Rabu, 30 Mei 2012

CELL Center of English Learning


LIBURAN SAMBIL BELAJAR  DI PARE
CELL (Center of English Learning )

Kamis, 17 Mei 2011. Aku, siswa MAN 3 TULUNGAGUNG mempunyai kesempatan untuk belajar bahasa Inggris di Pare, Kediri, tepatnya di CELL (Center of English Learning). Pukul tujuh, aku dan teman-teman sekelasku, Akselerasi sudah siap untuk berangkat. Namun, seperti biasa, jam berangkat kami ke Pare selalu ngaret. Jadi, sambil nunggu foto-foto dulu, hehe...







 

Oh ya, siswa Akselerasi di MAN 3 TULUNGAGUNG berjumlah 10 termasuk aku, sebelumnya ada 13, tetapi itu tidak berlangsung lama karena ada tiga anak yang turun dari Aksel, dan hari ini ada satu anak yang tidak bisa ikut ke Pare karena ada halangan. Dia seorang penyanyi yang cukup terkenal di daerahku, karena banyak job, dia tidak bisa ikut ke Pare, dia bernama Khusna Nadivatul ambami.

 
                                   
 Aku mempunyai teman yang sangat istimewa di kelas Aksel, diantaranya, Fitri wulandari (ratu PD sejagat) , Jamilatuz Zahro (beautiful girl), Khusna Amalia (miss jutek seumur hidup), Luluk Fauziah(cewek ½,cowok 1/2), M. Ali Rosyadillah  (Mr. simple), Nur Asiyah (pelupa,hehehe), Nur Khoirun Nisa (si cerewet berat), Rully Badrul Hisyam (cowok inspiratif,maybe), Siti Shofiyatul Aliyah (CUTE GIRL). Selain anak Akselerasi, ada juga 18 anak regular yang ikut ke Pare, tapi aku g’ hafal namanya, hihihi.



Pukul 08.30 kami berangkat dari sekolah MAN 3 TULUNGAGUNG menuju Pare,ada tiga buah mobil, yaitu mobil sekolah, mobil milik Pak Zen (ketua program Akselerasi dan mobil Pak Agus. Anak Akselerasi menaiki mobil PakAgus (guru sejarah kami yang keren), Pak agus bersama dengan istri dan anaknya (a’yun) di kursi mobil depan, dan anak anak serta tasnya berada mobil tengah dan belakang. Suasana di dalam mobil sangatlah panas, karena teman teman tidak mau pisah pisah, maka dari itu  di dalam mobil yang umpel umpelan terasa “PANASNYA KEBERSAMAAN”. Hihihihihihihihi
Pukul 12.00 kami tiba di tempat kusrus bahasa Inggris, kami di sambut oleh tutor-tutor yang baik dan ramah, diantaranya Mr. Farih (direktur CELL), Mr. Ahmad muZakki(hobi nyanyi n ngelukis), Mr. Irwan, Mr. Adip, Mr. Febrianto, Mr. Ahmad, Mr. Ilmi, Mr. Rohman, dan miss miss yang cantik dan baik ada miss Tia, miss Lulus, dan miss Amini.



Namun tutor yang membimbing kami setiap hari adalah Mr. Adip, Mr. Irwan, Mr. Zakki, Mr. Febrianto,  Mr. Ilmi dan Miss Tia.
Camp dari Cell terbagi menjadi dua yaitu boy camp dan girl camp. Kami, anak Akselerasi menempati camp di samping camp anak laki laki, sedangkan camp anak regular bertempat di depan office, kamar kami sungguh nyaman…..
 



Hari pertama, kami melaksanakan pembukaan untuk menjadi bagian dari CELL, hal pertama yang di lakukan adalah introduce atau perkenalan. Kami harus menjari tutor tutor untuk di tanyai nama, alamat,dan dan hobi, agar kami lebih dekat dan  mengenal tutor di CELL.
Sekitar pukul 19.00 kami mengerjakan ujian oral dan tulis sebelum mendapat pembelajaran di CELL.
 Pagi hari yang ceria, pukul 06.30 kami sudah siap untuk memdapat pembelajaran dari Mr. Ilmi, hari ini kita menuju lapangan, dengan pembelajaran yang sejuk dan menyenangkan.
Sepulang dari belajar vocab sama Mr. Ilmi, seven icons, hihihi,(cos jumlahnya 7 orang) sarapan di warung ANNUR, yang murah namun berkualitas,hihihih

Setelah sarapan, kami menuju underground untuk pembelajaran bersama Mr. Adib, Miss Tia, dan  Mr. Zakki (karena Mr. Irwan berhalangan untuk hadir) sampai jam 12 siang. Setelah selesai pembelajaran, kami kembali ke camp untuk istirahat sampai jam setengah 4. Setelah itu kami belajar grammar dengan Mr. Zakki lagi.



Tidur dengan nyenyakkkk . . .. ..

Hal- hal indah kita lalui di Cell, dengan tutor yang baik, ramah dan menyenangkan. Ada sungai yang jadi background foto-foto kita yang narsiz-narsiz ini. Teman-temanku yang sangat baik dan saling berbagi, sampai-sampai baju aja saling tukar, hihihi
 




Yang paling seru, waktu malam minggu kita semua pergi ke GUMUL (simpang lima) naik odong-odong. Dengan ditemani rintik hujan dan suka ria, kami sampai di GUMUL, mulai deh penyakit kita, foto-foto…..


 
 



Hari terkhir di CELL, sebenernya pengen lebih lama di sini, tapi waktu tidak mengizinkannya. FAREWELL PARTY,untuk keseruan terakhir sebelum kita di CELL lagi, suatu saat nanti.


  

Malam terakhir di CELL, nadiv, teman kami yang tidak bergabung untuk ke PARE, malam itu dia datang untuk menjemput kami bersama guru-guru.
 kami berpamitan dan foro bersama tutor tercinta.
















Indah, senang dan bahagia di Pare, jadi enggan untuk meninggalkannya. Ini adalah pengalaman yang menyenangkan sekaligus memberi ilmu yang lebih untuk bahasa Inggris saya, meski cuma enam hari di sana. Terima kasih semua, LOVE U CELL.


      

Selasa, 15 Mei 2012

CERPEN-KETIKA SAHABAT BERPALING


KETIKA SAHABAT BERPALING
                
                 Jalanan terasa sunyi saat aku berjalan sendiri di trotoar menuju rumah. Jam tanganku menunjuk angka 11 tepat, entah apa yang ku pikirkan, hatiku terasa hambar. Apa lagi tengah malam begini tidak ada satu pun orang yang lewat di jalan trotoar, hanya terkadang terdapat mobil atau motor yang melintas di jalan. Biasanya aku ditemani oleh  headset kesayanganku, namun kali ini aku tidak menginginkan sebuah lagu berdengung di telingaku. Semuanya terasa sakit, terasa pedih. Namun aku tidak mengerti, perasaan apa ini.
Kenapa, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Aku terlalu lemah dalam hal bersosialisasi. Kemarin, dia masih bersamaku, seorang wanita yang cantik dan menawan, dia baik dan setia kawan. Namun, persahabatan yang telah terukir selama dua tahun hancur, karena kesalah pahaman yang tidak dapat ku jelaskan. Apa yang bisa  ku lakukan saat ini, hanya merenung dan introspeksi diri. Aku merasa orang bodoh, penuh emosi, hingga Nilam pergi jauh dariku.
“Hai, kamu ngapain. Nunduk gitu,”
Kutatap seseorang di depanku. Nanta
“Gishel, kenapa mukamu pucat gitu, kayak kertas lecek, di buang lagi, hahaha. Hayo, malam-malam jalan sendirian, ngapain.”
“Aku memang di buang,”
Nanta terlihat terkejut,namun segera ia berubah raut mukanya seperti semula, menggemaskan dan terlihat tanpa dosa.
“Maksud kamu apa gi,”
“Aku di buang, terbuang dan merasa dibuang. Kau tahu Nanta, Nilam kini telah pergi menjauh. Aku tidak pantas menjadi sahabatnya, kita sangat berbeda, tak mampu melengkapi, bahkan menambahi. Semua palsu di matanya, begitu juga rasa sayangku untuknya,” mataku mulai memerah, air mataku serasa mendobrak pertahanan kelopak mata untuk jatuh ke pipi.
Nanta yang melihatku langsung mendekatiku,
“Tersenyum lah,” ucap Nanta terlihat tenang menyungging sebuah senyum yang aku pikir terlihat cool, dia memang mudah mengubah suasana. Karena dia pintar medominasi wajah menawannya itu. Namun bukannya aku tersenyum, tapi aku malah menundukkan kepala dan menangis.
“Andai aku tidak ada di sini, apa yang kau lakukan gi. Apa kau akan menangis, menahan air matamu itu, tersenyum , atau marah pada dirimu sendiri dan berteriak sesuka hatimu,”Tanya Nanta sambil memandang awan di langi malam
Aku yang sesenggukan menatap wajah Nanta
“Aku tidak tahu Nanta, tapi aku tahu satu hal jika kamu g’ ada di sini. Aku akan kesepian, tanpa siapapun di sini untukku,”
Nanta tresenyum.
“Gi, kau harus tahu satu hal, saat ada seseorang yang meninggalkanmu. Pasti kau akan mendapatkan obat sakit hatimu, siapapun itu. Percayalah,”
Aku tidak pernah menyangka, Nanta seseorang yang tidak pernah serius, selalu bercanda dan memiliki mimik muka yang beragam tanpa dosa itu bisa bersikap bijaksana. Aku yang masih dalam tangisku, langsung di tatap tajam oleh Nanta
“Apa, , , lihat mukaku kayak lihat monyet pakek baju kimono. Awas mata kamu jatoh ntar,”celetukku sambil menghapus air mataku.
“Hahaha, lucu lucu, aku g’ lagi lihat monyet pakek kimono, tapi aku lihat orang yang aku sayang nangis trus, aku g’ suka.”
“Hu, gombal kamu, “
“G’ kok, aku serius,, hihihi,”
Ya ampun, Nanta sangat menggemaskan, serasa melihat bayi mungil yang lucu. Pantas saja Nanta banyak yang suka, dari anak kecil, cewek-cewek, ampek kakekku saja seneng sama Natan.Dia memang anak yang asik dan menawan, kadang aku juga terpikat olehnya.
“Hey, kok bengong, udah tengah malam nih, pulang yuk, ntar ada hantu nyamperin kita loh.”
“Ih, Nanta gitu ih, udah tau aku penakut, masih di gituin,”
“Salah sendiri jalan malam-malam, ayo pulang.”
“Iya iya tetanggaku yang jelek,wek, hihihi.”
 



Pagi yang terasa sunyi, sangat sepi. Meski mentari telah tersenyum menyinari dunia. Oh Tuhan, apa aku sanggup bertemu dengan Nilam, sahabat yang telah berpaling dariku, mencari tempat teduh dalam hidup, sayapnya telah siap dan pergi jauh dariku. Hufh, bagaimana hidupku akan berjalan tanpa dia, rasanya masih pedih.
“Gishel, ayo cepat turun, sudah siang sayang, sarapannya sudah  siap,”
“Ya ma,”
Aku berjalan dengan lamunanku, bagaimana jika Nilam sudah mendapatkan sahabat baru.
“Hai Gishel, kok nglamun trus, ntar nabrak loh,”
“Ana, kok kamu . . . “
“Aku hari ini males bawa sepeda motor, pengen naik sepeda, hehe. Kebetulan ketemu kamu, jadi ya tambah seneng deh.”
“Iya, seneng ketemu kamu. “
“Emm, Gishel, maaf, aku ingin bertanya padamu, tapi kamu jangan marah ya.”
“Ya silahkan,”
“Apa yang terjadi antara kamu dengan Nilam, kemarin aku melihat kamu di lapangan futsal sendirian, biasanya kan kamu selalu dengan Nilam,”
“Aku berfikir sejenak dengan itu semua Ana, kami sedikit renggang, tapi bukan bermusuhan, hanya sedikit membiasakan diri tanpa suatu yang berlebihan diantara kita.”
“Oh, jadi, bolehkah aku menjadi sahabatmu. Sebenarnya sejak dulu aku ingin dekat denganmu, tapi Nilam selalu bilang kalau kamu g’ butuh teman yang lain, jadi aku g’ berani dekat kamu,”
“Hahaha, Ana Ana, kok kamu berfikir gtu. Semua orang buth teman, memang kita butuh sahabat, tapi kita juga harus punya banyak teman untuk hidup yang lebih bahagia,” ucapku sambil tersenyum
“Iya , hehehe. Eh, dah sampai nih, kita parkir dulu ya,”
“Ya.”
Aku merasa lebih baik dengan adanya Ana, apa yang aku katakana tadi mungkin benar. Kita memang membutuhkan seorang sahabat yang tulus, namun kita juga membutuhkan teman yang ada dalam hidup kita.
 


Akhir-akhir ini aku lebih dekat dengan Ana, dia anak yang baik dan supel, nyambung untuk pembicaraanku dengannya, karena aku dan dia memang satu hobi, yaitu futsal , membaca, dan jalan jalan.
“Gishel,,”
Aku berbalik untuk melihat seseorang yang memanggilku. Nanta
“Nanta, ngapain kamu di sini.”
“Loh, emank g’ boleh aku datang ke sekolahmu, lagiankan ada disnatalis, aku pengen lihat lihat + nengok kamu. Oh ya, stand kamu mana,”
“Emm, di sana, stand no. 9.”
“Ok, yuk kesana,” ucap Nanta sambil menarik tanganku.
“Eh ,, eh , , ngapain kesana.”
“loh, ya mau ngobrol sama kamu, sekalian pengen liat stand kamu, hehe.”
“Haduh, ,, nanti temen temenku ngira macem macem Nanta.”
“Biarin, ayo,”
Akhirnya dengan pasrah aku  mengikuti Nanta dari belakang. Ana menghampiriku,
“Gishel, itu siapa, keren banget, hihihi”
“Hufh, itu Nanta. Tetanggaku,’
“Dia sekolah di SMA bakti ya, kok seragamnya gtu.”
“Ya”
Aku menghampiri Nanta,
“Pengen makan apa, nih menunya.”
“Emm, aku pengen makan fried rice dan jus apel aja.”
“Ok, “
Setelah ku pesankan permintaan Nanta, aku segera menghampiri Nanta.
“Ngapain sih sebenarnya kamu kesini, hayo ngaku..”
“G’ ngapa ngapain kok, Cuma pengen ketemu kamu aja, kayaknya kamu lebih baik sekarang,”
“Ya , lumayan sih, hehe. Eh, aku kenalin temenku ya, namanya Ana, dia cantik loh.”
“Males,”
“Kenapa males,”
“Tanya saja sendiri sama dia.”
Aku merasa bingung sendiri, tapi aku tetap memanggil Ana untuk menemani Nanta sementara aku harus melayani orang yang mampir di stand kelasku.
 


“Hai, nama kamu Nanta kan, kenalin aku Ana, sahabat barunya Gishel,”
Nanta terlihat diam sambil menikmati nasi gorengnya.
“Kok diem, kenapa.”
“Ehm, to the point aja ya. Aku Tanya sama kamu, kamu punya hati gak,”
“Maksud kamu apa,??”
“Kamu sudah membuat persahabatan Gishel dan Nilam kacau dengan trik trikmu yang norak itu, memang Gishel itu anak yang bodoh, Nilam juga suka emosi dan benci sama Gishel. Tapi kamu keterlaluan, “ ucap Nanta dengan tenang
Ana terlihat terkejut, wajahnya terlihat pucat. Namun sepertinya dia berusaha terlihat tenang dan ingin berucap.
“Nanta, aku kasihan dengan Gishel, Nilam selalu ingin Gishel menjadi orang lain. Nilam tidak tahu betapa sakitnya Gishel karena dia harus kena marah Nilam jika Gishel menjadi dirinya sendiri. Mereka berbeda  Nanta, mereka tidak pantas bersama.” Ucapnya lugas tanpa dosa
“Tapi kamu g’ boleh gitu, apa dengan kamu memisahkan Nilam dengan Gishel , maka Gishel akan bahagia. Sebenarnya mereka saling membutuhkan, meskipun terkadang mereka bertengkar, tapi mereka juga saling merindukan, asal tau saja.”
“Itu g’ bener , , , , “
“Itu benar, karena kamu telah membuat Nilam salah paham dan meninggalkan Gishel. Kamu telah membohongi Gishel dengan kata manismu.”
“Tidah, diam kamu Nanta, kamu , , ,”
Ana menghentikan kalimatnya, ia terkejut melihatku yang sudah berdiri di antara Nanta dan Ana. Aku hanya tersenyum, PEDIH.
“Kalian, sungguh membuat hatiku. Muakkk,” ucapku dengan tenang lalu menghindar dari mereka




Malam semakin larut, hari ini sang dewi malam tak kunjung bersinar. Hanya redup, dan terasa aneh. Atau mungkin aku yang aneh, duduk di bawah pohon depan rumah jam tengah malam seperti ini. Mungkin di kira hantu kalau ada orang yang lewat depan rumah. Mungkin jika aku tahu diriku sendiri, aku juga akan takut, di kira kuntilanak lagi merenung di bawah pohon. Hufhhh
“Ngapain sih, duduk sendirian di bawah pohon. Aku kira kamu tadi hantu,”
Nanta, mengapa dia selalu ada di sana. Saat kehilangan Nilam, sekarang aku kehilangan Ana. Selalu saja ada Nanta.
“Apa maumu,”
“Aku ingin kamu tersenyum,”
“Tersenyum, bagaimana jika kamu jadi aku, ha.”
“Aku akan berpikir, mencari sahabat, bukan untuk merubah dirimu menjadi yang diinginkan sahabat sahabatku, tapi harus dengan kesadaran diri dan untuk diri sendiri, bukan karena sahabat atau teman temanku. Hufh, jadilah dirimu sendiri yang asli Gishel, jadilah seseorang yang bisa di rindu oleh orang lain karena kamu istemewa, hanya kamu yang mempunyai suatu hal itu, bukan karena kamu di paksa untuk menjadi orang lain. Agar orang lain bahagia.”
“Aku tertunduk. Malu rasanya, kenapa dengan ini semua Nanta. Selalu aku yang harus mementingkan orang lain, semua demi orang lain. Bukan untukku, aku harus bagaimana,,”
Nanta memandangku tajam, kali ini aku tidak mengelak. Karena aku tak berdaya, aku memang payah. Aku terkejut, Nanta memelukku.
“Hidupmu, untukmu. Ingat itu Gishel, kamu jangan membuat hidupmu menderita. Karena itu, aku ingin kamu tersenyum .”
“Nanta , , ,  semua orang pergi, Nilam, Ana. Aku sendirian.”
Akhirnya airmataku turun, menghapus rasa beban yang aku pendam.
Terlihat di belakang Nanta, Nilam dan Ana. Aku terkejut di buatnya, mengapa mereka ada di sini. Aku menatap Nanta, dia hanya cengingiran, dasar Nanta, dia selalu penuh kejutan.
“Gishel, maafkan aku.” Ucap Nilam
Aku melepas pelukan Nanta.
“Minta maaf tentang apa Nilam,”
“Aku sudah membuat dirimu sakit hati dan membuat kamu menjadi orang lain.”
“Bisakah kita berteman lagi,” ucapku
“Tentu saja bisa, dengan rasa percaya dan apa adanya, pasti kita bisa saling mengerti.” Balas Nilam
Terlihat Ana terdiam, Nanta mendekatinya.
“Ayo, gabung sana,”ujar Nanta
“Apa boleh, “ Tanya Ana
“Tentu saja Ana, pasti kita akan menjadi tiga sahabat yang istimewa, hehehehe,” ujarku mendekati Ana dan Nanta
“Yupz,” ujar Nilam
“Bagaimana denganku, Gishel,”Tanya Nanta
“Hem,,,, gimana ya,”
“EHM , , , ehm , , , , .” goda Ana dan Nilam bersamaan.
“Hahahaha,”
Semua tertawa, Nanta mendekatiku.
“Aku suka senyumanmu,”
“Suit , , ,suit . . . .hahaha,”ujar Nilam
Semua tertawa, semua bahagia. Ketahuilah, semua akan indah pada waktunya.

END