dan neneknya tersenyum sambil
mengangguk tanda setuju.
“Ayo kita berangkat sekarang. Rasya, kamu jangan main laptop
terus, ayo cepat masuk mobil.”ujar Ayah Syifa sambil menghampiri nenek Syifa untuk
berpamitan.
Mobil mulai berjalan keluar dari
gerbang rumah nenek Syifa, Syifa melambaikan tangan kepada sang nenek dengen
memasang wajah yang sedih.
“Jangan sedih Syifa, kalau kamu mau, minggu depan kamu bisa
menghabiskan akhir pekan di sini.”ucap ibu Syifa sambil menatap Syifa.
“Benar, Bu?”tanya Syifa, dan ibunya mengangguk sambil
tersenyum.
Perjalanan dari Tulungagung
menuju Surabaya memakan waktu empat jam. Dalam waktu empat jam tersebut Syifa
menghabiskannya dengan membaca novel dan buku ilmu pengetahuan. Sedangkan Rully
menghabiskannya dengan bermain laptop dan membaca komik.Pukul sebelas tepat
mereka tiba di rumah mereka. Syifa yang baru pertama kali menginjakkan kaki di
rumah itu merasa cukup nyaman dan bahagia, karena rumah itu memiliki pekarangan
yang luas dan taman yang indah. Semua terlihat hijau dan tertata, Syifa merasa
sedikit terobati dengan adanya taman itu.
“Nah, kamu suka kan dengan rumah kita?”tanya ayah Syifa.
“Iya, Yah. Ini sudah cukup untuk membuatku betah di rumah.”
“Bukan hanya itu, kalau kamu ingin melihat bulan dan
bintang, kamu bisa meminjam teleskop milik adikmu.Kamar kamu juga ada di lantai
atas, jadi kamu bisa dengan mudah melihat bintang tanpa ada penghalang.”ucap
ibu Syifa.
“Terima kasih , Bu. Aku sangat menyukai semua ini. Namun,
aku ikut kalian bukan karena semua kemewahan ini, tapi karena aku ingin
mempunyai keluarga yang utuh.Ada ayah, ibu, dan adikku yang bandel satu
ini.”ucap Syifa sambil mengacak-acak rambut Rully, Rully yang merasa risih
memasang wajah cemberut dan tidak suka.
“Baiklah, ayo kita masuk rumah, biar ayah dan Rasya yang
mengangkat semua barang kita di bagasi.”ucap ibu.
“Syifa, di rumah ini tidak ada pembantu atau pun sopir,
semua kita kerjakan bersama-sama.Ayah juga tidak mengizinkan ibumu bekerja di
luar, dan ibu selalu bilang dia merasa kesepian. Semoga dengan adanya kamu di
sini, ibumu tidak merasa kesepian lagi, kalian juga bisa menjadi ibu dan anak
perawannya yang beranjak dewasa dengan
baik.”celoteh ayah Syifa. Syifa yang mendengar ucapan ayahnya terlihat malu,
dan ayahnya pun tertawa melihatnya.
Syifa berharap dia betah tinggal
di tempat barunya, dan ia juga tidak sabar untuk melihat sekolah barunya besok.
Ayah Syifa mendaftarkan Syifa di sekolah Kusuma Bangsa, dan Syifa duduk di
kelas XI IPA. Meski di Surabaya tersedia semua fasilitas dan kenyamanan, Syifa
masih memikirkan neneknya yang tinggal sendirian di desa, ia berharap semoga
neneknya baik-baik saja.
OOOOOOOO
Mentari menyapa Syifa saat ia
membuka mata. Syifa membuka gorden jendelanya, dan sinar mentari langsung masuk
ke kamarnya tanpa ada halangan.
“Syifa, setelah shalat subuh kamu tidur lagi ya?”tanya ibu
Syifa.
“Hehe, iya, Bu. Tadi Syifa ngantuk banget, jadi tidur lagi.”
“Ya sudah, sekarang kamu cepetan mandi dan siap-siap
berangkat sekolah, ibu sudah membuatkan sarapan untuk kamu.”
“Iya, Bu.”
Syifa bergegas menuju kamar
mandi. Tiga puluh menit dia bersiap dan ia langsung turun menuju meja makan.
Terlihat ayah Syifa dan Rully menikmati sarapan nasi goreng mereka dengan
tenang.
“Ayo Syifa cepat sarapan, kita akan segera berangkat.”
“Iya, Ayah.”
Setelah selesai makan, Syifa,
Rully, dan Ayah Syifa bergegas untuk berangkat menuju sekolah dan kantor. Rully
bersekolah di SMP Kusuma Bangsa, satu
tempat dengan SD dan SMA Kusuma Bangsa.
“Hati-hati di jalan ya, Yah.”ucap Syifa setelah sampai di
depan sekolah.
“Iya sayang, kamu harus beradaptasi di sekolah baru ini ya,
ayah yakin kamu dapat mengikuti pelajaran dengan baik di sini.”
“Iya, Yah. Aku sama Rully masuk dulu ya, Assalamualaikum.”
“Iya, waalaikumsalam.”
Syifa dan Rully langsung masuk
menuju sekolah masing-masing.Syifa ke arah utara, dan Rully ke arah timur.
Syifa mulai memasuki gedung sekolah barunya, ia memandang sekeliling dengan
rasa antusias. Ia bergegas menuju kantor kepala sekolah yang berada di lantai
teratas untuk meminta informasi, sesampainya di kantor kepala sekolah Syifa
diserahkan kepada seorang guru untuk diantar menuju kelas XI IPA.
“Selamat pagi anak-anak.”
“Selamat pagi, Bu.”sapa murid-murid serempak.
“Hari ini kita kedatangan murid baru, silakan perkenalkan
diri kamu.”ucap bu Ambami sambil menepuk pundak Syifa.
“Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Syifa Nur Amalia,
saya pindahan dari kota Tulungagung, saya pindah ke sini karena ikut kedua
orang tua saya.”
“Anak-anak, ada yang ingin bertanya?”tanya bu Amba, dan ada
tiga orang murid yang mengangkat tangan.
“Iya, silahkan Arya.”
“Cantik-cantik kok bermata empat, Bu. Haha,”
“Iya, Bu, kekurangan wortel kali ya, makanya matanya jadi
empat, haha.”
Syifa terdiam, ia tidak mau
berkomentar untuk hal-hal yang tidak penting. ‘Lagi-lagi wortel,’ batin Syifa.
“Bu, jarang-jarang ada anak pindahan dimasukkan ke kelas
kita, memangnya dia pinter banget ya, Bu?”tanya seorang murid laki-laki.
“Dia adalah murid terpintar di sekolahnya, di sekolahnya
dulu dia juga berada di kelas IPA, jadi dia pantas berada di sini. Sudah cukup
tanya jawabnya, Syifa silahkan kamu duduk di tempat duduk yang kosong.”
“Baik, Bu. Mohon bantuannya teman-teman semua.”ucap Syifa
sambil tersenyum. Ia berjalan menuju
satu-satunya tempat duduk yang kosong di kelas itu.
“Hai, salam kenal, namaku Luluk Shofiatul Aliyah. Sekarang
kamu jadi teman sebangkuku, kita akan menjadi sahabat yang baik kan?”ujar seorang
murid perempuan yang duduk tepat di samping Syifa.
“Tentu saja, terima kasih.”
Bel tanda pulang berbunyi,
kegiatan belajar mengajar langsung berhenti dan ditutup dengan doa. Anak-anak berhamburan keluar kelas untuk
pulang menuju rumah masing-masing ,namun, ada juga anak-anak yang sudah
merencanakan sesuatu seusai pulang sekolah, seperti kerja kelompok, ke Mall dan
mengikuti ekstrakurikuler di sekolah. Syifa merasa lega dapat melalui hari
pertamanya dengan cukup baik, apalagi Shofia dengan senang hati mau membagi
buku paketnya untuk Syifa saat di sekolah, karena kebetulan Syifa belum
mendapatkan buku paket dari sekolah. Tepat pukul 14.30 Syifa dan Rully dijemput
oleh sang ayah, sehingga mereka tidak perlu menunggu lagi di depan sekolah.
OOOOOOOO
Terdengar burung berkicau saat
Syifa selesai melaksanakan shalat subuh.Ia
merasa segar melihat bunga-bunga mekar, pepohonan yang rindang,
burung-burung yang berterbangan, serta tak ketinggalan embun pagi penyejuk hati.
“Aku kira tidak ada embun di kota metropolitan kedua di
Indonesia ini.”ujar Syifa sambil tersenyum kepada ibunya.
“Tentu ada sayang, kamu jangan terlalu membenci kota ini
seperti kamu membenci wortel.Sebenarnya keduanya sama-sama memiliki sisi baik,
namun, mengapa kamu membenci mereka berdua?”
“Sudahlah, Bu. Jangan membahas hal itu.Aku mau mandi dulu,
ok.Muach.”ujar Syifa sambil bergegas menuju kamar mandi.Pagi itu Syifa lewati
dengan kegiatan yang sama seperti hari kemarin, sarapan lalu berangkat ke
sekolah.
“Ayah, pulang sekolah nanti aku ingin pergi ke toko buku,
boleh ya?”
“Boleh saja Syifa, tetapi ayah tidak bisa menemanimu, ayah
ada meeting nanti siang. Ayah mungkin hanya dapat mengantar kamu, atau kamu ke toko
buku dengan Rasya saja?”
“Aku tidak bisa, aku ada acara nanti siang, aku mau ke rumah
teman, Yah.”sambar Rully
“Syifa pergi sendiri saja, yah, tidak apa-apa.”
“Ya sudah, nanti ayah antar ke Tunjungan Plaza ya.Pulangnya nanti
kamu naik taksi saja.”
“Iya, Yah.”
Syifa dan Rully keluar dari mobil
dan langsung menuju sekolah masing-masing.Setibanya di ruang kelas, Syifa melihat
murid-murid perempuan gaduh dan berkerumun di tempat duduk Milza.
“Ada apa sih, Shof? Kok teman-teman pada ngerumunin Milza”tanya
Syifa kepada Shofia.
“Itu loh, ada berita heboh di twitter, kamu nggak tahu?”
“Nggak, memangnya ada apa?”
“Haduh, adik kamu aja punya iPad dan laptop, masak kamu
nggak sempat buka twitter sih. One Direction mau ngadain konser di Jakarta minggu
depan, tapi mereka ngadain meet n greet di Surabaya besok malam senin sekalian
ngerayain ulang tahunnya Louis, personilnya 1D, hanya orang-orang khusus yang
dapat masuk ke situ, kabarnya cuma seratus orang undangannya.”
“Oh,,,”
“Loh, kok cuma oh sih. Kamu nggak ngefan sama One Direction?”
“Aku suka lagunya, aku juga suka orang-orangnya, tapi aku nggak
mau ikut-ikutan kayak gitu, buang-buang waktu.”
“Haduh Syifa, kamu manusia macam apa sih, semua cewek di
sini tuh suka sama mereka, semuanya berlomba-lomba buat dapetin tiket itu, kamu
malah nggak acuh gitu.”
“Bukannya nggak acuh, tapi berusaha mengagumi sewajarnya,
kalau berlebihan nanti aku juga yang sakit.Kalau mereka sih nggak ngaruh aku
ada atau nggak, toh masih banyak kok yang muja-muja mereka.”
“Ehem, ehem , , kalau One Direction sih emang nggak ngaruh
kamu ada atau nggak. Kamu kan cuma cewek bermata empat yang aneh dan kampungan.
Twitter saja kamu nggak punya, gimana mau kenal One Direction.”ujar seorang
cewek.
“Syifa, kamu jangan berurusan sama dia, dia itu ketua dari
Trio penguasa. Namanya Laura Anindia Milza, biasa di panggil princess Milza
sama cowok-cowok di sini.”bisik Shofia kepada Syifa.
“Eh cewek bermata empat, kamu nggak usah blagu ya, pakek
sok-sok alim, nggak suka One Direction, kamu nggak waras kali.”ucap seorang
cewek di sebelah kanan Milza.
“Udahlah nggak usah ngurusin cewek kayak dia, nggak penting.
Mendingan kita liat twitter lagi,”ucap cewek di sebelah kiri Milza.
“Yuk.Huh, dasar cewek aneh.”ujar Milza bergegas meninggalkan
Syifa dan Shofia.
“Mereka siapa sih Shof, mengapa sikap mereka seperi
itu?”tanya Syifa sambil berjalan menghampiri bangkunya.
“Ngomongnya jangan keras-keras, nanti mereka dengar. Mereka
itu Trio penguasa, ketuanya adalah Milza tadi, dua orang di sebelahnya itu
Fitri Nadiva Anggraini dan Nisa
Amanda Khusna. Mereka adalah anak
konglomerat yang menjadi pemilik sekolah dan donator terbesar sekolah ini. Kamu
jangan pernah berurusan sama mereka, bisa-bisa hidup kamu susah di sekolah ini.
Kamu sudah membuat mereka marah sama kamu, jangan dekat-dekat dengan mereka,
ok.”celoteh Shofia sambil sedikit berbisik.
“Oh ok. Shofia, kamu nanti nemenin aku ke Mall mau nggak? Aku
mau beli buku, novel, sama DVDnya One Direction yang terbaru.”
“Maksud kamu Take Me Home?”
“Yupz,”
“Tadi siapa ya yang bilang nggak mau mengagumi terlalu
dalam, haha.”
“Aku kan cuma mau dengerin lagu mereka, masak nggak boleh.”
“Boleh kok.Tetapi, aku minta maaf ya Syifa, aku nggak bisa
nemenin kamu ke Mall.Aku mau jalan sama pacarku, hehe.”
“Yah, , , ya udah
nggak apa-apa, aku ke Mall sendiri aja.”ucap Syifa sambil tersenyum.
Bel tanda masuk berbunyi,
anak-anak langsung menempati tempat duduk masing-masing. Saat guru memasuki
kelas, anak-anak langsung berdoa dan menyapa guru, setelah itu mereka menjalankan
kegiatan belajar mengajar dengan baik dan tertib. Pelajaran demi pelajaran
berlalu, tepat pukul 14.30 Syifa keluar
dari sekolah, ayahnya pun sudah menunggu di depan sekolah.Ayah Syifa langsung mengantar
Syifa ke Tunjungan Plaza untuk membeli kebutuhan yang Syifa perlukan.
“Hati-hati ya sayang, kamu tahu jalan pulang ke rumah kan?”
“Ya tahulah,Yah. Ayah nggak usah kuatir.”
“Jangan lupa shalat ashar ya, ayah pergi dulu,
assalamualaikum.”
“Iya, Yah. Waalaikumsalam.”
Syifa mulai memasuki gedung Mall,
ia menyusuri sudut demi sudut untuk menemukan barang yang ia cari. Saat Syifa
berjalan tenang sambil melihat-lihat suasana mall, tiba-tiba ada seseorang yang
menabraknya hingga kacamata Syifa jatuh dan terinjak oleh kerumunan orang yang terdengar berlarian. Seseorang yang
menabraknya langsung menarik tubuh Syifa dan memeluk Syifa.
“Ada apa ini, lepaskan aku.”ucap Syifa ketakutan.
“I ask you, I beg you to be silent for a
moment. I'm not a bad person, trust me.”
“Who are you,
you're not the people of Indonesia?”
“I am not Indonesian person”ucap laki-laki itu.Sesaat
kemudian suasana mulai terdengar biasa.Syifa tidak dapat melihat dengan jelas
karena kacamatanya jatuh, dan Syifa mulai meraba-raba lantai untuk mencarinya.
“I'm sorry,I've been making your glasses fell
and cracked. I'm going tore place it,we will go to the optician
now.”ucap laki-laki itu sambil memberikan kacamata Syifa yang retak pada
Syifa.
“My glasses are broke? Oh God, how could I look around.Why you
had to run and hit, as if someone were chasing
you.”
“Um, yeah,I've been mistaken
for a thief, and I was the victim. Now I'll take you to the optician, come on.”ujar laki-laki itu sambil membenahi topinya dan
segera memapah Syifa. Sesampainya di toko kacamata laki-laki itu memilihkan
kacamata untuk Syifa.
“How minus your eyes?”tanya laki-laki itu.
“A total of four,”ujar Syifa singkat. Penjaga toko langsung
memberikan kacamata yang sesuai dengan minus
mata Syifa yang bingkainya sama persis dengan milik Syifa. Sebelum lelaki itu memasangkan kacamata pada Syifa, ia
membuka topi dan memasangkan sebuah topeng spiderman pada wajahnya. Penjaga
toko yang melihatnya sesaat ingin berteriak, namun, laki-laki itu memasang jari
telunjuk pada bibirnya menandakan untuk diam, dan penjaga toko pun diam sambil
tersenyum. Setelah memasang kacamata untuk Syifa, akhirnya Syifa dapat melihat
dengan normal.
“Looks like you are not wearing a mask before,why
do you wearing a mask now?”tanya Syifa.
“Ehm,I'm shy for you,because I'm ugly.
“ujar laki-laki misterius, dan penjaga toko yang mendengarnya hanya menahan
senyum.
“I do not see someone from the physical,
let's open your mask.”ucap Syifa.
“I do not want,
let me like this.”
“Well, if you like, whatever. Mbak, kacamata ini harganya
berapa ya?”tanya Syifa kepada penjaga toko.
“Harganya 400 ribu.”
“Haduh, kok mahal banget ya mbak, nggak bisa kurang
ya?”tawar Syifa.
“I'm just paying glasses,how much is it?”tanya
laki-laki misterius.
“40 dollar.”ucap penjaga toko, dan laki-laki misterius
langsung membuka dompetnya dan mengeluarkan uang untuk membayar kacamata Syifa.
“No, I'll be paying these glasses.”ucap
Syifa. Namun, penjaga toko lebih memilih uang dari laki-laki misterius. Sesaat
Syifa melihat penjaga toko itu memegang tangan laki-laki misterius dengan erat,
dan laki-laki misterius itu bertandatangan di sebuah kertas kosong yang langsung
disembunyikan oleh penjaga toko.
“Biasa, tanda tangan kuitansi.”ucap penjaga toko sambil cengingiran.
“Dasar aneh.”gumam Syifa yang langsung bergegas pergi,
disusul oleh lak-laki misterius.
“Thank you, you've changed my glasses. Now I
want to go, bye.”ucap Syifa.
“You’re welcome,wait. Can I join with you,I still want to walk here.”
“Em,,,Okay, but I have to pray Asr first,how?”
“I'll wait outside the place prayer,
ok.”
“Ok,”ujar Syifa.
Mereka pun pergi menuju mushola
mall di lantai paling atas.Syifa memasuki mushola, sedangkan laki-laki
misterius menunggu di luar mushola. Seusai Syifa sholat ia langsung keluar
menemui laki-laki misterius.
“Where are we going now?”tanya Syifa.
Sejenak terdengar suara perut dari laki-laki misterius, dan Syifa berusaha
menahan tawa mendengar suara itu.
“Hehe,why do not we buying some food now.”ucap laki-laki
misterius.
“Haha,I know you're hungry. Well,
let's buy some food.”ujar Syifa
Mereka segera mencari tempat yang
cocok.Syifa menunjuk tempat masakan Indonesia, laki-laki misterius tidak setuju.
Laki-laki misterius menunjuk tempat Burger, Syifa tidak setuju. Akhirnya mereka
memilih seafood untuk tempat mereka makan. Syifa memesan ikan bakar dan air
mineral, dengankan laki-laki misterius memesan ikan goreng dan jus jeruk.
“How do you eat?
Your mouth closed by a mask.”
“It's okay, you
eat first, I'll wait.”ucap
laki-laki misterius. Setelah Syifa selesai makan dan meneguk air mineralnya,
giliran laki-laki misterius yang bersiap untuk makan.
“Remove your glasses now,”
“What? Why?”
“Come on, remove your
glasses, so I can eat all of this.”ujar laki-laki
misterius. Syifa sedikit ragu untuk melepaskan kacamatanya, dan ia menatap
laki-laki misterius dengan penuh tanda tanya.
“I will not leave you,believe me.”ucap
laki-laki misterius sambil melepaskan kacamata Syifa. Syifa sedikit tidak
nyaman, namun laki-laki itu terlihat senang.Laki-laki misterius itu segera
mengganti topengnya dengan sebuah topi.Tangan kanan laki-laki itu segera mengambil
makanan untuk disuapkan pada mulutnya, sedangkan tangan kirinya menggenggam
tangan Syifa dengan lembut.
“Sorry, what is
proper?we hold hands. My English
is a bit messy, I hope you understand what I mean.”ujar
Syifa.
“I hold your hand to prove that I'm not leaving
you, and you will believe me.”ucap laki-laki
misterius.
“What’s your name?”tanya Syifa.
“My name is ,, em, James,it's my middle name. What is your name?”
“My name is Syifa Nur Amalia, my nickname Syifa. Where you
from, James?”
“I am from London,”
“England, wow.Why are you in Indonesia”
“Em,,I visited my family in Indonesia.Why
are you here? Buying something?”
“Yes, Iwant to buy books,
novels and DVDs One Direction here.”
“Do you like One Direction?”
“I love their songs.You have not finished
eating?”tanya Syifa.
“Haha,wait a minute. You
know, One Direction are in Indonesia?”
“Yes I know, but I'm
not happy too, because I will not see them. Anyway, I want to buy the book now.”
“Oh, ok, I know.I'll accompany you.We will meet
again here tomorrow, right?”ujar James.
“Tomorrow I'm going to my grandmother's
house outside of town, sorry.”
“When you come back?”
“Maybe the day after tomorrow, I'm only one day there.”
“Can I join?”
“What? No,you should not join. We just know,”
“I'm not a bad person, I beg you.”ucap James, Syifa
terlihat berpikir.
“Well, maybe you can
join.”
“Ok,Let us find the book for you.”ujar
James sambil memasang topengnya, dan memasang kacamata Syifa.
James membayar semua makanan yang
dipesan, dan Syifa mulai mengomel karena makanannya juga dibayar oleh
James.Syifa dan James pun segera pergi untuk mencari toko buku.
“Eh, ada cewek bermata empat. Hai girl, kamu ngapain di sini, kamu kenal Mall
juga ya, haha.”ucap Milza yang tiba-tiba hadir di depan Syifa dan James. Syifa
tertunduk dan berusaha menghindar dari Trio penguasa, namun, Milza menatap
Syifa dengan tajam hingga Syifa tidak berkutik.
“Eh lihat deh, dia jalan sama cowoknya tuh, tapi kok pakai
topeng spiderman sih, haha.”ledek Nadiva sambil memasang muka menghina.
“Mungkin laki-laki ini malu jalan sama cewek kampungan dan
bermata empat kayak Syifa, haha. Princess bermata empat dan prince Spiderman,
romantis banget, haha.”Nisa menambahi.
“Dia bukan pacarku, aku tidak punya pacar, dan dia tidak
tahu apa-apa, jangan menyangkut pautkan dia.”
“Owh, ngasih pembelaan nih ceritanya,tapi asal tahu aja,
kamu punya masalah besar dengan kami, cewek bermata empat.”Ujar Milza sambil
menabrak pundak Syifa dan pergi. Syifa tertunduk sedih, di sekolah baru ia
mempunyai musuh, padahal dia tidak ingin mempunyai musuh satu pun dan dimana
pun.
“Syifa, are you ok. Who are they?”
“I'm fine, their my classmates.”
“Looks like they do evil to you, I do not understand
their language.”
“Yes, I have a little
problem with them. They also commented about your mask.”ujar
Syifa sambil memasang senyum yang terlihat dibuat-buat.
“Yeah, I know. I’m sorry, because this mask , , ,, , “ucapan James dipotong oleh Syifa.
“It's okay, I'm going
home now. Tomorrow if you want to go,wait for me at the
station Wonokromo at seven, do not forget.”
“You did not buy the book?”
“No, Bye.”
“Ok, see you tomorrow.”ucap James.
Syifa dan James pun
berpisah.Syifa menuju lantai bawah, sedangkan James masih berjalan menyusuri
lantai tiga. Suasana hati Syifa tidak karuan, ia mendapatkan teman baru yang
misterius, namun, ia juga mendapat musuh baru yang tidak pernah ia bayangkan,
pemilik sekolah dan donator terbesar
sekolahnya.
OOOOOOOO
Pagi terasa hangat saat mentari
menyambut Syifa untuk bersiap menuju stasiun yang diantar oleh sang ayah. Ibu Syifa merasa cemas karena Syifa berangkat
ke rumah neneknya seorang diri.sedangkan Rully tidak peduli apakah Syifa pergi
sendiri atau ditemani oleh orang tuanya.
“Sayang, kamu ke rumah nenek sama ibu saja ya?”
“Nggak usah, Bu. Nanti kan ibu ada arisan sama teman-teman
ibu, lagian Syifa nggak sendirian kok, Syifa sama teman Syifa, jadi ibu nggak
usah kuatir.”
“Ibu mau lihat dulu siapa teman kamu, ibu nggak mau kamu
kenapa-napa di jalan.”
“Sudahlah , Bu. Aku nggak apa-apa kok. Syifa berangkat
sekarang ya, assalamualaikum.”
“Ya baiklah, hati-hati ya sayang. Waalaikumsalam.”
Ayah Syifa dan Syifa bergegas
menuju stasiun Wonokromo. Sampai di stasiun ayah Syifa masih menawarkan diri
untuk menemani Syifa, namun, Syifa tetap tidak mau merepotkan dan ia ingin ke rumah
neneknya sendirian. Akhirnya ayah Syifa menuruti keinginan Syifa dan bergegas
meninggalkan stasiun. Syifa berjalan menuju pintu stasiun, dan terlihat
seseorang memakai topeng Spiderman di
pojok ruang tunggu.
“You're really here, I do not believe this.”ujar Syifa sambil menepuk pundak James.
“Of course, I was the one who always keep
their promises. I've bought two tickets
for theTulung,,ee,, Tulung,,”
“Tulungagung, James.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Yes, Tulungagung.”ujar James.
Syifa dan James segera memasuki
ruang tunggu kereta, dan beberapa saat kemudian kereta pun terlihat dari arah
timur.Syifa dan James menaiki gerbong dan mencari nomer tempat duduk yang
tertera di tiket kereta.
“I've never ridden the
train in Indonesia.The scenery is very beautiful,”ucap James sambil
menatap keluar jendela.
“I often take the train, and I'm not bored with it.”ucap
Syifa.
Kereta terus berjalan, Syifa dan
James tidak bosan untuk saling bercanda dan mengobrol ringan. James selalu
melakukan hal-hal yang membuat Syifa tertawa lepas, sampai-sampai penumpang
lain terlihat tidak senang karena tingkah mereka. Kereta semakin penuh, James
yang duduk di hadapan Syifa pun terlihat tidak tenang karena ada seorang
laki-laki paruh baya yang terlihat aneh. Dari pertama naik hingga sekarang ia
terus menatap Syifa dengan tatapan tidak biasa.
“Shifa, I wanted to exchanging a seat with you now.”bisik James pada Syifa, dan Syifa pun setuju karena Syifa
juga risih terhadap laki-laki itu.
Saat Syifa dan James bertukar
tempat duduk terdengar laki-laki paruh baya itu menggerutu pelan, ia juga
menyumpat tentang topeng yang dipakai oleh James. Namun, James terlihat senang
karena Syifa baik-baik saja. Tepat pukul 12.30 Syifa dan James tiba di stasiun
Rejotangan, stasiun paling timur kota Tulungagung. Syifa dan James segera
keluar dari stasiun. Syifa melihat sekeliling seperti mencari seseorang, dan
saat ia menemukannya, ia segera lari menghampiri seseorang yang ia cari.
“Pak RT disuruh Mbok
buat jemput saya ya?”tanya Syifa sambil tersenyum, James segera menghampiri
Syifa dan berdiri di sebelah Syifa..
“Iya, Fa. Kasihan juga Mbokmu
kalau harus jemput kamu di stasiun, jadi bapak yang jemput kamu.Ayo cepat
naik.”
“Iya pak, terima kasih.Tetapi, ada sedikit masalah, Pak.”
“Masalah apa, Fa? Kalau masalah motor kamu nggak usah
kuatir. Tua-tua begini motor Astrea bapak masih kuat loh. Oh yo, kancamu
kui lanang opo wadon? Kok meneng ae kat mau,”ujar pak RT.
“Nah itu masalahnya pak, saya mau lapor. Temenku ini
laki-laki, dia mau nginep di rumah Mbok
satu malam sama saya, boleh nggak pak?”
“Hualah, kok yo lanang
to, jangan-jangan pacarmu ya? Hayo ngaku, hehe. Ya boleh saja, wong Mbokmu itu orangnya bisa jaga kamu
dengan baik kok, jadi thole lanang iki
nggak mungkin berbuat macam-macam di rumah Mbokmu.
Wes, ayo kita pulang, Mbokmu sudah nunggu di rumah.”
“Iya, terima kasih, Pak.”ucap Syifa.
Syifa, James dan pak RT bergegas
menuju rumah nenek Syifa. Terlihat mendung kelabu berarak mengikuti mereka,
pertanda sebentar lagi hujan akan turun. Sesampainya di rumah nenek Syifa, pak
RT segera undur diri karena hujan mulai turun dari langit, nenek Syifa pun
berterima kasih dan mempersilakan pak RT untuk pulang. Syifa yang baru tiba
langsung mencium punggung tangan sang nenek, nenek pun langsung memeluk Syifa
dan mencium kening Syifa.
“Loh, iki sopo tow
Nduk, kok dadak gawe topeng, koyok power renjes wae.”ujar nenek Syifa.
“Power ranger, Mbok. Oh ya, ini teman Syifa Mbok. Dia nemenin Syifa ke sini. Syifa
hari ini libur, guru-guru di Kusuma Bangsa mengadakan rapat resmi, jadi
anak-anak diliburkan.Besok pagi Syifa harus kembali ke Surabaya, karena lusa
Syifa harus masuk sekolah.”
“Iya nggak apa-apa, Nduk.
Ketemu kamu saja Mbok sudah senang.
Ya sudah, kamu cepat mandi trus shalat dhuhur, biar temanmu ini istirahat di
ruang tamu.”
“Siap, Mbok. Oh
iya, Mbok, temenku itu orang luar
negeri, jadi dia nggak ngerti bahasa kita, kalau Mbok mau ngobrol sama dia pakai bahasa isyarat saja ya, hehe.”canda
Syifa sambil berlari menuju kamar mandi.
“Walah, iki piye tow. Kok
duwe konco luar negeri barang. Anu, Thole, kamu mau minum ndak, anu e. . . drink, kamu
mau drink, ngene ,,”ujar nenek Syifa
sambil mengepalkan tangannya kecuali jempol dan menunjukkan isyarat seperti
minum. James yang melihat itu langsung membuka topengnya dan tertawa.
“Haha, yes, I want.”ucap james singkat sambil menirukan gaya
nenek Syifa saat menawarinya minuman. Nenek Syifa pun langsung pergi menuju
dapur meninggalkan James. Sejenak James menatap hamparan ladang jagung yang
sedang panen dari jendela samping rumah. James pun berjalan menuju sofa ruang
tamu untuk melepas lelah karena perjalanan yang cukup jauh.Beberapa saat
kemudian nenek Syifa datang membawa nampan berisi segelas teh hangat dan
sepiring kue.
“Nah, iki teh anget e.
Iki enek roti pukis, klepon, lan lapis, ayo dipangan. Iki panganan enak lo, bahasa
inggris e delisius, yo?”ujar nenek Syifa, dan sekali lagi James tertawa
dibuatnya. James pun mengangguk sambil tersenyum.
“Ya sudah, Mbok
mau ke dapur dulu, mau menghangatkan sayur tadi pagi. Kamu makan ya kuenya,
mumpung hujan kayak gini, enak kalau makan kue sama teh anget.”ujar nenek Syifa
sambil berjalan menuju dapur.
James menatap hidangan yang ada
di depannya, dan ia mengambil satu kue yang bentuknya bulat hijau dengan
bubuhan kelapa parut. Tinggal selangkah lagi kue itu masuk dalam mulut James, terdengar
suara langkah Syifa keluar dari kamar mandi. James langsung meletakkan kue itu
kembali dan segera memakai topengnya. Syifa yang melihat James tetap memakai
topeng saat istirahat menggeleng-gelangkan kepalanya tanda tidak mengerti.
“James, James, , kamu aneh banget, segitu nggak bolehnya aku
lihat wajah kamu, sampai-sampai kamu pakai topeng trus dari tadi, apa nggak
sumpek.”ujar Syifa saat melewati James yang berada di ruang tamu, dan Syifa segera
masuk kamar tengah untuk melaksanakan shalat dhuhur.
Saat keadaan aman menurut James,
James segera melepas topeng Spidermannya dan mengambil kue yang ia letakkan
tadi.
“come to me sweet food,”ucap James
sambil membuka mulutnya.
Masih terdengar rintik hujan di
luar rumah saat James menikmati teh hangat dengan kue tradisional yang
disiapkan oleh nenek Syifa, setelah merasa kenyang James segera memakai
topengnya untuk antisipasi, dan ternyata benar, setelah itu Syifa terdengar
membuka pintu kamar tengah.
“Hei girl, sit down, please, this cake is very tasty.”ucap James.
“Yes, it looks like Mr. Spiderman is full, and it's my turn to eat now.”ujar
Syifa sambil mengedipkan sebelah matanya. James yang melihat tingkah Syifa yang
menggemaskan langsung tertawa dan menarik tangan Syifa untuk duduk di hadapannya.
Ditemani candaan dari James, Syifa memakan kue yang disediakan oleh neneknya.
Syifa dan James menatap rintik hujan yang terlihat dari pintu depan rumah yang
terbuka, suasana dingin namun hangat untuk hati yang damai dan tentram.
OOOOOOOO
Rintik hujan telah lama berhenti,
dan setitik sinar mentari menerangi tanah dan dedaunan yang basah. Sayang
sekali, mentari ingin berganti tugas dengan rembulan.Selesai melaksanakan
shalat ashar, Syifa mendekati James yang asik bermain layang-layang dengan
Ahmad, anak tetangga rumah.
“James,You wanna come with me?”
“Where?”tanya James sambil melambung-lambungkan layang-layang
milik Ahmad.
“Go to fields and farm.”tunjuk Syifa
ke arah persawahan dan ladang jagung.
“Ok, I’m coming with you.”jawab James singkat sambil
mengembalikan layang-layang yang ia pegang kepada Ahmad.
Syifa dan James berjalan santai
menuju area persawahan dan ladang.Sebelum mereka sampai, mereka berhenti di
sungai kecil yang airnya keruh akibat bercampur dengan tanah akibat hujan tadi
siang. Terlihat burung-burung berterbangan mencari makanan di senja yang
keemasan karena cahaya dari sang raja siang. Titik-titik hujan masih sedikit
terlihat di pucuk-pucuk daun jagung yang kering, dan hal itu memberikan kesan
tersendiri di hati Syifa.Tiba- tiba terdengar suara lagu mengalun, Little Things-One
Direction. James terkejut mendengar lagu itu, namun, keterkejutannya hilang
saat melihat Syifa memejamkan mata sambil menikmati suara Zayn lewat lagu di
HPnya.
“Syifa.”panggil James, dan Syifa pun menoleh.
Cckkrrrkkk , , , , . Terdenger bunyi kamera HP James. James
mengambil gambar Syifa saat menoleh, dan James tersenyum karena itu.
“James, why you take my picture?”
“Look at this,
you're very pretty.”
“Oh, you lie,”ucap Syifa sambil tersenyum.
“No, I am honest. You don’t know you are beautiful.”ucap James.
Syifa mengalihkan pandangannya dari James karena dia malu.
“You know, I like this song so much .”ucap Syifa.
“Why you like this song?”tanya James.
“Because this song reminds me of Louis, One Direction. I
really liked him, he will birthday tomorrow.”
“This song reminded you of Louis?”
“Yes, Louis likes a woman who loves carrots, he also loved
the charming eyes of a woman. While I, I
do not like carrots, in fact I hate carrots. I'm also not a charming woman, I
wear glasses, my eyes are not the most beautiful eyes. I hate wearing glasses
myself, I hate myself with something different that Louis likes.”ujar Syifa
sambil menatap mentari terbenam tanpa ekspresi wajah.
“Do not hate yourself Shifa. I'm always there for you.”ujar
James, dan Syifa tersenyum mendengar ucapan James. Terdengar dering HP diantara
Syifa dan James, dan ternyata itu HP James.
“Sorry, Could I take this call?”
“Yes, please.”ujar Syifa. James sedikit menjauh dari Syifa
dan segera bicara.
“Hello, what's up? "
“When you come back? Harry cried because you were not here,”ucap
seseorang di seberang telepon.
“Yes, I'm going home tomorrow, do not worry. Do not let
Harry be sad.”
“Well, do not forget tomorrow is the special day.See you
tomorrow.”ucap seseorang diseberang sambil menutup telepon. James pun segera
mendekati Syifa kembali.
“Who called you?”
“My family, they miss me. "
“We will be home tomorrow morning, do not worry.”
“Syifa, between me and Louis, who would you choose?”tanya
James.
“Why do you asking questions like that, of course I can not
choose one, you are a different person, has a different place in my heart too.”
Ucap Syifa.
“You must choose. "ucap James.
“I choose you, “ucap Syifa.
“really?”tanya James
“Of course.because you are my friend, and Louis is a person
I admire, we never would have met.”ucap Syifa.
“Is there anyone who knows that you admire Louis-One
Direction?”tanya James.
“No, so far no one knows. However, there is one person who
knows now.”
“Who?”
“You, James. You're the only person who knows.”jawab Syifa.
“You should a spirit
Shifa, do not be sad.”
“Yeah, I’m okay”ucap Syifa sambil tersenyum kepada James.
Syifa dan James menatap mentari
yang mulai bersembunyi dari dunia, James mencoba menggenggam tangan Syifa,
namun Syifa melepaskannya dengan halus.Semilir angin mengibas-ibaskan kerudung
Syifa, dan senja semakin hilang digantikan oleh petang, Syifa dan James segera
kembali ke rumah untuk menemani nenek Syifa yang sendirian.
OOOOOOOO
Seusai shalat Isya, Syifa dan
nenek Syifa duduk di ruang tamu, sedangkan James mencoba menonton TV.Nenek
Syifa menyuruh Syifa memanggil James untuk duduk bersama mereka, James pun
menuruti permintaan nenek Syifa.
“Nduk, pergilah ke
pasar malam.Mumpung malam ini cerah, kamu ajak temanmu sekalian.”tawar nenek.
“Tidak usah Mbok,
nanti Mbok nggak ada temen di rumah.”
“Nggak apa-ap,Nduk,
Mbok kan bisa nonton TV nanti, buat
ngisi waktu luang. `1Sana gih, pakai motor Beatmu.
Sudah seminggu motor itu ngganggur ditinggal kamu.”
“Baiklah,Mbok.
Syifa pamit, assalamualaikum”ucap Syifa sambil mencium tangan neneknya dan
bergegas keluar rumah membawa motor, James pun ikut mencium tangan nenek Syifa
dan mengikuti Syifa dari belakang.
“Waalaikumsalam.”balas nenek Syifa.
“Where are we going?”tanya James saat di perjalanan .
“We'll go to the night market,”
“What is the night market?”
“See for yourself later.”ucap Syifa sambil terus fokus
dengan jalanan. Sepuluh menit kemudian mereka sampai di tempat pasar malam,
Syifa memarkirkan motor lalu mengajak James untuk masuk pasar malam.
“It's called the night market, a lot of goods and food are
sold here. There are also rides for the kids.”ucap Syifa.
“There are no games for adults?”
“No, the night market is small, not too full. hey, it's
traditional snacks, go to it.”ujar Syifa sambil menarik tangan James.
Sesampainya di tempat jajanan Syifa membeli Punten khas Tulungagung dan Rujak,
ia juga membeli Jenang dan Es Dawet.
“It's typical food of
Tulungagung, Punten and Jenang. You'll like it. "ujar Syifa, James ingin
mencobanya, namun ia tidak ingin mengambil resiko.
Akhirnya setelah berkeliling,
Syifa dan James kembali ke rumah.Setiba di rumah Syifa langsung menghempaskan
diri di sofa ruang tamu, sedangkan James duduk santai sambil melihat Syifa yang
terlihat kelelahan. Nenek Syifa yang melihat cucunya kelelahan hanya dapat
tersenyum dan mengelus kerudung Syifa, setelah itu nenek Syifa langsung
mengambil makanan yang dibawa Syifa untuk diletakkan di piring.
“Syifa, you . . . “ ucapan James terhenti saat melihat Syifa
yang tertidur pulas di sofa.
Terlihat tenang dan diam, James
yang melihatnya langsung melepas topeng dan mendekati Syifa. James mengelus
kerudung Syifa. Tiba-tiba nenek Syifa datang dari dapur membawa Punten, teh dan
Jenang. Nenek Syifa nengisyaratkan telunjuknya di mulut tanda untuk tenang. James
pun mengerti, James segera mengangkat tubuh Syifa untuk dibawa ke kamarnya.
Nenek Syifa membuka pintu untuk mempermudah jalan James , setelah James
meletakkan Syifa pada tempat tidur, nenek Syifa segera menyelimuti Syifa,
melepaskan kacamata yang Syifa pakai dan segera menutup pintu.
James berjalan tenang menuju
ruang tamu, nenek Syifa mengisyaratkan James bahwa nenek Syifa akan tidur, dan
James pun mengangguk tanda mengerti. Nenek Syifa memberikan bantal dan selimut
untuk James, setelah itu ia pergi menuju kamarnya. Kini hanya James yang ada di
ruang tamu, dia merasakan kesepian yang aneh, karena dia tidak pernah merasakan
itu. Akhirnya James mengambil makanan yang ada di piring.
“Hey, this is good.”ujar James sendirian .Tanpa sadar James
tertidur di sofa ruang tamu setelah kenyang memakan makanan yang dihidangkan
oleh nenek Syifa.
OOOOOOOO
Pagi seusai subuh, Syifa dan
James langsung bergegas menuju stasiun bersama pak RT. Setiba di stasiun Syifa
langsung membeli karcis dan naik kereta Dhoho untuk kembali ke Surabaya.Syifa
dan James terdiam lama, tidak ada yang berucap.Syifa membaca novel, sedangkan
James menikmati pemandangan dari balik topengnya.
“Shifa, why do you bury your feelings on Louis, today's
birthday, you do not want to meet him?”
“I really admire him, for my heart. I do not need everyone to
know my feel. Louis in my heart, is my own.”ujar Syifa sambil tersenyum. James
yang mendengar ucapan Syifa sedikit terkejut, namun, ia juga merasa bahagia.
Tepat
pukul 10.15 Syifa dan James sampai di stasiun Wonokromo, mereka pun berpisah di
stasiun itu. Syifa dijemput oleh sang ayah, sedangkan James naik taksi untuk sampai
ke rumahnya.
“See you , Mr. Spiderman.”ucap Syifa pelan. Mobil Syifa pun
mulai berjalan dan hilang dari pandangan James.
“See you tonight, sweet girl.”gumam James.
Sesampainya di rumah, Syifa
menemui ibunya.Syifa ingin menceritakan semua hal yang Syifa lakukan di rumah
nenek, namun, selera berceritanya hilang saat ibu Syifa menyerbu Syifa dengan
pertanyaan yang tidak dimengerti oleh Syifa.
“Sayang, kamu beruntung banget.Kamu adalah anak yang paling
ibu sayang.”
“Apa maksud ibu?”
“Loh, kok kamu malah nanya sama ibu, hemz, , , lihat
ini.”ujar ibu Syifa.
Syifa meraih sesuatu yang
diberikan oleh ibunya. Sebuah undangan, Syifa mulai membuka dan membacanya. Undangan meet n greet, undangan ulang tahun, Louis One
Direction. Syifa bersorak dalam hati, ia tidak mampu berkata-kata, ia hanya
terdiam, bahkan ia serasa ingin menangis. Menangis karena bahagia, itulah yang
dirasakan Syifa.
“Loh, sayang. Kok kamu nangis, kenapa?”
“Nggak apa-apa, Bu. Aku hanya bahagia, aku dapat melihat
penampilan One Direction nanti malam, terima kasih, Bu.”ucap Syifa sambil
mengusap air matanya.
“Sayang, jangan berterima kasih kepada ibu, bukan ibu yang
melakukan ini semua. Lihatlah ini.”ucap
ibu Syifa sambil menyerahkan selembar kertas pada Syifa.
“James?”
“Iya sayang, ada seseorang yang mengirimkan kartu ini ke
rumah kita.Sepertinya dia temanmu.”ucap ibu Syifa.
Syifa mencoba menalar semua yang
terjadi saat ini, James bersama dengan Syifa seharian kemarin, dan baru pulang
hari ini, lalu bagaimana cara dia untuk melakukan ini semua.
“Sayang, ada Shofia di depan, ayo temui dia.”
“Iya, Bu.”Ucap Syifa sambil bergegas menuju ruang tamu.
“Hai, Syifa.”
“Hai, Shof. Eh, aku punya berita gembira loh,”
“Apa?”
“Aku dapet undangan meet n greetnya One Direction.”ucap
Syifa, Shofia yang mendengar ucapan Syifa langsung berteriak dan
mengguncang-guncang tubuh Syifa.
“Bagaimana kamu bisa ngedapetin undangan itu, aku juga mau,
kenapa akau nggak dikasih, ha . .“rengek Shofia.
“Aku juga nggak tahu Shof, bagaimana aku bisa mendapatkan
undangan ini, aku saja nggak tahu siapa pengirimnya.”
“Eh, acaranya malam ini kan?”
“Iya, kenapa.”
“Tidak apa-apa, hemz
, , nggak ada orang yang tahu pasti dimana meet n greetnya diadain, kecuali
para undangan. Tapi, aku yakin, bakalan ada banyak penggemar yang nongkrong di
tempat acara, meski pun mereka nggak bisa ketemu 1D.”ucap Shofia sedih.
“Shof, kalau kamu mau, kamu boleh ambil undangan ini kok.”
“Loh, nggak Syifa, jangan. Itu undangan buat kamu, bukan
buat aku. Aku titip tanda tangannya Niall aja, ok. Gimana kalau sekarang kita
ke Mall buat belanja baju buat keperluanmu nanti malam.”ujarShofia.
“Tidak perlu Shofia, aku mempunyai hadiah untuk Syifa di
sini.”ucap Ibu Syifa yang tiba-tiba datang.
“Apa maksud ibu?”
Terlihat ibu Syifa membawa sebuah
kotak berukuran cukup besar, dan saat Syifa membukanya, kotak itu berisi gaun
panjang yang simple, indah dan lembut.Gaun itu berwarna putih, berlengan
panjang, dan terdapat sulur bunga di bagian perut. Gaun itu sangat cocok untuk
Syifa, karena gaun itu mempunyai pasangan kerudung yang berwarna sama, namun
dengan kain yang lebih halus.
“Ibu membeli ini dari teman ibu yang berada di Perancis, dia
desainer di sana, ibu memintanya untuk membuatkan baju yang sederhana, namun
menarik dan nyaman dipakai, dan yang lebih penting lagi adalah tertutup. Ibu
juga memesan agar terdapat kerudung yang satu paket dengan gaun ini, dan dia
mau membuatkannya untuk ibu.”ucap Ibu Syifa.
“Wah, tante hebat banget, Shofia juga mau donk, hehe.”ujar
Shofia, sedangkan Syifa hanya terdiam.
“Bu, aku tidak bisa memakai itu, aku akan memakai baju yang
biasa saja, dan tidak perlu beli lagi, kan aku punya baju yang masih
layak.”ucap Syifa.
“Sayang, ini ibu pesan khusus buat kamu, ibu sangat berharap
kamu mau memakai ini nanti malam.”ucap ibu Syifa. Syifa menatap Shofia, dan
Shofia mengangguk.
“Tetapi, itu terlihat sangat mencolok, Bu.”ujar Syifa. Ibu
Syifa terlihat kecewa, dan Shofia bermuka masam sambil menatap Syifa.
“Baiklah, aku akan memakainya.”ucap Syifa.
Ibu Syifa langsung menyerahkan
kotak berisi gaun dan kerudung itu pada Syifa.Sedangkan Shofia bersorak lalu
membuka HPnya sambil senyum-senyum.
“Kamu kenapa, Shof?”tanya Syifa.
“Nggak apa-apa, Cuma lagi nge-tweet aja, hehe. Aku mau
bilang kepada dunia bahwa temanku yang satu ini ngedapetin undangan meet n
greet One Direction yang terbatas itu, haha.”ujar Shofia, dan Syifa hanya
menggeleng-gelengkan kepala.
“Dasar kamu ini,.”ucap Syifa sambil tertawa, diikuti oleh
ibu Syifa.
OOOOOOOO
Setelah
shalat maghrib Syifa duduk di depan jendela sambil merenung. Ibu Syifa
menghampiri dan menepuk pundak Syifa, Syifa pun tersenyum sambil menatap
ibunya.
“Ayo sayang, kamu harus siap-siap.”
“Bu, apa aku pantas.Aku sangat malu, aku harus berbuat apa
di sana nanti.”ujar Syifa.
“Syifa, kamu harus tenang. Kamu tidak perlu berbuat seperti
orang lain, bersikaplah biasa dan jadilah dirimu sendiri.”ucap ibu Syifa. Syifa
mulai beranjak dari duduknya dan tersenyum menatap bintang di langit.
“Terima kasih , Bu.”ucap Syifa.
Syifa berganti baju dan mulai
bersiap, dia sangat cocok memakai pakaian yang diberikan oleh ibunya. Dengan
bantuan ibunya Syifa memakai kerudung dan sepatu berhak agak tinggi.
“Ibu, aku pakai sepatu biasa aja ya? Aku nggak mau pakek
sepatu hak tinggi.”
“Aneh dilihatnya, sayang.Nggak apa-apa kok, kamu cocok
memakai sepatu itu, serasi sama gaun kamu.”ucap ibu Syifa.
“Ya Allah, ya sudahlah, aku iku saran ibu saja.”ucap Syifa,
dan sang ibu pun tersenyum.
Syifa
pun siap untuk menuju tempat meet n greet. Syifa memasuki mobil dengan perasaan
bingung dan was-was. Sang ayah yang melihatnya mencoba untuk tersenyum dan
menenangkan Syifa. Sua puluh menit waktu perjalanan dari rumah Syifa menuju KFC
di jalan Raya Darmo 101, terlihat banyak sekali orang yang berkumpul dan
menyanyikan lagu One Direction di luar tempat acara. Mereka adalah penggemar
yang tidak dapat memasuki tempat meet n greet. Ruangan acara meet n greet
terkesan tertutup,dan orang luar sama
sekali tidak bisa melihat tempat acaranya. Syifa tidak henti-hentinya
memanjatkan syukur kepada Allah karena telah memberi kesempatan Syifa untuk
bertemu sang idola malam ini.
“Nanti sebelum pulang kamu hubungi ayah ya.”ucap ayah.
“Iya, Ayah.”jawab Syifa. Di antara kerumunan orang, Syifa
mulai berjalan sambil memandang sekaliling.
“Hai, cewek bermata empat,”sapa seseorang di belakang Syifa,
dan ternyata dia adalah Milza.
“Milza, kamu di sini.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Tentu saja, ayahku bisa mendapatkan undangan ini dengan
mudah. Karena ayahku mempunyai teman yang mengurusi acara ini.”ujar Milza
sambil mengayun-ayunkan undangannya.
“Aku juga,”ucap Nadiva menyertai.
“Tetapi, ada satu yang kurang. Nisa belum dapat undangan
itu, karena undangan itu habis, dan
kayaknya kita nggak bisa masuk hanya dua orang.”ucap Milza sambil mendekati
Syifa. Milza dengan paksa merebut undangan yang digenggam oleh Syifa.
“Milza, jangan, itu milikku.”ucap Syifa memohon.
“Maaf ya, cewek bermata empat kayak kamu itu nggak pantas
dapetin undangan spesial kayak gini, bye pecundang.”ucap Milza sambil tersenyum
penuh kemenangan.
Perasan Syifa hancur, ia tidak tahu harus berbuat apa. Tanpa
terasa air mata Syifa menetes dan membasahi pipinya, Syifa mencoba mendekati
pintu masuk acara sambil menghapus air matanya.
“Maaf, tiketnya?”ucap penjaga pintu. Selain penjagaan ketat
di luar area KFC, di depan pintu masuk juga dijaga dua pengawas yang memeriksa
undangan dan kedatangan.
“Maaf, tadi aku membawa undangan itu, tapi, tapi, , undangan
itu hilang.”ucap Syifa.
“Haduh, tipuan kuno itu. Sekarang tipuan seperti itu tidak
ampuh lagi, silakan anda pergi.”ucap penjaga pintu.
“Aku bersungguh-sungguh, aku mempunyai undangannya. Namun,
aku kehilangan undangan itu, aku mohon izinkan aku masuk.”
“Aku sudah memperlakukanmu dengan halus, jangan memaksaku
melakukan hal yang kasar, cepat pergi.”ucap penjaga pintu yang lain.
“Ada seseorang yang menungguku di dalam.Tolong, izinkan aku
masuk.”Syifa mencoba membujuk.
“Cepat pergi!!”bentak penjaga pintu dengan muka yang tidak
bersahabat.
Syifa mencoba untuk pergi dan
merelakan semuanya, dan ia mulai beranjak untuk pergi. Namun, tiba-tiba
seseorang menarik dan memeluknya. Syifa sangat terkejut dan bingung, ia mencoba
melihat seseorang yang memeluknya, namun ia tidak dapat melihatnya karena
seseorang itu memeluk Syifa dengan erat dan menempelkan kepala Syifa pada
dadanya. Hampir semua orang di tempat itu berteriak histeris, mereka bersorak
serta memanggil-manggil nama orang yang memeluk Syifa dan seseorang yang berada
di samping orang yang memeluk Syifa, mereka adalah Niall dan Liam. Sementara di
sisi lain tepat di belakang Syifa, Liam dan Niall terlihat Louis yang terdiam
dan menunduk, dengan wajah tanpa ekspresi Louis meninggalkan pintu masuk dan
pergi ke ruang acara.
“She was my friend, let her go, she does not need ticket.”ucap
Niall sambil menarik tangan Syifa untuk masuk. Namun, belum sampai di ruang
acara, Niall berhenti melangkah dan menatap Syifa lekat-lekat.
“Hello, my name is Niall James Horan.”ucap Niall.
“Hy, my name is Liam James Payne.”
“James? You are James? But it is impossible.”tanya Syifa tak
percaya.
“I'll tell you everything.”ucap Liam sambil tersenyum kepada
Syifa.
Di tempat lain, Louis duduk
terdiam sambil memutar-mutar gelas minumannya. Harry dan Zayn yang melihatnya
langsung mendekatinya.
“Louis, what's wrong with you? Are you sick?” Tanya Harry.
“No, I just felt a little tired.”
“Come on, do not be like this. Today is your special day.”ucap
Zayn
“Why do not you sing for us.”saran Harry. Zayn membantu
Louis berdiri dan mendorongnya pelan
menuju panggung kecil yang disediakan untuk siapa saja yang ingin menyanyi.
“Night all, tonight is a special night for our friend,
Louis, and he will sing a song for us now.”ucap Harry, dan Louis pun menaiki
panggung dengan senyum yang terlihat tidak ikhlas.
Musik terdengar mengalun, dan
Louis dengan tenang mulai mengalunkan suaranya yang khas.Semua orang terpana,
semua orang melihat Louis dengan penuh makna.Louis mencoba memejamkan mata dan
mendalami lagunya.
When he opens his arms and holds you close tonight, It
just won’t feel right,
‘cause I can love you more than this, yeah, When he lays
you down,
I might just die inside, It just don’t feel right,
‘cause I can love you more than this,
Can love you more than this,
Tepuk tangan yang meriah
dipersembahkan untuk Louis, Louis hanya tersenyum dan beranjak turun dari
panggung, namun, ia dihentikan oleh suara orang-orang yang menginginkan ia untuk
menyanyi lagi, dan kali ini ia bernyanyi dengan Zayn, Harry. Niall dan Liam
tidak ikut bergabung karena saat itu Niall dan Liam tiba-tiba menghilang. Semua
orang kembali bersorak, semua mata terpana akan penampilan mereka yang sangat
menarik dan menyenangkan. Mereka menyanyikan sebuah lagu yang diminta oleh
Louis.
But now when I see you with him, It tears my world apart.
I’ve been waiting, all this time, but finally say it.
But now I see your hearts been taking
And nothing could be worse
Baby I loved you first
Suara One Direction menghipnotis
semua orang yang ada di ruangan itu. Louis terlihat sedih dan tidak seperti
biasanya, dia orang yang ceria dan suka bercanda, namun, saat ini dia diam dan
terlihat tidak sehat, ia juga seperti memikirkan sesuatu.
“Louis . . . . . . “ teriak seseorang .
Louis segera mencari sumber panggilan
itu, karena ia seperti kenal dengan suara yang memanggilnya. Terlihat seseorang
dengan gaun dan kerudung putih melambaikan tangan pada Louis.
“Mr. Spiderman . . . “teriak seseorang itu lagi.Louis
langsung turun dan menghampiri seseorang itu, sedangkan Harry dan Zayn tetap
bernyanyi tanpa Louis.
“Shifa, you are here. Em. . . You already know everything?”
“Yes, I know Mr. Spiderman, Louis William Tomlinson, and not
Liam James Payne or Niall James Horan.”ucap Syifa sambil tersenyum. Terlihat
Liam dan Niall di belakang Syifa tertawa sambil mengedipkan mata pada Louis.
“You which tells Shifa?”ucap Louis sambil merangkul Liam dan
Niall.
“Yes, I know she was Shifa. today you show us a picture, so
I can recognize it. Had she been unable to get into here, so I and Liam helped
her so that you can meet her.”
“But you hug her, boy.”ujar Louis sambil meninju pundak
Niall pelan, dan Niall tertawa.
“I'm sorry. Well, I gotta go, have a good time.”ucap Niall
sambil menarik Liam dan beranjak dari tempatnya menuju panggung untuk menemani dua temannya.
“So, you are really Mr. Spiderman?”tanya Syifa sambil
menunduk malu.
“Yes,”ucap Louis singkat sambil terus menatap Syifa.
“Why did you lie to me, confess your name is James. I really
hate you.”ujar Syifa sambil memukuli pundak Louis.Louis tertawa dan segera
menghentikan pukulan Syifa.
“I'm sorry. I know I was wrong. But, I'm happy now that you
know it all. Hey, why did you not come in here, where your ticket?”ujar Louis.
“Em , , e , , my ticket , , e , , lost, yes, my ticket is lost.”ucap Syifa
sambil tersenyum.
“Don’t lie to me”ucap Louis sambil menatap Syifa dengan
tajam, dan Syifa pun tidak dapat mengelak lagi.
“My ticket was taken by my classmates.”ucap Syifa sambil
menunduk.
“oh, I know that. Look at that,”ujar Louis sambil menunjuk
tiga orang perempuan yang berteriak-teriak memanggil nama Zayn dan Liam. Louis
dan Syifa pun tertawa.
“Sorry, I did not mean to lie,”ucap Syifa.
“Yeah, I know. Wait a minute here,”ucap Louis sambil berlari
menuju panggung. Louis tersenyum pada Syifa dan menjentikkan tangan untuk
mengisyaratkan sesuatu pada Nial yang membawa sebuah gitar. Ternyata One
Direction menyanyikan sebuah lagu untuk semua yang hadir di tempat itu,
terutama Syifa. Louis tidak lelah untuk menatap Syifa sepanjang lagu, dan Syifa
merasa sangat malu dibuatnya.
You can’t go to bed, without a cup
of tea
And maybe that’s the reason
That you talk in your sleep
And all those conversations
Are the secrets that I keep
Thought it makes no sense to me
Lagu terus berjalan, suara One
Direction sekali lagi menyentuh semua orang. Syifa tidak berani menatap Louis,
namun, Louis terus menatap Syifa. Sesekali mata mereka beradu, namun, Syifa
dengan cepat menunduk.
“Haduh, aku ini kenapa sih, kok jadi salting gini. Aku malu
sama kak Louis. Sekarang dia tau kalau aku mengaguminya.”gumam Syifa.
Setelah lagu selesai, One
Direction turun dari panggung dan menyapa lebih dekat dengan orang-orang yang
ada di ruangan itu. Louis dengan cepat menyelinap dan menghampiri Syifa.
“Syifa,”
“Yes,”
“Do you like the song?”
“Why are you still asking? Of course I like.”ucap Syifa
sambil tersenyum.
“Em , , , , Shifa, you do not want to hug someone you
admire?”tanya Louis sambil cengingiran.
“No, I don’t want”ujar Syifa dengan nada menolak.
“All right, then I will hug this my fan.”ucap Louis sambil
menarik tangan Syifa dan memeluknya.
“Louis. . . . don’t hug me,release.”ucap Syifa
“I do not want I want to hug my special fan, haha.”ucap
Louis. Syifa segera menginjak kaki Louis hingga Louis berteriak, dan Syifa pun
tertawa. Louis tersenyum dan mengelus kepala Syifa.
“Louis, why do you pay attention to fans who wear glasses
and hate carrots like me?”tanya Syifa dengan raut wajah sedih.
“Shifa, I really like you. I do not care if you like it with
carrots or not, you're still my special fan. Although you do not have the most
beautiful eyes, you're still a fan of the beautiful in my eyes”ujar Louis
sambil menggenggam tangan Syifa, perlakuan Louis membuat pipi Syifa merona, dan
Louis tertawa melihat tingkah Syifa yang menawan.
“Happy birthday, Louis.”ucap Syifa sambil tersenyum.
“Thank you, Shifa. Come on, we join with others. I'll give
you a delicious cake and ticket concert in Jakarta next week. I also wanted to
ask you, the name of the cake is green and tasty yesterday was what?”celoteh
Louis sambil menarik tangan Syifa untuk bergabung dengan anggota 1D yang lain,
sedangkan trio penguasa terus saja mengejar Zayn dan Liam untuk dimintai tanda
tangan dan foto.
Syifa sangat bahagia, dia tidak
pernah memikirkan semua peristiwa ini.Dia bertemu dengan Louis, dan dia
melakukan hal indah seharian bersama Louis di desa. Dibalik semua yang Syifa
rasakan, ia mendapatkan sebuah pelajaran. Semua hal yang ada di dunia ini
adalah takdir dan kehendak Tuhan, meski kita dapat ambil bagian untuk mengubah
nasib, namun, takdir tetaplah hal yang Tuhan kuasai.Semua dalam hidup ini
adalah misteri, dan biarkan misteri itu berjalan pada roda kehidupan yang
berputar normal, maka kita akan menemukan kejutan-kejutan yang tidak pernah
kita bayangkan dalam hidup ini. Thank to Allah.
SELESAI
Cerita ini saya buat untuk Louis One Direction yang berulang tahun di bulan Desember 2013. Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika cerita ini memiliki
kekurangan dan ketidaksenangan bagi pembaca.Saya sebagai penulis dan pengarang
minta maaf, dan atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih. Nur asiyah.